Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saputra Effendi Sumadinata
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam dab ini berturut_turut akan dikemukakan becerada masalah yang menJaai pusat perhatian telaah ini tt1juan yang hendak dicapai telaah serta ruang lingkup masa_iahnya (1.2), sumber serta korpus data yang digunakan dalam telaah, cara pengutipannya, dan alasan pemilihannva (i.3), garis besar anaii.sis data yang aigunakan daiam upaya meng_ungkaokan perilaku sintaktis dan semantis (1. 4), organisasi penyajian basil telaah (1.5), dan beberapa tanda dan sing_katan yang digunakan dalam telaah (1.6).Dalam seksi ini akan dipaparkan masalah yang menjadi pusat perhatian telaah ini. Akan tetadi, sebelumnya, akan dikemukakan masalah penggunaan istilah yang dapat menimbul_kan salah pengertian, yakni istilah adverbia dan adverbial, kateqori dan funqsi (lihat juga Bab II).
1990
D1624
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lapoliwa, Hans
Abstrak :
Salah satu ciri yang membedakan bahasa orang dewasa dari bahasa anak adalah pemakaian variasi kalimat yang lebih banyak, baik dalam hal panjang maupun dalam hal jenis atau tipe konstruksinya. orang dewasa, terutama dalam menulis, cenderung menggunakan kalimat panjang berupa kalimat kompleks dan/atau kalimat majemuk, sedangkan anak lebih banyak menggunakan kalimat sederhana. Hal itu mudah dimengerti karena orang dewasa--sebagai hasil pendidikan dan pengalaman bergaul dengan bahasa yang bersangkutan--telah menguasai secara lebih baik berbagai pola kalimat serta kaidah untuk memanipulasi pola-pola kalimat dan satuan-satuan lingual yang ada dalam bahasa yang bersangkutan. Akan tetapi, kecenderungan menggunakan kalimat panjang sering mengakibatkan kekaburan pengertian sehingga pendengar (pembaca) terpaksa "bekerja" lebih keras dalam usahanya menafsirkan makna untaian katakata itu. Kekaburan itu pada umumnya terjadi karena untaian kata-kata itu, walaupun sudah cukup panjang, belum dapat dikatakan bentuk (kalimat) yang apik (well-formed). Dengan perkataan lain, untaian kata-kata itu menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang bersangkutan. Gejala penyusunan kalimat panjang yang menyalahi kaidah-kaidah bentuk kalimat yang apik dalam bahasa Indonesia cukup memprihatinkan para pembina bahasa Indonesia. Terjadinya bentuk-bentuk yang tidak apik (ill-formed) itu terutama disebabkan oleh kurang mantapnya penguasaan kaidah-kaidah bahasa Indonesia, khususnya kaidah-kaidah sintaKsis. Mengingat bahwa bahasa Indonesia merupakan sarana yang penting bagi pembangunan bangsa dan negara (Halim, 1976:17), gejala penyimpangan yang sering tampak pada kalimat panjang dalam bahasa Indonesia dewasa ini tidak dapat dibiarkan terlalu lama. Untuk itu perlu diusahakan pengadaan buku-buku pedoman pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam hubungan itu, penyediaan buku tata bahasa Indonesia untuk berbagai lapisan masyarakat merupakan hal mutlak. Oleh karena kaidah bahasa pada asasnya merupakan rumusan mengenai keteraturan yang terdapat pada bahasa (Stockwell, 1977:3), penelitian deskriptif merupakan suatu hal yang hares dilakukan sebelum penulisan buku tata bahasa yang baik dapat dilaksanakan. Penelitian pemerlengkapan (complementation) dalam bahasa Indonesia ini merupakan salah satu usaha yang berorientasi ke arah penulisai: tata bahasa Indonesia yang dapat diandalkan yang, pada gilirannya, dapat meningkatkan mutu pemakaian bahasa Indonesia di kalangan masyarakat luas. Telaah pemerlengkapan adalah'telaah yang menyangkut konstituen frasa atau klausa yang mengikuti kata yang berfungsi melengkapi spesifikasi hubungan makna yang terkandung dalam kata itu (Quirk et al, 1985:65). Istilah "pemerlengkapan" mencakup konstituen kalimat yang lazim disebut objek, pelengkap, dan keterangan yang kehadirannya bersifat melengkapi makna kalimat. Konstituen ke warung pada Dia pergi ke warung atau membeli rokok pada ilia pergi membeli rokok merupakan pemerlengkapan karena kehadirannya melengkapi makna kalimat. Meskipun bentuk dia pergi termasuk bentuk yang apik dari segi sintaksis, kalimat itu belum lengkap dari segi makna. Verba pergi menuntut adanya keterangan tempat atau keterangan tujuan (yang menyatakan perbuatan).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
D1036
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Asisi Datang
Abstrak :
Topik penelitian ini adalah mengenai pronomina terikat dalam bahasa Manggarai. Meskipun bahasa Manggarai merupakan bahasa isolatif, ada dua jenis pronomina terikat yang menempel pada hampir semua kelas kata dalam bahasa itu. Dalam disertasi ini, kedua jenis pronomina terikat tersebut disebut Nom dan Gen. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui perilaku sintaktis Nom dan Gen dalam bahasa Manggarai, menjelaskan perbedaan perilaku sintaktis antara Nom dan Gen dalam bahasa Manggarai, dan menjelaskan pendesak yang menyebabkan menempelnya Nom dan Gen pada kata atau frasa dalam bahasa Manggarai. Data penelitian ini merupakan data rekaman percakapan sehari-hari di dalam rumah tangga dan dalam pertemuan arisan keluarga Manggarai di Depok. Selain itu, digunakan data teks yaitu Manggarai Texts yang dikumpulkan oleh Verheijen sekitar tahun 1960 1970. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori-teori sintaksis, khususnya mengenai argumen, diatesis, dan pronomina terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nom dan Gen sama-sama dapat menempel pada semua kelas kata dalam bahasa Manggarai, kecuali konjungsi. Akan tetapi, secara sintaktis Nom mengemban fungsi sintaksis sebagai subjek; sedangkan Gen, di samping menjadi pemilik dalam frasa nominal-posesif, juga menjadi bagian dari kata polimorfemis yang mengemban fungsi tertentu dalam kalimat. Pada kalimat yang berpredikat verba berargumen satu, Nom dan Gen menempel pada verba tesebut; sedangkan pada kalimat yang berpredikat verba berargumen dua dan berdiatesis aktif, Nom dan Gen menempel pada fungsi sintaksis objek kalimat. Pada kalimat berdiatesis pasif, Nom dan Gen menempel pada verba atau pada kata atau frasa berpemarkah pasif. Temuan lain adalah adanya konstruksi genitif d- yang berperilaku sintaktis mirip dengan Gen.
The topic of this research is about the bound pronouns in Bahasa Manggarai. Although Bahasa Manggarai is an isolating language, there are two types of bound pronouns which attach to almost all classes of words in the language. In this dissertation, these two types of bound pronouns are called Nom and Gen. The main objective of this study is to determine the syntactic behavior of Nom and Gen in Bahasa Manggarai, to explain the difference of syntactic behavior between Nom and Gen in Bahasa Manggarai, and to explain suppressor that causes attachment of Nom and Gen to words or phrases in Bahasa Manggarai. The data of this research is the data recording of daily conversations at home and in family gatherings in Manggarai Depok. In addition, the research also used text data found in Manggarai Texts collected by Verheijen around 1960 1970. The theories used are the theories of syntax, particularly striking argument, diathesis, and pronouns bound. The results showed that the Nom and Gen are alike. They can attach to all classes of words in Bahasa Manggarai, except conjunctions. However, syntactically Nom carries syntactic function as a subject whereas Gen, in addition to being the owner of the nominal possessive phrase, also beccomes a part of the polymorphemic word which bears a specific function in the sentence. In sentences that the predicate verb has one argument, Nom and Gen are attached to the verb while in sentences that the predicate verb has two arguments and active diathesis, Nom and Gen are adhared to the object of the sentence. In passive sentences, Nom and Gen are attached to the verb or the word or passive marker. Another discovery was the genitive construction d which behaves syntactically is similar to Gen.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D1725
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arie Andrasyah Isa
Abstrak :
ABSTRAK
Disertasi ini menyingkap strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika dan ungkapan sapaan bahasa Indonesia serta budaya kebahasaan yang terlibat di dalam penerjemahan. Penelitian kualitatif ini menggunakan tiga novel Amerika beserta terjemahan bahasa Indonesianya dan wawancara dengan penerjemah serta narasumber lain. Didukung oleh teori penerjemahan, ungkapan sapaan, dan budaya kebahasaan, penelitian ini menemukan dua ideologi penerjemahan yang berhulu pada strategi penerjemahan pemancaan (foreignization) dan pelokalan (domestication). Di samping itu, juga ditemukan tujuh metode penerjemahan dan dua puluh empat teknik penerjemahan serta budaya kebahasaan yang menyangkut kuasa (power) dan solidaritas (solidarity).
ABSTRACT
This dissertation reveals the translation strategies, ideologies of translation, translation methods, and translation techniques of American-English forms of address into their Indonesian translations within linguistic culture involved in the translation. This qualitative research employs three American novels with their translation versions and interviews with their translators and other resource persons. Through the theories of translation, forms of address theories, and linguistic culture, the research findings indicate that two ideologies of translation: foreignization and domestication. Besides, it is also found that there are seven methods of translation with twenty four techniques of translation and linguistic culture relating to power and solidarity.
Depok: 2015
D2108
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Puspitorini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mengeksplorasi fungsi afiks verbal ma-, -um-, mang-, -in-, ka- dalam struktur internal kata dan klausa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fungsional dan metode analisis morfologi sintaksis. Data diambil dari teks prosa Jawa Kuno  diparwa yang diperkirakan disusun pada akhir abad 10. Data dari dua sumber lain, yaitu, Wirāṭaparwa dan Bhīsmaparwa digunakan sebagai pelengkap. Analisis data dilakukan dengan melihat fungsi afiks ma-, -um-, mang-, -in-, ka- dalam struktur internal kata dan korelasinya dengan ciri valensi sintaktis dalam struktur internal klausa. Temuan yang diperoleh dari analisis struktur internal kata adalah (i) afiks ma-,-um-, mang-, -in-, ka- bersifat derivatif karena mengubah makna leksikal dan kelas kata morfem dasar menjadi verba berargumen satu atau dua; (ii) afiks ma-,- um-, mang- membentuk verba berargumen satu, sedangkan afiks -um-, mang-, -in- , ka- membentuk verba berargumen dua. Sebagai pembentuk verba berargumen dua, afiks -um-, mang- juga memiliki fungsi sebagai pemarkah diatesis aktif, sedangkan afiks ?in-, ka- sebagai pemarkah diatesis pasif. Verba berargumen satu dikaji berdasarkan makna aspektual inheren verba. Temuan yang dihasilkan adalah ada dua kelompok verba berafiks, yaitu (i) verba berafiks ma- yang keberlangsungan situasinya bersifat nondinamis (nondynamic situation), (ii) verba berafiks ?um- dan mang- yang keberlangsungan situasinya bersifat dinamis (dynamic situation). Verba yang menyatakan situasi nondinamis dibedakan menjadi dua, yaitu verba statif (keberlangsungannya bersifat tetap) dan verba statis (keberlangsungannya bersifat sementara). Perbedaan verba statif dari verba statis terkait dengan analisis afiks verbal dalam struktur internal klausa yang menghasilkan temuan sebagai berikut. Klausa dengan predikat berupa verba statif tidak dapat diperluas dengan unsur sintaktis lainnya, sedangkan predikat berupa verba statis dan dinamis dapat diikuti unsur sintaktis lain. Verba berargumen dua dikaji berdasarkan ciri ketransitifannya. Afiks ma- cenderung membentuk verba transitif yang tidak mendasar (non-prototypical transitive verbs) dibandingkan afiks ?um- dan mang-. Secara semantis verba macenderung memiliki kadar ketransitifan yang rendah. Sebaliknya, afiks mangcenderung membentuk verba berciri transitif yang prototipikal, yaitu (i) memiliki agen yang melakukan tindakan dengan sengaja dan aktif, (ii) memiliki pasien yang konkret dan terkena tindakan, (iii) verba menyatakan peristiwa berubah dengan cepat, terbatas, tuntas. Oleh karena itu, subjek klausa berpredikat verba mang- cenderung merupakan agent active. Ciri semantis tersebut menjadi pembeda yang paling menonjol antara verba mang- dan verba ?um-. Subjek klausa berpredikat verba ?um- cenderung merupakan a conscious dative. Analisis verba berafiks pada struktur internal klausa menghasilkan temuan dua tipe klausa, yaitu (i) klausa yang urutan predikat dan subjeknya tersela konstituen sintaktis lain, dan (ii) klausa yang urutan predikat dan subjeknya tidak tersela konstituen sintaktis lain. Perbedaan tersebut berkaitan dengan jenis klausa ditinjau berdasarkan ada tidaknya partikel topikal dalam klausa. Klausa berpola predikat subjek yang tidak tersela konstituen lain dapat menjadi klausa topikal, sedangkan klausa berpola predikat subjek yang tersela konstituen lain tidak dapat menjadi klausa topikal. Temuan tersebut memperlihatkan perbedaan jenis klausa yang dipicu oleh kebutuhan pada tingkat sintaktis dan pragmatik wacana. Temuan penelitian ini berimplikasi pada kajian linguistik bahasa Jawa Kuno dalam hal dua aspek tinjauan afiks verbal, yaitu kata dan klausa. Afiks verbal bahasa Jawa Kuno tidak hanya merupakan kesatuan bentuk dan makna dengan morfem dasar yang diimbuhinya, tetapi juga merupakan kesatuan bentuk dan makna yang berkorelasi dengan ciri sintaktis verba berafiks yang dibentuknya
ABSTRACT
This research investigates the functions of Old Javanese verbal affixes ma- -um-, mang-, -in-, and ka- in the internal structure of words and clauses. This qualitative research utilizes functional approach and morphological-syntactical method for analysis. Data were taken from an Old Javanese prose text  diparwa which was composed approximately in the 10th century. Supplementary data were taken from two other textual sources: Wirāṭaparwa and Bhīsmaparwa. Data were analyzed by examining the functions of affixes ma-, -um-, mang-, -in-, and ka- in the internal structure of words and their correlation with syntactical valency in the internal structure of clauses. Analysis of the internal structure of words yields these following results: (i) affixes ma-,-um-, mang-, -in-, and ka- are derivative in character because they can transform lexical meanings and the part of speech of a basic morpheme into a verb with one or two arguments; and (ii) affixes ma-,-um-, and mang- creates verbs with one argument, while affixes -um-, mang-, -in-, and ka- creates verbs with two arguments. As markers of verbs with two arguments, affixes -um- and mang- also function as active diathesis markers, while affixes -in- and kafunction as passive diathesis markers. Verbs with one argument are analyzed according to their inherent aspectual meanings. This analysis found two groups of verbs with affixes: (i) verbs with affix ma- which signify non-dynamic situations and (ii) verbs with affixes -um- and mang- which signify dynamic situations. Verbs which convey non-dynamic situations are further divided into two groups which consist of stative verbs (which indicate permanent situations) and static verbs (which indicate temporary situations). The difference between those two groups of verbs is then linked to the results of an analysis of verbal affixes in the internal structure of clauses, which found that clauses with stative verbal predicates cannot be expanded using other syntactical elements, while clauses with static and dynamic verbal predicates can be expanded using other syntactical elements. Verbs with two arguments are analyzed according to their transitivity. Affix ma- is more likely to create non-prototypical transitive verbs than affixes - um- and mang-. Semantically speaking, verbs with affix ma- tends to show low degree of transitivity, whereas the affix mang- tends to create prototypical transitive verbs with these characteristics: (i) having agents who do intentional and active actions, (ii) having concrete patients who become the objects of those actions, and (iii) signifying events which are rapidly changing, limited, and complete. Because of this, the subjects of clauses with verbal predicate mangtend to be active agents. This semantic characteristic is the most distinguishing feature between verbs with affix mang- and verbs with affix -um-. The subjects of clauses with verbal predicate -um- tend to be conscious datives. The analysis of verbs with affixes in the internal structure of clauses results in two types of clauses which consist of (i) clauses whose predicate and subject are separated by other syntactical constituents, and (ii) clauses whose predicate and subject are not separated by other syntactical constituents. This difference is related to the categorization of clauses which is based on the presence or absence of topical particles in the clauses. Clauses with predicatesubject pattern which are not separated by other syntactical constituents can be considered as topical clauses, whereas clauses with predicate-subject pattern which are separated by other syntactical constituents cannot be considered as topical clauses. These findings demonstrate that clauses can be categorized according to various linguistic needs at syntactical level and pragmatic-discourse level. The research findings can contribute to expanding the linguistic studies of Old Javanese in two aspects related to the study of verbal affixes: words and clauses. Old Javanese verbal affixes are not simply fusions of form and meaning combined with the base morphemes to which they are attached, but also the fusion of form and meaning which correlates with the syntactical characteristics of the affixed verbs they create.
2016
D2233
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library