Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deby Irawan Sanjaya
"ABSTRAK
Pelumas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mesin. Pelumas dibutuhkan mesin untuk melindungi komponenkomponen
mesin dari keausan. Prinsip dasar dari pelumasan itu sendiri adalah mencegah terjadinya gesekan antara dua permukaan logam yang bergerak, sehingga gerakan dari masingmasing logam dapat lancar tanpa banyak energi yang terbuang.
Hingga saat ini, di Indonesia, penelitian sintesa pelumas dari minyak nabati khususnya minyak sawit belum menarik minat penelitian, apalagi menjadi kebijakan nasional dan diproduksi secara komersial. Penelitian ini bertujuan mendapatkan pelumas dasar nabati skala laboratorium setara pelumas mineral dan mendapatkan teknologi pembuatan katalis H3PO4/zeolit, dan menyederhanakan rangkaian proses dari 3 (tiga) tahapan proses menjadi 1 (satu) tahapan proses melalui transesterifikasi.
Penelitian ini akan melalui beberapa tahapan metode sebagai berikut: preparasi dan karakterisasi katalis H3PO4/zeolit, uji reaksi katalitik pada reaktor berpengaduk (batch) skala lab volume 100 ml, dengan variasi temperatur (1501700C), dan variasi waktu reaksi (18 jam). Hasil sintesis pelumas nabati selanjutnya dikarakterisasi untuk melihat selektivitas, konversi dan yieldnya.
Hasil yang diperoleh adalah Pembuatan Katalis H3PO4/zeolit mampu memperbesar luas permukaan, luas pori, dan diameter pori dari zeolit, akan tetapi penelitian ini belum berhasil memperoleh pelumas dasar nabati skala lab yang diinginkan yaitu adanya gugus hexyl ester pada produk hasil reaksi.

ABSTRACT
Lubricant is indivisible part from machine. Lubricant is required machine to protect machine components from abrasion. Elementary principle from Iubrication of itself is prevent the happening of friction between two surfaces of peripatetic metal, so that movement from each metal earns is fluent without many energies which castaway.
The existing finite, in Indonesia, research of Iubricant synthesis from vegetable oil especially palm oil has not drawn research enthusiasm, more than anything else become national policy and produced commercially. This research aim o get bioIubricant of mineral Iubricant equivalent laboratory scale and gets making technology of catalyst H3PO4/zeolit, and answers research problems of bioIubricant before all using homogeneous catalyst and makes moderate process network from three process step becomes one process step through transesterification.
This research will pass some method steps as follows: preparation and characterisation of catalyst H3PO4/zeolit, catalytic reaction test at reactor is having churn ( batch) volume laboratory scale 100 ml, with various temperature ( 1501700C), and various reaction time ( 18 hours). Result of vegetable Iubricant synthesis herein after characterisated to see selectivity, conversion and yield.
Result obtained is make of catalyst H3PO4/zeolit can enlarge surface area, pore wide, and pore diameter from zeolite, however this research has not successfully obtains vegetation base Iubricant of laboratory scale wanted that is existence of bunch hexyl ester at product result of reaction."
2008
S49731
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Nur Aulia Afiff
"ABSTRAK
Kebutuhan CaCO3 murni (>98%) baik di dunia maupun di Indonesia terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan ini Indonesia mengimpor CaCO3 murni dalam jumlah yang cukup besar tiap tahunnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia adalah batuan dolomit. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah mineral dolomit, perlu dilakukan kajian teknologi yang dapat diaplikasikan secara tepat dalam mengolah mineral dolomit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memisahkan kandungan CaCO3 dalam dolomit sehingga menghasilkan CaCO3 dengan tingkat kemurnian yang tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi proses leaching yaitu berupa selective leaching dimana pada metode ini digunakan HCl dalam konsentrasi yang sangat rendah sehingga hanya ion Ca yang larut dalam HCl. Karakterisasi yang dilakukan meliputi komposisi dolomit dan produk CaCO3 menggunakan XRF dan metode penimbangan. Selective leaching dengan menggunakan HCl dilakukan pada variasi konsentrasi, waktu, rasio, dan kecepatan pengadukan. Kondisi optimum untuk menghasilkan CaCO3 dengan kemurnian diatas 98% didapat dengan menggunakan HCl 0.05M sebanyak 100mL selama 1 jam dan dilakukan tanpa pengadukan.

ABSTRACT
The needs of pure CaCO3 (>98%) both in the world and in Indonesia continues to increase every year. To meet this need, Indonesia imports CaCO3 in large quantities each year. This is very unfortunate because Indonesia has abundant natural resources, and one of them is dolomite. In an effort to increase the value of dolomites in Indonesia, it is necessary to study technologies that can be applied appropriately in processing the dolomites. This study aims to produce pure CaCO3 from dolomites in order to fulfill the needs in Indonesia. In this research, leaching process is modified into selective leaching. In this method, the concentrations of HCl that being used is very low that only Ca ion is dissolved in HCl. Characterization of dolomites composition is conducted by using XRF. Selective leaching using HCl performed at various concentrations, times, ratios, and stirring speeds. The optimum conditions to produse CaCO3 with a purity above 98% is obtained by using 100mL of 0.05M HCl for 1 hour and is done without stirring.
"
2015
S59778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hexi Trijati Rahayu
"ABSTRAK
Metode WRV adalah metode penyetelan pengendali menunjukkan kinerja pengendali
yang lebih optimum dari metode penyetelan Ziegler Nichols, Cohen Coon, Dahlin dan
Lopez. Metode ini menggunakan mengkorelasikan informasi dari step respon open
loop tranfer function (K, τ, dan θ) untuk menentukan konstanta pengendali P, PI, dan
PID yaitu Kc, τi, dan τd. Namun, kompleksitas dan dinamika dari sistem proses yang
spesifik membutuhkan pengendali yang mampu untuk dilatih berdasarkan data historis
proses serta mampu untuk mengkombinasikan faktor-faktor yang mempengaruhi
sistem proses dalam memutuskan suatu aksi. Jaringan syaraf tiruan diaplikasikan yang
pada sistem pengendali, mampu memberikan kedua manfaat tersebutkan.
Penelitian ini dilakukan dengan mengaplikasikan jaringan syaraf tiruan untuk
menentukan konstanta penyetelan pengendali P, PI, dan PID dengan menggunakan
metode penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan metode penyetelan pengendali
WRV. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga jenis jaringan syaraf tiruan
yaitu, multi layer feed forward (MLFF), radial basis, dan generalized regression
(GRNN). Hasil simulasi dan penerapan pada alat pengendali tekanan di Laboratorium
Proses Operasi Teknik, Departemen Teknik Kimia FTUI menunjukkan bahwa jaringan
syaraf radial basis memberikan kinerja pengendali paling optimum untuk pengendali P
dan PI, sedangkan kinerja paling optimum dari pengendali PID diperlihatkan pada
aplikasi jaringan syaraf generalized regression (GRNN) sebagai metode penyetelan
pengendali."
2007
S49715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Nurfaiza Anasih
"Limbah medis masih menjadi ancaman bagi manusia dan lingkungan, salah satunya adalah zat antibiotik tetrasiklin. Saat ini, penelitian terkait produksi hidrogen mulai meningkat di seluruh dunia. Namun, hidrogen yang ada di dunia diperoleh dari bahan baku gas alam yang menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan kombinasi teknologi fotokatalisis dan elektrokoagulasi. Fotokatalis yang digunakan pada penelitian ini adalah g-C3N4/WO3 dengan variasi pengujian berupa metode sintesis fotokatalis, rasio komposisi massa fotokatalis, dan jenis proses untuk memperoleh persentase degradasi tetrasiklin dan akumulasi hidrogen. Pengujian performa fotokatalis dilakukan dalam sebuah reaktor terintegrasi untuk elektrokoagulasi-fotokatalisis dengan sumber foton berupa lampu merkuri 250 W dan anoda aluminium (Al) dan katoda stainless steel (SS-316) dengan tegangan 5 V digunakan pada proses elektrokoagulasi. Metode sintesis yang optimal adalah kalsinasi langsung (DC), yang menghasilkan persentase degradasi sebesar 49,57% dan produksi hidrogen sebesar 2,54  mmol/g, dibandingkan dengan sonikasi langsung (UA) dan sonikasi prekursor (UB). Rasio massa fotokatalis optimal ditemukan pada g-C3N4/WO3 dengan perbandingan 3:1, yang mampu mendegradasi tetrasiklin sebesar 57% dan menghasilkan hidrogen sebesar 2,64  mmol/g, dibandingkan dengan rasio 1:1 dan 1:3. Hasil karakterisasi SEM/EDX menunjukkan bahwa morfologi g-C3N4 berupa lembaran dan WO3 berbentuk agregat. Fasa kristal g-C3N4 adalah heksagonal, sedangkan fasa kristal WO3 didominasi oleh monoklinik dengan ukuran kristal fotokatalis berkisar antara 0,3 - 36 nm. Karakterisasi UV-Vis DRS menunjukkan nilai energi band gap setiap katalis dalam rentang 2,64 - 2,86 eV, yang memungkinkan absorbansi sinar tampak. Fotokatalis g-C3N4/WO3 dengan rasio 3:1 yang disintesis terbukti memiliki laju rekombinasi yang lebih rendah dibandingkan dengan g-C3N4, dengan dugaan mekanisme transfer muatan berupa Z-scheme heterojunction berdasarkan karakterisasi photoluminescence. Selain itu, proses kombinasi elektrokoagulasi-fotokatalisis memberikan persentase degradasi tetrasiklin sebesar 62,02% dan akumulasi hidrogen sebanyak 49.982,20  mmol/g.

Medical waste continues to pose a threat to humans and the environment, with one of the concerns being the antibiotic tetracycline. Currently, research on hydrogen production is increasing worldwide. However, existing hydrogen is predominantly derived from natural gas, which results in high carbon emissions. To address this issue, a combination of photocatalysis and electrocoagulation technologies is utilized. The photocatalyst used in this study is g-C3N4/WO3, with variations in the synthesis methods of the photocatalyst, the mass composition ratio of the photocatalyst, and the types of processes employed to achieve the degradation percentage of tetracycline and hydrogen accumulation. The photocatalyst performance tests were conducted in an integrated reactor for electrocoagulation-photocatalysis, with a 250 W mercury lamp as the photon source, an aluminum (Al) anode, and a stainless steel (SS-316) cathode used at a voltage of 5 V during the electrocoagulation process. The optimal synthesis method was direct calcination (DC), yielding a degradation percentage of 49.57% and hydrogen production of 2.54 mmol/g, compared to direct sonication (UA) and precursor sonication (UB). The optimal photocatalyst mass ratio was found to be g g-C3N4/WO3 at 3:1, which degraded tetracycline by 57% and produced 2.64 mmol/g of hydrogen, compared to the ratios of 1:1 and 1:3. SEM/EDX characterization showed that the morphology of g-C3N4 was nanosheets, while WO3 formed aggregates. The crystal phase of g-C3N4 was hexagonal, whereas the crystal phase of WO3 was predominantly monoclinic, with photocatalyst crystal sizes ranging from 0.3 to 36 nm. UV-Vis DRS characterization indicated that the band gap energy of each synthesized catalyst ranged from 2.64 to 2.86 eV, enabling visible light absorption. The synthesized g-C3N4/WO3 photocatalyst with a 3:1 ratio demonstrated a lower recombination rate compared to g-C3N4, with a proposed charge transfer mechanism involving a Z-scheme heterojunction based on photoluminescence characterization. Additionally, the electrocoagulation-photocatalysis combination process resulted in a tetracycline degradation percentage of 62.02% and hydrogen accumulation of 49,982.20 mmol/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Octavia Viriyo
"Komposit Multi-Walled Carbon Nanotubes (MWCNT)/Titania telah disintesis untuk mendegradasi fenol sebagai model limbah industri farmasi. Sintesis komposit MWCNT/Titania dilakukan dengan pretreatment asam kepada MWCNT, pengaturan pH larutan dan metode ultrasonikasi. Sampel dikarakterisasi dengan FE-SEM/EDX, XRD dan UV-Vis DRS. Hasil karakterisasi FE-SEM/EDX, XRD dan UV-Vis DRS menunjukkan bentuk komposit yang homogen dengan kristal fasa anatase dan rutile yang berukuran 14 nm dan 15 nm serta tingkat celah energi sebesar 3,05 eV. pH pengkompositan MWCNT/Titania optimum untuk mendegradasi fenol adalah pH 3. Komposisi MWCNT optimum dengan aktivitas fotokatalis tinggi yaitu 3% berat. Komposit MWCNT/TiO2 mampu mendegradasi senyawa fenol hingga 100% setelah 4 jam pengujian.

Multi-Walled Carbon Nanotubes (MWCNT)/Titania composite have been synthesized to degrade phenol as a model of the pharmaceutical industry waste. Synthesis of Composite MWCNT/Titania performed with acid pretreatment of MWCNT, solution pH adjustment and ultrasonication. The samples were characterized by FE-SEM/EDX, XRD and UV-Vis DRS. The results of the characterization of FE-SEM/EDX, XRD and UV-Vis DRS showed a homogeneous composite form with crystalline anatase and rutile phase measuring 14 nm and 15 nm as well as the energy band-gap of 3.05 eV. pH optimum composite MWCNT/Titania to degrade phenol is pH 3. Composition optimum MWCNT with high photocatalytic activity of 3% by weight. MWCNT/TiO2 composite able to degradate phenol up to 100% after 4 hours of testing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Meyda Astria
"Produksi aspal dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan batuan Aspal Buton (Asbuton) yang ketersediannya sangat melimpah. Aspal dapat diproduksi dengan melarutkan CaCO3 (kalsium karbonat) yang merupakan komponen pengotor dominan dari Asbuton. Penelitian sebelumnya menggunakan berbagai asam sebagai pelarut. Akan tetapi, proses tersebut menghasilkan limbah yang tidak ramah lingkungan. Kalsium karbonat dapat larut dalam H2CO3. Kelarutan kalsium karbonat dalam larutan H2CO3 dapat ditingkatkan dengan penambahan MgCl2 karena larutan ini memiliki ion bervalensi dua yang dapat meningkatkan kekuatan ion. Kekuatan ion akan meningkatkan salinitas dan konstanta kelarutan CaCO3. Pelarutan CaCO3 dilakukan menggunakan autoclave dengan pemanas dan dibantu dengan sonikator. Variabel yang diukur adalah padatan karbonat yang terlarut dan massa jenis aspal serta pengurangan padatan kalsium karbonat dalam aspal menggunakan uji massa jenis dan uji FTIR. Hasil penelitian menunjukkan padatan kalsium karbonat terlarut pada kondisi optimum suhu 90 °C, tekanan 2 bar, laju alir gas CO2 0,4 l/menit, konsentrasi larutan garam 0,5 M dan waktu ekstraksi 80 menit. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa aspal yang terkandung adalah sebesar 57,5% dengan kandungan kalsium karbonat sebesar 27% dan massa jenis 1,26 g/ml.;

Bitumen Production can be increased by utilizing Buton Asphalt Rock (Asbuton) which is available as abundant source. Bitumen can be produced by dissolving CaCO3 (calcium carbonate) that is considered as impurity of Asbuton. In previous research, weak acid is used as solvent. Nevertheless, it produces non eco-friendly waste. Calcium carbonate is able to dissolve in H2CO3. Calcium carbonate solubility can be augmented by addition of MgCl2 solution because it has bivalent ion which can increase ionic strength. Ionic strength increased leads to augmentation of salinity and solubility constant of CaCO3. Calcium carbonate extraction is performed using autoclave, heater, and sonicator. Measured variable is percentage of dissolved carbonate and bitumen density. Degradation of carbonate group will be examined by FTIR test and density test. The result shows that calcium carbonate is dissolved at optimal condition: temperature 90 °C, pressure 2 bar, CO2 flow rate 0,4 liter/min, concentration of brine solution 0,5 M, and extraction time 80 minutes. Bitumen produced contains asphaltene and calcium carbonate 57,5% and 27% respectively with density 1,26 g/ml."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faiz Firdaus
"Pemanfaatan potensi Asbuton di Indonesia belum optimal karena mahalnya biaya produksi aspal. Produksi aspal dapat menggunakan pelarut asam kuat untuk melarutkan padatan CaCO3 dalam Asbuton, tetapi penggunaan asam kuat menghasilkan limbah yang berbahaya. Penggunaan pelarut asam lemah seperti H2CO3 dapat dijadikan sebagai alternatif. Untuk meningkatkan produksi aspal, digunakan pelarut tambahan berupa larutan garam klorida karena kekuatan ionik dari larutan ini dapat meningkatkan salinitas dan konstanta kelarutan padatan CaCO3. Ekstraksi dilakukan secara semi batch menggunakan ekstraktor dengan bantuan gelombang ultrasonik. Kondisi operasi optimal diperoleh pada waktu ekstraksi 80 menit, suhu 90°C, tekanan 3 bar, laju alir gas 0,4 liter/menit, konsentrasi pelarut tambahan 1 M, rasio padatan/larutan 0,02 g/ml. Persentase CaCO3 terlarut maksimal adalah 66,25%. Aspal yang dihasilkan mengandung 54,10 % aspal, 20,36% CaCO3, dan 25,54% padatan mineral lainnya.

Indonesia's potential of Asbuton has not been utilized optimally due to the expensiveness of asphalt production cost. Strong acid solution can be used to produce asphalt by dissolving CaCO3 from Asbuton, but the waste from this solution can be harmful to the environment. Due to this problem, the usage of weak acid solution comes as an alternative way to produce asphalt. In order to increase asphalt production, salt chloride will be used as co-solvent because its ionic strength can increase salinity and solubility constant of CaCO3 solid. The extraction process will be performed on semi-batch extractor with the addition of ultrasonic wave. The optimum operating condition is achieved when the extraction process reaches 80 minutes at temperature 90°C, pressure 3 bar, CO2 flow rate 0.4 liter/minute, molarity of co-solvent 1 M, and the ratio of solid/liquid is 0.02 g/ml. The optimum percentage of dissolved CaCO3 is 66.25%. The yield of asphalt produced by this method has a composition of 54.10% asphalt, 20.36% solid carbonate, and 25.54% other solid impurities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairu Nuzula
"Lantanida banyak diaplikasikan sebagai sistem penghantaran obat. Ini disebabkan sifat flourosensinya yang baik. Selain itu lantanida diduga memiliki aktivitas antijamur. Sementara Kitosan adalah matriks yang umum digunakan dalam sistem penghantaran obat. Matriks Kitosan sebagai penghantar obat berkoordinasi dengan lantanida memiliki potensi yang penting dalam studi penghantaran obat. Dalam studi pengantaran obat, sifat toksisitas menjadi pent ing karena obat yang digunakan tidak boleh membahayakan tubuh. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui toksisitas dari sistem penghantaran obat komposit kitosan termodifikasi lantanida dan Fe3O4. Selain itu penelitian ini juga bermaksud untuk mengetahui potensi lantanida sebagai obat antijamur. Dari penelitian didapatkan bahwa komposit obat yang didapatkan memiliki toksisitas LC50 pada Artemia salinia sebesar 3600-3900 ppm yang masih memenuhi standar toksisitas. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa lantanida ketika berkoordinasi dengan model obat ataupun dengan kitosan sebagai ligan dapat meningkatkan aktivitas antijamurnya dibanding dengan lantanida ataupun ligan tanpa koordinasi.

Lanthanides applied mainly in drug delivery system because of its good flourosence property. Furthermore, lanthanides is considered as an active antifungal agent. Chitosan matrices to bind a coordinated lanthanides-drug composite have great potential in terms of controlled release in vivo study. In drugs release, the drugs may not inhibit a potential toxicity because of clinical reason. This research is to determine the toxicity o a samarium and iron-oxide modified chitosan composite. From the research it is determined that the toxicity LC50 of composite is ranging from 3600 to 3900 ppm in Artemia salina which is still acceptable toxicity. The antifungal activity of the composite also determined better than the precursor and ligands when not coordinated complex.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvya Yusri
"Biodiesel sebagai salah satu bahan bakar terbarukan memiliki kestabilan yang rendah terhadap reaksi oksidasi. Penambahan aditif antioksidan biodiesel seperti pirogalol belum bisa mengatasi masalah ini karena kelarutannya yang rendah pada biodiesel. Salah satu upaya peningkatan kelarutan pirogalol di dalam biodiesel adalah alkilasi pirogalol dengan metil linoleat melalui mekanisme radikalisasi dengan inisiator radikal 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl DPPH. Reaksi ini menghasilkan derivat pirogalol berupa senyawa gabungan pirogalol-metil linoleat. Namun, produk yang dihasilkan berupa campuran dengan kandungan senyawa derivat pirogalol yang sangat kecil 1.
Berbagai penelitian tentang pemanfaatan zeolit sebagai molecular sieve untuk pemisahan senyawa hidrokarbon berdasarkan ukuran molekul telah banyak dilakukan. Keberagaman ukuran molekul dari campuran menyebabkan produk dapat dipisahkan dengan menggunakan molecular sieve berupa zeolit.
Pada penelitian ini, senyawa derivat pirogalol dipisahkan dari campuran produk melalui metode adsorpsi menggunakan zeolit. Proses pemisahan diawali dengan analisa komposisi campuran produk dengan menggunakan high performance liquid chromatography HPLC. Prediksi ukuran molekul dari campuran produk dilakukan menggunakan perangkat lunak Chemdraw 3D. Produk di dalam campuran kemudian dipisahkan melalui adsorpsi yang selektif terhadap ukuran molekul menggunakan 3 tipe zeolit dengan ukuran pori yang berbeda, yaitu SAPO-34 4, Na-Y 7 dan 13X 10. Campuran dengan ukuran beragam yang terdiri dari pirogalol 6, derivat pirogalol 8, dimer pirogalol 10 dan DPPH 13 berhasil dipisahkan.
Zeolit 13X sebagai zeolit dengan pori terbesar menunjukkan hasil optimal pada pemisahan senyawa derivat pirogalol dengan adsorpsinya yang hanya selektif untuk senyawa berukuran lebih kecil dari 10, yaitu derivat pirogalol dan pirogalol. Senyawa derivat pirogalol yang sudah teradsorpsi di dalam zeolit 13X didesorpsi dengan memvariasikan pelarut, suhu 26-55°C dan metode desorpsi satu tahap dan dua tahap untuk mendapatkan senyawa derivat pirogalol dengan kemurnian optimum. Kondisi optimum desorpsi didapatkan pada suhu 55°C dengan pelarut metanol melalui metode desorpsi dua tahap yang menghasilkan senyawa derivat pirogalol dengan kemurnian 10,2.

Biodiesel as one of the best potential renewable fuels has low stability against oxidative degradation. The addition of antioxidant additives such as pyrogallol has not been able to solve this problem due to its low solubility in biodiesel. One of the attempts to increase the solubility of pyrogallol in biodiesel was alkylation of pyrogallol with methyl linoleate through radicalization mechanism using 2,2 diphenyl 1 picrylhydrazyl DPPH which produces pyrogallol derivative in form of pyrogallol methyl linoleate compound. However, the products from this reaction were the mixture of several compounds with the very low concentration of pyrogallol derivative compound 1.
Several research about the use of zeolites as molecular sieves for separation of hydrocarbon compounds based on molecular size have been widely studied. The diversity of molecular sizes of product mixtures cause the products could be separated by using molecular sieves such as zeolites.
In this research, pyrogallol derivative compound was separated from the products mixture through adsorption method using zeolites. The separation process was started by analyzing the product composition using high performance liquid chromatography HPLC. The size of the compounds in the mixture was predicted by using Chemdraw 3D software. The products mixture were separated through size selective adsorption using 3 types of zeolites with different pore size, ie SAPO 34 4 , Na Y 7 and 13X 10. The mixture which consist of several compound with different size such as pyrogallol 6, pyrogallol derivative 8, dimer of pyrogallol 10 and DPPH 13 was successfully separated.
Zeolite 13X showed the best performance in separation of the pyrogallol derivative compound from the mixture due to its selective adsorption to the compound with the molecular size smaller than 10, pyrogallol and pyrogallol derivative compound. The desorption of pyrogallol derivative compound from 13X zeolite was done by varying the solvents, temperature 26-55°C and desorption method one step and two step desorption. The optimum desorption condition was at 55°C using methanol solvent through two step desorption, which resulting 10,2 of pyrogallol derivative compound."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>