Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap keberhasilan usaha skala kecil. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi peningkatkan peran usaha kecil dalam perekonomian negara. Peran usaha skala kecil perlu ditingkatkan karena disamping jumlahnya yang mendominasi proporsi usaha di Indonesia, dan letaknya yang rnenyebar di kota-kota dan di desa-desa, usaha kecil juga merupakan cara terbaik untuk melakukan penyerapan tenaga kerja Serta pemerataan penghasilan. Terciptanya usaha kecil yang tangguh akan memperkokoh ekonomi dalam negeri karena usaha kecil biasanya menggunakan bahan baku dalam negeri dan sumber daya manusia dari dalam negeri. Usaha kecil yang tangguh akan menciptakan nilai tarnbah karena mereka melakukan usaha di dalam negeri untuk dikonsumsi oleh rakyat sendiri sehingga uang bcrputar kembali di dalam negeri. Hal ini akhimya memperkuat pasar dalam negeri (Swasuno, 2001). Kondisi ini bila tercipta akan memperkokoh perekonomian dalam negeri dalam memasuki pasar bebas.

Keberhasilan usaha akan dilihat dari faktor demografi, faktor perilaku inovasi dan faktor inovasi organisasi. Faktor demografi yang akan dilihat pengaruhnya pada keberhasilan usaha adalah faktor usia wirausaha, faktor keterlibatan dalam mengelola usaha, dan faktor tingkat pendidikan. Usia dipilih karena usia wirausaha biasa dikaitkan dengan entrepreneurial age (Staw, 1991) sehingga bertambahnya usia diartikan juga bertambahnya pengalaman. Pengalaman dipilih karena banyak penelitian menunjukkan bahwa wirausaha yang berhasil adalah wirausaha yang sebelumnya pernah mengelola usaha bidang lain, meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa wirausaha tanpa pengalaman juga bisa berhasil. Tingkat pendidikan ingin diketahui pengaruhnya pada keberhasilan usaha.

Perilaku inovatif menjadi perhatian utama dalam penelitian ini, karena inovatif dan kreativitas adalah dua kata yang sering digunakan untuk melukiskan Sepak terjang wirausaha. Masalahnya kedua konsep tadi masih jarang dibahas secara mendalam apalagi dibuktikan secara empiris. Perilaku inovatif disini menekankan pada gaya berfikir, yaitu apakah Seseorang cenderung membuat keputusan inovatif yang adaptif atau cenderung membuat keputusan inovatif yang kreatif (Kirton, 1973). Konsep perilaku inovatif disini adalah konsep kepribadian kreatif (Kirton, 1973. Goldsmith, 1980). Sejumlah ahli yakin bahwa kepribadian kreatif tumbuh sejak bayi berusia 2 bulan (Feij, ct. Al.; Abrams & Neubauer; Hold; Molen dalam Kirton, 1989). Sejak kecil seseorang sudah mcmpunyai tendensi untuk meiakul-:an perubahan secara perlahan-lahan (inovasi adaptif) atau perubahan secara total (inovasi kreatif). Ciri-ciri ke arah inovasi adaptif atau inovasi kreatif dapat dilihat pada sifat-sifat tertentu. Misalnya, sifat percaya diri, individualistik, berorientasi benda, dan suka ekspIorasi? versus ?suka menyesuaikan diri dan sosial? (Kirton, 1989). Karena perilaku inovatif ditentukan oleh ciri-ciri sifat tertantu maka penelitian ini akan melihat pengaruh sembilan sifat wirausaha dari Sukardi (1991) terhadap perilaku inovatii Pengaruh tipe kepribadian Miner (1996) juga akan dilihat terhadap perilaku inovatif yang menurut penciptanya konsep ini bisa digunakan untuk memprediksi keberhasilan usaha.

lnovasi Organisasi adalah konsep yang lain tentang keberhasilan. Higgins (1994) bahkan menyebutnya dengan sangat bombastis ?inovafe"or evaporate". Ungkapan itu dimaksudkan untuk menunjukkan pentingnya organisasi yang inovatif pada dunia bisnis yang kompetitif saat ini. Konsep inovasi organisasi dari Higgins (1994) akan di gunakan sebagai acuan. Syarat utamanya terciptanya inovasi organisasi adalah adanya kemauan untuk terus belajar, karena itu organisasi pembelajar adalah kuncinya. Selain organisasi pembelajar, juga harus tercipta lingkungan kerja yang homogen, dimana tercipta relasi yang kondusif antara atasan dan bawahan, dan antara sesama karyawan. Untuk itu relasi dalam organisasi menjadi syarat kedua terciptanya inovasi organisasi.

Konsep Kaplan dan Norton (1996) meskipun tidak lengkap akan digunakan sebagai acuan untuk kriteria keberhasilan usaha dalam menyusun alat ukur. Kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini diukur dari tingkat kemajuan yang dicapai perusahaan dalam hal akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perbaikan sarana fisik, perluasan usaha dan kepuasan kerja karyawan.

Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: apakah faktor demografi, faktor perilaku inovatif; dan inovasi organisasi berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan usaha? Yang manakah diantara variabel-variabel tersebut yang terbukti berpengaruh terhadap keberhasilan usaha, dan bagaimana bentuk hubungan struktural yang terbangun dari variabel-variabel tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelitian yang rnelibatkan 161 wirausaha yang membuka usaha di DKI dan DIY. Di Jakarta penelitian dilakukan di Kawasan Industri Pulo Gadung, Perbanas, dan Kalimalang. Di DIY penelitian dilakukan di Daerah Yogyakarta dan sekitamya. Tehnik sampel yang digunakan adalah tehnik accidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 9 instrumen berupa kuesioner dan daitar isian. Daftar isian digunakan terutama untuk mengukur faktor demografi, akumulasi modal dan proses bisnis internal.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang variabel-variabel demografi, perilaku inovatif dan inovasi organisasi diiakukan analisis hubungan kausal dengan menggunakan model persamaan struktural, dengan program LISREL 8.31 (Linear Structural Relations) yang diciptakan oleh Joreskog dan Sorbom (1996).

Hasil uji persamaan struktural menunjukan bahwa (1) variabel usia memberi pengaruh langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha, (2) variabel pengalaman dalam berusaha tidak memberi pengaruh langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha, (3) variabel tingkat pendidikan tidak memberi pengaruh langsung yang bemakna pada keberhasilan usaha, (4) variabel sifat-sifat wirausaha mernberi pengaruh langsung yang bermakna pada perilaku inovatif (5) variabel tipe kepribadian memberi pengaruh langsung yang bemakna pada perilaku inovatif (6). variabel sifat-sifat wirausaha memberi pengaruh tidak Iangsung yang bermakna pada keberhasilan usaha melalui perilaku inovatif wirausaha, (7) variabel tipe kepribadian memberi pengaruh tidak langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha melalui perilaku inovatif wirausaha (8) perilaku inovatif memberi pengaruh langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha.

Untuk variabel organisasi pembelajar, variabel relasi dalam organisasi dan inovasi organisasi tidak memberi pengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada keberhasilan usaha. Tetapi ketiga variabel tersebut menciptakan persamaan struktural baru dan memberi pengaruh pada kepuasan kerja karyawan.

Dari hasil studi ini dapat diajukan beberapa saran: (1). Perilaku inovatif hendaknya diiadikan program pengembangan SDM Indonesia, dengan mengikutsertakan sembilan sifat wirausaha dari Sukardi dan empat tipe kepribadian dari Miner. (2). Program pelatihan sembilan sifat wirausaha dari Sukardi digabung dengan pelatihan lentang kreativitas dan Achievement Motivation Training bermanfaat untuk mengembangkan wirausaha-wirausaha tangguh.
Abstract
This research is intended to explore the direct and indirect factors affecting the success of small entrepreneurs. The result of this research may provide input in an attempt to increase the role of small entrepreneur in Indonesian economy. This is due to its dominan proportion in lndonesian business and its widespread locations in Indonesian cities and villages.

Small entrepreneurs are also the best way to increase employment and equal distribution of income. Solid small entrreneurs are expected to strengthen the domestic economy since they uses local raw materials and human resources. They also gain additional values because of their domestic location and consumers, thus contributes to domestic money circulation. This will eventually strengthen the domestic economy (Swasono, 2001), the conditions of which will enhance the preparation for the national economy to enter the free market.

The success of entrepreneurship is evaluated from three factors: demography, innovative behavior and organizational innovation. Demography affects the success of entrepreneurship in term of age, experience in entrepreneurial management and educational level. Age is chosen for it is normally linked with entrepreneurial age (Staw, 1991): with the increase ofthe entrepreneur?s age, more experience is gained. Experience is chosen for it has been shown that successful entrepreneurs are those who had previous managerial experience, although other studies show that entrepreneurs without experience may also succeed. The role of educational level is also explored.

The major focus of this study is innovative behavior since innovative and creativity are used to describe entrepreneurial behavior. Both concepts, however, lack attention and empirical verification. Innovative behavior emphasizes way of thinking, i.e. whether one tends to make adaptive or creative decisions (Kirton, 1973). Innovative behavior is thus a personality concept (Kirton, 1973; Goldsmith, 1980). A number of experts believe that creative personality develops from the age of two months (Feij, et.al.; Abrams & Neubauer; Hold; Molen (in Kirton, 1989). Since childhood, one tends to make gradual changes (adaptive innovative) or total changes (creative innovative). The tendency toward adaptive or creative innovation can be seen in particular traits, such as ?self-will, individualistic, thing orientated, and explorative versus ?compliant and social? (Kirton, 1989). Since innovative behavior is determined by particular traits, this study investigates the influence of Sukardi?s (1991) nine characteristics of entrepreneur on innovative behavior. The study also investigated the influence of Miner?s (1996) personality types on innovative behavior since this concept is, according to its inventor, may predict success in entrepreneurship. Organizational innovation is another concept of success. Higgins (1994) describes it bombastically: ?innovate or evaporate". This shows the importance of innovative organization in the present competitive business world. ln this study, Higgins? organizational concept is adopted as reference. The main requirement for creating organizational innovation is motivation for continuous leaming and thus the key is organizational learning. Beside the lcaming organization, organizational relation is the second requirement for organizational innovative. This includes homogenous workplace environment, where conductive relations must exist between the superior and subordinate, and among workers.

This study adopts Kaplan and Norton?s (1996) concept, despite its incompletion, as a reference in composing the parameter of criteria of entrepreneurial success. The criteria of entrepreneurial success in this research are the stages of growth reached bythe company in terms of capital accumulation, product quantity, customer amounts, the growth of physical means, diversification on business, and work satisfaction.

The problem in this research are: do the demographic factors, innovative behavior factors, and organizational innovations factors affect the degree of entrepreneurial success? Which of those variables influence the entrepreneurial success? And what is the structural equation model (SEM) constructed tiom those variables?

To answer those questions, this research involves 161 entrepreneurs in Jakarta and Yogyakarta. The research is done at Kalirnalang, Perbanas, and Pulogadung Industrial Square and in Daerah istimewa Yogyakarta. The data are collected using accidental sampling technique. Nine instruments are used in this research, in the form of questionaires and blank fomrs. Blank forms are particulary used to measure the demographic factors, capital accumulation and intemal business process.

To provide a complete description ofthe demographic, innovative behavior, and organizational innovation variables, analysis of causality relation is conducted by applying structural equation model of Linea: Structural Relation (LISREL) 8.31 program created by Joreskoq and Sorbom (1996).

The results of structural equations test indicates that: (l) age has direct and signiiicant impact on the success of entrepreneurship, (2) entrepreneurial experience has no direct impact on the success of entrepreneurship, (3) degree of education has no direct impact on the success of entrepreneurship, (4) characteristics of entrepreneur has direct and signiticant impact on innovative behavior, (5) personality type has direct and significant impact on the innovative behavior, (6) nine characteristics of entrepreneur variable has indirect and signiiicant impact on the success of entrepreneurship, (7) personality type has indirect and significant impact on the success of entrepreneurship, (8) the innovative behavior has direct and significant impact on the success of entrepreneurship.

Organizational leaming, organization relations and organizational innovative has no direct nor indirect impact on the success of entrepreneurship. However, these three variables create a new structural equation model, which affect worker?s satisfaction. This study presents the following suggestions: (1) innovative behavior need to be adopted as the model for human resources development in Indonesia, by involving Sukardi?s nine characteristics of entrepreneur, and Miner?s four personality types, (2) training programs adopting Sukardi?s nine characteristics of entrepreneur combined with creativity training and Achievement Motivation Training is effective to develop strong and stable entrepreneurs.
2002
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Nina Liche Seniati
Abstrak :
Penelitian ini adalah mengenai komitmen dosen pada Universitas Indonesia. Tujuan penelitian ialah: (1) membuktikan bahwa masa kerja dan trail kepribadian sebagai Faktor pribadi, serta kepuasan kerja dan iklim psikologis sebagai faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap komitmen dosen pada universitas; (2) membuktikan bahwa komitmen dosen pada universitas lebih ditentukan oleh faktor pribadi daripada faktor lingkungan; (3) membandingkan hasil penelitian mengenai komitmen dosen pada universitas dengan hasil penelitian terdahulu mengenai komitmen karyawan pada organisasi bisnis dan organisasi lainnya. Komitmen dosen pada universitas merupakan bentuk keterikatan dosen pada universitas yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaiannya terhadap organisasi, yang mengarahkan dosen pada tingkah laku organisasional lainnya. Penelitian ini perlu dilakukan karena komitmen dosen pada universitas akan mempengaruhi tingkat kehadiran dosen di fakultas; sikap dan tingkah laku dosen dalam berinteraksi dengan mahasiswa, rekan-rekan dosen, pimpinan fakultas dan universitas, serta dengan staf administrasi; produktivitas dosen dalam pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pelayanan pada masyarakat; serta keterlibatan dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan fakultas dan universitas serta peningkatan mutu pendidikan. Sampel penelitian adalah 302 dosen yang mewakili 12 fakultas di Universitas Indonesia, serta sesuai dengan penyebaran dosen berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan golongan kepangkatan. Alat ukur yang digunakan adalah skala organizational commitmenl Allen & Meyer (1990), skala NEO-4 Costa & McCrae (1992, 1998), skala job satisfication survey Spector (1997), serta psychological climate questionnaire dari James & Sells (1981). Semua skala ini dimodifikasi khusus untuk dosen. Analisis terhadap model persamaan struktural dilakukan dengan program SHVIPLIS-LISREL. versi 8.50 yang dikembangkan Jiireskog dan Sérbom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja, trait kindness, dan kepuasan kerja memberikan pengaruh langsung terhadap komitmen dosen; sedangkan iklim psikologis memberikan pengaruh tidak langsung, yaitu melalui kepuasan kerja. Dengan demikian, faktor pribadi dan faktor lingkungan secara bersama-sama mempengaruhi komitmen dosen pada universitas. Temuan ini memperkuat hasil-hasil penelitian sebelumnya bahwa faktor pribadi dan faktor lingkungan secara bersama-sama mempengaruhi komitmen organisasi. Hal ini berarti, meskipun universitas memiliki karakteristik yang berbeda dengan organisasi lain serta pekerjaan dosen memiliki dinamika kerja yang berbeda dengan karyawan di organisasi lain, teori dan hasil penelitian mengenai komitmen organisasi yang diterapkan dan ditemukan pada organisasi lain dapat pula diterapkan pada universitas. Sebagai organisasi dengan struktur birokrasi professional, pimpinan fakultas perlu menerapkan gaya manajemen partisipatif dimana setiap dosen memiliki otonomi dalam menjalankan pekerjaannya; terlibat secara aktif dalam pencapaian tujuan, visi, dan misi fakultas serta berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan untuk menangani masalah yang dihadapi fakultas. Saran utama yang diajukan kepada Universitas Indonesia dalam rangka menjadi research university yang otonom adalah membentuk Direktorat Sumber Daya Manusia. Kegiatan penting yang dilakukan direktorat ini adalah merancang dan menjalankan sistem seleksi dosen yang mempertimbangkan trait kepribadian, tingkat pendidikan, dan nilai indeks prestasi calon dosen; sistem kenaikan pangkat dan perencanaan karier dosen yang mendukung kaderisasi yang teratur, terencana, dan bersinambung; program penataan fasilitas dan Iingkungan kerja yang kondusif bagi dosen untuk menjalankan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi; menerbitkan media komunikasi yang mendukung kelancaran informasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lanawati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan atas dasar kenyataan bahwa prestasi akademik yang tercermin dalam indeks prestasi kumulatif (IPK) tidak selamanya mencerninkan kemampuan intelektual yang dimiliki mahasiswa. Mereka yang memiliki kemampuan intelektual tinggi dapat saja memiliki IPK rendah karena faktor nonintelektual dan lingkungan yang kurang mendukung, sebaliknya mereka yang memiliki kemampuan intelektual sedang atau rata-rata dapat memiliki IPK tinggi karena faktor nonintelektual dan lingkungan yang mendukung. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk menguji sejauh mana peran faktor intelektual dan nonintelektual yang mencakup inteligensi, kreativitas, kecerdasan emosional dan kepribadian berperan dalam mewujudkan prestasi akademik mahasiswa di perguruan tinggi.

Dalam penelitian ini diyakini bahwa faktor intelektual dan nonintelektual berperan dalam mewujudkan prestasi akademik. Tujuan penelitian ini adalah menguji model struktural yang menggambarkan pengaruh langsung dari inteligensi dan kepribadian, serta pengaruh tidak langsung dari kecerdasan emosional dan kreativitas untuk menjelaskan prestasi akademik.

Penelitian ini melibatkan sampel sejumlah 222 mahasiswa yang berasal dari tiga universitas di Jakarta. Data diperoleh dari tes inteligensi (CFIT), tes kreativitas verbal dan figural (TKV dan TKF), inventori kecerdasan emosional (EII), Mayer SaIovey Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) dan inventori kepribadian yang terdiri dari tiga skala penelitian MMPI yaitu skala college arjustment, ego strength dan social responsibility. Prestasi akademik diperoleh dari IPK semester empat dan jumlah SKS empat semester yang dicapai oleh mahasiswa. Data dianalisis dengan menggunakan program LISREL.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model struktural yang diuji dalam penelitian, terbukti sesuai (fit) untuk menjelaskan prestasi akademik. Dengan demikian inteligensi dan kepribadian memberikan pengaruh langsung dan bermakna terhadap prestasi akademik, sedangkan keoerdasan emosional dan kreativitas memberikan pengaruh tidak Iangsung namun berrnakna, yaitu melalui kepribadian.

Saran yang diajukan untuk penelitian lanjutan ialah penggunaan sampel yang Iebih bervariasi agar dapat digeneralisasikan secara lebih Iuas. Skor prestasi akademik hendaknya diperoleh dari tes prestasi akademik yang dibuat khusus untuk penelitian yang bersangkutan- Saran yang diajukan untuk universitas ialah peningkatan program pembentukan karakteristik kepribadian yang menunjang keberhasilan belajar mahasiswa melalui konseling individu dan bimbingan kelompok. Berilah perhatian khusus pada perkembangan kemampuan mengatasi masalah emosional mahasiswa. Sediakan kesempatan dan fasilitas untuk pengembangan kreativitas mahasiswa. Dalam mengambil keputusan pendidikan yang berkaitan dengan seleksi, gunakan kepribadian sebagai salah satu kriteri untuk menentukan penerimaan dalam suatu program perguruan tinggi atau program beasiswa.
Abstract
The purpose of this research was to prove a theoretical model of students characteristics, the cognitive and non cognitive factors in determining academic achievement at university. Specifically, the objectives of the research is to prove that intelligence and personality will have direct and significant elfect to the academic achievement; creativity and emotional intelligence will have indirect yet signilicant effect through the personality to the academic achievement. The result of this research may provide input about the predictors that influence student's academic achievement at university.

Structural equation model with LlSREL program is used to analyze the direct effect of intelligence, personality and indirect effect of creativity emotional intelligence, through the personality, to the academic achievement.

Results supported that the intelligence and personality have direct etfects on academic achievement, while creativity and emotional intelligence has an indirect elfect. These findings are consistent with previous researches that show how cognitive and non cognitive factors affect the student?s academic achievement at university.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seger Handoyo
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini berhasil memperoleh model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi yang lebih komprehensif daripada model sensemaking in administration academic dari Gioia & Thomas (1996). Model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi menjelaskan peran kompleksitas kognitif sebagai konteks individu, serta skema struktural dan skema politik dalam proses interpretasi isu organisasi. Model Gioia & Thomas hanya menjelaskan peran skema struktural saja. Variabel dalam skema struktural adalah identitas organisasi, struktur pemrosesan informasi, dan strategi organisasi. Aktivitas politik organisasi menjadi variabel dalam skema politik.

Penelitian ini mengkombinasikan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitaf. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengkonfirmasi atau berfungsi sebagai penjelasan hasil kuantitatif (Weinrich, 2005). Penelitian kuantitatif adalah studi berdasarkan survei (survei-based study) dengan responden berjumlah 132 Dekan dan Pembantu Dekan dari 44 fakultas pada 7 universitas negeri dan swasta di Surabaya dan Malang. Sementara itu, penelitian kualitatif dilakukan setelah hasil penelitian kuantitatif dengan focus group discussion. Peserta focus group discussion berjumlah 6 dosen dari universitas negeri dan swasta dengan variasi pada usia dan jabatannya.

Secara singkat, kesimpulan penelitian ini dapat diringkaskan menjadi lima hal, yaitu: (1) Kompleksitas kognitif, sebagai konteks individu, tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap interpretasi strategis, namun berpengaruh tidak langsung melalui struktur pemrosesan informasi; (2) Kompleksitas kognitif tidak mempunyai pengaruh terhadap interpretasi politik, baik secara langsung maupun tidak langsun; (3) Skema struktural mempunyai pengaruh besar terhadap interpretasi strategis; (4) Skema struktural, khususnya identitas otonom-profesional mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap interpretasi politis; dan (5) Skema politis mempunyai pengaruh langsung yang relatif besar terhadap interpretasi politis, namum tidak berpengaruh terhadap interpretasi strategis, baik secara langsung maupun tidak langsung.

DI samping kesimpulan di atas, penelitian ini memperoleh beberapa temuan yang menarik dalam konteks Indonesia. Pertama, terbukti secara empiris, manajer puncak perguruan tinggi di Indonesia juga mengkategorikan interpretasi isu organisasi menjadi dua kategori, yaitu interpretasi strategis dan interpretasi politis. Kedua, data tentang identitas organisasi perguruan tinggi di Indonesia tidak memberikan dukungan empiris pada identitas tunggal utilitarian-normatif sebagaimana dikemukakan oleh ALbert &Whetten (1985) dan Gioia & Thomas (1996). Ketiga, formalitas tinggi berdasarkan data empiris menjadi indikasi kapasitas pemrosesan informasi yang diajukan oleh Thomas & McDaniel (1990). Terakhir, terdapat kolerasi positif yang signifikan antara usia dengan interpretasi politis dan perbedaan interpretasi politis antara perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.

Pembahasan hasil penelitian dan saran penelitian dipaparkan secara mendalam. Implikasi praktis yang penting juga disampaikan untuk perkembangan perguruan tinggi di Indonesia menyambut tantangan pemerintah tahun 2010, yaitu mempunyai universitas yang memiliki reputasi dan menjadi salah satu 100 besar di Asia atau 500 besar dunia, serta memberikan sumbangan pada peningkatan daya saing bangsa.
2006
D1785
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seger Handoyo
Abstrak :
Penelitian ini berhasil memperoleh model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi yang lebih komprehensif daripada model sensemaking in administration academic dari Gioia & Thomas (1996). Model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi menjelaskan peran kompleksitas kognitif sebagai konteks individu, serta skema struktural dan skema politik dalam proses interpretasi isu organisasi. Model Gioia & Thomas hanya menjelaskan peran skema struktural saja. Variabel dalam skema struktural adalah identitas organisasi, struktur pemrosesan informasi, dan strategi organisasi. Aktivitas politik organisasi menjadi variabel dalam skema politik. Penelitian ini mengkombinasikan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitaf. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengkonfirmasi atau berfungsi sebagai penjelasan hasil kuantitatif (Weinrich, 2005). Penelitian kuantitatif adalah studi berdasarkan survei (survei-based study) dengan responden berjumlah 132 Dekan dan Pembantu Dekan dari 44 fakultas pada 7 universitas negeri dan swasta di Surabaya dan Malang. Sementara itu, penelitian kualitatif dilakukan setelah hasil penelitian kuantitatif dengan focus group discussion. Peserta focus group discussion berjumlah 6 dosen dari universitas negeri dan swasta dengan variasi pada usia dan jabatannya. Secara singkat, kesimpulan penelitian ini dapat diringkaskan menjadi lima hal, yaitu: (1) Kompleksitas kognitif, sebagai konteks individu, tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap interpretasi strategis, namun berpengaruh tidak langsung melalui struktur pemrosesan informasi; (2) Kompleksitas kognitif tidak mempunyai pengaruh terhadap interpretasi politik, baik secara langsung maupun tidak langsun; (3) Skema struktural mempunyai pengaruh besar terhadap interpretasi strategis; (4) Skema struktural, khususnya identitas otonom-profesional mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap interpretasi politis; dan (5) Skema politis mempunyai pengaruh langsung yang relatif besar terhadap interpretasi politis, namum tidak berpengaruh terhadap interpretasi strategis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di samping kesimpulan di atas, penelitian ini memperoleh beberapa temuan yang menarik dalam konteks Indonesia. Pertama, terbukti secara empiris, manajer puncak perguruan tinggi di Indonesia juga mengkategorikan interpretasi isu organisasi menjadi dua kategori, yaitu interpretasi strategis dan interpretasi politis. Kedua, data tentang identitas organisasi perguruan tinggi di Indonesia tidak memberikan dukungan empiris pada identitas tunggal utilitarian-normatif sebagaimana dikemukakan oleh ALbert &Whetten (1985) dan Gioia & Thomas (1996). Ketiga, formalitas tinggi berdasarkan data empiris menjadi indikasi kapasitas pemrosesan informasi yang diajukan oleh Thomas & McDaniel (1990). Terakhir, terdapat kolerasi positif yang signifikan antara usia dengan interpretasi politis dan perbedaan interpretasi politis antara perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Pembahasan hasil penelitian dan saran penelitian dipaparkan secara mendalam. Implikasi praktis yang penting juga disampaikan untuk perkembangan perguruan tinggi di Indonesia menyambut tantangan pemerintah tahun 2010, yaitu mempunyai universitas yang memiliki reputasi dan menjadi salah satu 100 besar di Asia atau 500 besar dunia, serta memberikan sumbangan pada peningkatan daya saing bangsa.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
D631
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library