Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurkholis
"Kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia yang tercermin dalam Program Otonomi Daerah dimulai dengan diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. UU No. 22/1999 yang pada intinya adalah azas dekonsentrasi berimplikasi adanya power/authority sharing antara pemerintah pusat dan daerah. Sedangkan UU No. 25/1999 yang merupakan cermin sebenarnya dari azas desentralisasi berimplikasi adanya pembagian sumber daya keuangan (nancial sharing) antara pemerintah pusat dan daerah. Pembagian sumber daya keuangan dengan memberikan Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Sumber Daya Alam (SDA) ke pemerintah daerah dapat mengakibatkan meningkatnya kesenjangan fiskal antar daerah sehingga pemerintah pusat memberikan Dana Alokasi Umum (DAU). Dana ini bersifat block grant dan diberikan kepada daerah dengan menggunakan konsep fiscal gap yang bertujuan untuk memeratakan kemampuan fiskal antar daerah yang nantinya akan mengurangi tingkat kesenjangan ekonomi antar daerah. Model Interregional Input-Output (IRIO) atau Input Output Antar Daerah (IOAD) bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan desentralisasi fiskal terhadap perekonomian antar daerah yang meliputi ketergantungan antar sektor dan antar daerah, pertumbuhan, pemerataan, dan efisiensi (produktif dan alokatif) ekonomi daerah. Analisa dilakukan menggunakan shock variable dana transfer perimbangan yang berupa Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil SDA dan DAU dari pemerintah pusat yang diterima oleh pemerintah daerah sebagai satu paket variabel eksogen melalui pengeluaran pemerintah daerah (regional government expenditure) yang berupa pengeluaran untuk investasi dan konsumsi pada model IRIO untuk melihat optimalitas pelbagai kebijakan yang ada. Ukuran optimalitas kebijakan tersebut antara lain adalah peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat disparitas antar daerah dan peningkatan tingkat efisiensi (produktif dan alokatif) ekonomi daerah. Analisa dilakukan dengan membagi perekonomian Indonesia menjadi 3 wilayah yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan Daerah Lain (rest of Indonesia), dan 16 sektor ekonomi yaitu sektor tanaman pangan, sektor perkebunan, sektor peternakan, sektor kehutanan, sektor perikanan, sektor pertambangan, sektor makanan, minuman & tembakau, sektor tekstil, sektor industri kayu, sektor industri kertas & logam, sektor kimia, non logam, logam pokok dan migas, sektor listrik, gas & air, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, restoran, transportasi & komunikasi, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deasy Ariyanti
"Human Development Index (HD!) atau Indeks Pembangunan Manusia merupakan suatu upaya untuk mengukur pencapaian pembangunan secara keseluruhan dari suatu negara atau daerah dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup (longevity), pendidikan (education), dan standar hidup yang layak (resources). Sedangkan, variabel proksi yang digunakan untuk masing-masing dimensi adalah Angka Harapan Hidup (life expectancy at birth), Angka Melek Huruf (Adult Literacy Rate), Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling), dan Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan dengan purchasing power parity dari mata uang domestik di masing-masing negara. Skripsi ini bertujuan untuk melakukan pemode1an untuk mengetahui faktor-faktor apa raja yang mempengaruhi besarnya tiap variabel proksi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi angka HDI secara keseluruhan. Analisis dilakukan pada HDI tahun 1999 dengan observasi pada seluruh kabupaten dan kotamadya di Indonesia tahun 1999. Berdasarkan kriteria-kriteria ekonom1, statistik, dan ekonometrik, pembentukan model detenninan komponen HDI yang dilakukan kemudian menuju pada beberapa kesimpulan. Variabel Angka Harapan Hidup secara signifikan dipengaruhi oleh Angka Morbiditas (-), Jumlah Penduduk Miskin di tiap Daerah (-), Angka Melek Huruf (+), Produk Domestik Regional Bruto (+), dan Pengeluaran Pemerintah Daerah untuk sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kepercayan terhadap Tuhan Yang Mahaesa, Pernuda dan Olahraga (+). Besarnya Angka Melek Huruf di tiap daerah ditentukan oleh variabelvariabel seperti Jumlah Sekolah Dasar (+), Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar (-), Pengeluaran Pemerintah Daerah untuk sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (+), Angka Morbiditas (-), dan Jumlah Penduduk Miskin di tiap daerah (-). Variabel Jumlah Orang Miskin (-), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (-), dan Angka Melek 1-luruf (+) merupakan variabel-variabel penentu Rata-Rata Lama Sekolah di tiap daerah. Sedangkan, besarnya Pengeluaran Per Kapita di tiap daerah secara signifikan ditentukan oleh Pemerintah Daerah untuk sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (+) dan Jumlah Penduduk Miskin (-)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
S19195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parewangi, Andi Muh. Alfian
"Matriks Perdagangan Internasional (MIT) menggambarkan keseimbangan jaringan perdagangan internasional dari seluruh negara. Alat analisis ini memungkinkan kita untuk menganalisis paling tidak 2 tujuan dari tesisi ini; pertama, mengukur tingkat saling ketergantungan antara ekonomi melalui jaringan perdagangan internasional, dan kedua, melakukan simulasi dampak pertumbuhan satu atau sekelompok ekonomi terhadap ekonomi lainnya. Hal ini akan memberikan gambaran bagaimana strukutur perekonomian dan perdagangan dunia mempengaruhi distribusi dampak pertumbuhan tersebut MIT menghasilkan paling tidak 5 besaran kuantitatif yang menjadi pedoman analisis yakni, (i) trade linkage, (ii) field of influence, (iii) multiplier product matrix, (iv) multiplier yang dapat didekomposisi menjadi direct import requirement, indirect import reguirement, internal dan external propagation, dan (v) simulasi net foreign balance. Dengan menggunakan data 178 negara, hasil pertama penelitian ini mengkonfirmasi posisi teratas Singapura dan Malaysia diantara negara anggota ASEAN lain dalam perdagangan internasional. Kedua, hasil penelitian ini juga menunjukkan peran besar Amerika Serikat dan Jepang sebagai partner dagang penting untuk ASEAN. Ketiga, penelitian ini menunjukkan bahwa dampak pertumbuhan ekonomi di negara diluar ASEAN yang dinikmati oleh wilayah ASEAN ternyata jauh lebih kecil dibandingkan dampak pertumbuhan wilayah ASEAN yang dirasakan oleh negara-negara non-ASEAN. Kesimpulan keempat yang diperoleh dari perbandingan beberapa titik waktu analisis menunjukkan bahwa penyaluran dampak krisis ke negara lain, sangat tergantung pada pola perdagangan yang ada. Temuan ini memberikan beberapa implikasi cukup mendasar yakni (i) perlunya mempertimbangkan efek distribusi keuntungan perdagangan dalam pemilihan mitra dagang, (ii) pentingnya meningkatkan kapasitas produksi domestik untuk memenuhi permintaan domestik dan asing, perluasan wilayah pemasaran, pengurangan hambatan dan biaya non ekonomi serta (iii) perlunya upaya peningkatan keterbukaan dan peran Indonesia sebagai negara penghubung dalam jaraingan perdagangan global.
The Matrix of International Trade describse the global trade linkage. The tools allow us to analyze the interdependency between economy and to simulate the impact of the economic growth. MIT provide 5 quantitative measurement namely (i) trade linkage, (ii) field of influence, (iii) multiplier product matrix, (iv) multiplier which can be decomposed into direct and indirect import requirement, internal and extemal propagation, and (v) simulation of the net foreign balance. The model is applied on the data set of 178 countries. Based on the 5 measurement aboves, our first conclusion is confonning the largest role of Singapore and Malaysia among other ASEAN member in inteniaiional trade. Second, we also conform the role of United States and Japan as the largest trading partner for ASEAN. Third, our result shows that the advantage received by non-ASEAN countries from the ASEAN growth is much larger than what ASEAN receive from the equal growth of the non-ASEAN countries. Fourth, the magnitude of the economic crisis transmitted to certain countries depends on the pattern of the global trade network. These results leads to at least 5 policy implication; (i), it is important to consider the gain of trade distribution on choosing the trading partner, (ii), it is important to increase the domestic capacity, to enlarge the market, and to reduce the trade barrier, (iii) we need to increase the role as connecting (hub) country in the global trade network."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26447
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Parewangi, Andi Muh. Alfian
"Matriks Perdagangan Internasional (MIT) menggambarkan keseimbangan jaringan perdagangan internasional dari seluruh negara. Alat analisis ini memungkinkan kita untuk menganalisis paling tidak 2 tujuan dari tesisi ini; pertama, mengukur tingkat saling ketergantungan antara ekonomi melalui jaringan perdagangan internasional, dan kedua, melakukan simulasi dampak pertumbuhan satu atau sekelompok ekonomi terhadap ekonomi lainnya. Hal ini akan memberikan gambaran bagaimana strukutr perekonomian dan perdagangan dunia mempengaruhi distribusi dampak pertumbuhan tersebut. MIT menghasilkan paling tidak 5 besaran kuantitatif yang menjadi pedoman analisis yakni, (i) trade linkage, (ii) field of influence, (iii) muiliplier product matrix, (iv) multiplier yang dapat didekomposisi menjadi direct import requirement, indirect import requirement, internal dan external propagation, dan (v) simulasi net foreign baiance. Dengan menggunakan data 178 negara, hasil pertama penelitian ini mengkonfirmasi posisi teratas Siangapura dan Malaysia diantara negara anggota ASEAN lain dalam perdagangan internasional. Kedua, hasil penelitian ini juga menunjukkan peran besar Amerika Serikat dan Jepang sebagai partner dagang penting untuk ASEAN. Ketiga, penelitian ini menunjukkan bahwa dampak pertumbuhan ekonomi di negara diluar ASEAN yang dinikmati oleh wilayah ASEAN ternyata jauh lebih kecil dibandingkan dampak pertumbuhan wilayah ASEAN yang dirasakan oleh negara-negara non-ASEAN. Kesimpulan keempat yang diperoleh dari perbandingan beberapa titik waktu analisis menunjukkan bahwa penyaluran dampak krisis ke negara lain, sangat tergantung pada pola perdagangan yang ada. Temuan ini memberikan beberapa implikasi cukup mendasar yakni (i) perlunya mempertimbangkan efek distribusi keuntungan perdagangan dalam pemilihan mitra dagang, (ii) pentingnya meningkatkan kapasitas produksi domestik untuk memenuhi permintaan domestik dan asing, perluasan wilayah pemasaran, pengurangan hambatan dan biaya non ekonomi serta (iii) perlunya upaya peningkatan keterbukaan dan peran Indonesia sebagai negara penghubung dalam jaringan perdagangan global.

The Matrix of International Trade describse the global trade linkage. The tools allow us to analyze the interdependency between economy and to simulate the impact of the economic growth. MIT provide 5 quantitative measurement namely (i) trade linkage, (ii) field of influence, (iii) multiplier product matrix, (iv) multiplier which can be decomposed into direct and indirect import requirement, internal and extemal propagation, and (v) simulation of the net foreign balance. The model is applied on the data set of 178 countries. Based on the 5 measurement aboves, our first conclusion is conforming the largest rofe of Singapore and Malaysia among other ASEAN member in intemational trade. Second, we also conform the role of United States and Japan as the largest trading partner for ASEAN. Third, our result shows that the advantage received by non-ASEAN countries from the ASEAN growth is much larger than what ASEAN receive from the equal growth of the non-ASEAN countries. Fourth, the magnitude of the economic crisis transmitted to certain countries depends on the pattern of the global trade network. These results leads to at least 5 policy implication; (i), it is important to consider the gain of trade distribution on choosing the trading partner, (ii), it is important to increase the domestic capacity, to enlarge the market, and to reduce the trade barrier, (iii) we need to increase the role as connecting (hub) country in the global trade network."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26922
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library