Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indriati
Abstrak :
Latar Belakang: Kasus kehilangan gigi banyak terjadi di Indonesia dan kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengganti dengan segera masih kurang. Kondisi kehilangan gigi tersebut juga dipengaruhi oleh hormon seksual. Hormon esterogen berfungsi untuk menjaga osteointegrasi, sedangkan hormon testosteron berfungsi untuk menjaga densitas tulang. Di samping itu kurva oklusal, terutama dari bidang sagital seringkali digunakan sebagai acuan untuk perawatan di bidang prostodonsia dan ortodonsia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi jenis kelamin dengan perubahan lengkung oklusal berdasarkan ekstrusi gigi antagonis pada kasus kehilangan satu gigi posterior. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik potong lintang. Sampel penelitian ini berupa model studi yang diambil dari pasien RSGMP FKG UI, dimana kondisi pasien saat dicetak berumur 20-40 tahun dengan kehilangan satu gigi posterior yang memiliki gigi antagonis. Sampel penelitian ini adalah 40 buah dengan 20 buah kasus perempuan dan 20 buah kasus laki-laki. Kemudian, studi model di fotokopi dan dilakukan pengukuran dengan acuan berupa bidang oklusal pada rahang atas dan curve of Spee pada rahang bawah. Hasil: Usia rata-rata dari sampel adalah 28,45 tahun (laki-laki 31,15 tahun; perempuan 25,75 tahun) dan lama kehilangan ratarata adalah 4,35 tahun (laki-laki 3,825 tahun; perempuan 4,875 tahun). Rata-rata ekstrusi gigi antagonis pada 20 kasus laki-laki adalah 2,707 mm dan pada 20 kasus perempuan adalah 2,444 mm. Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan chi-square didapat nilai p adalah 0,185 (p>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi antara jenis kelamin dengan perubahan lengkung oklusal berdasarkan ekstrusi gigi antagonis pada kasus kehlangan satu gigi posterior.
Background: Many cases of loss teeth in Indonesia and Indonesian people awareness to immediately change it are low. The condition of loss teeth is depending on sexual hormone. Estrogen is useful to keep the osteointegration, while testosterone is useful to keep the bone density. Occlusal curve, especially from sagital plane often use as a reference in a both prosthodontics and orthodontics treatment. Objective: The purpose of this research is to see the correlation between gender and the change of occlusal curve based on the value of extrusion antagonist tooth in loss a posterior tooth. Method: This research is a cross sectional analytic research. Sample, in this research is a study model of the patient from RSGMP FKG UI. When the dentist made the duplication of the patient?s mouth, the patient age is 20-40 years old and the patient loss one of their teeth that has antagonist teeth. The number of sample in this research is 40 cases those 20 cases from women?s patients and 20 cases from men?s patients. Than, copy the study models with the photocopy machine and measuring the extrusion of the antagonists teeth. These measurements use an occlusal plane (maxilla) and curve of Spee (mandible) as a reference. Result: Mean of the age is 28,45 years old ( men are 31,15 years old and women are 25,75 years old). Mean of duration of loss teeth is 4,35 years (men is 3.825 years and women is 4.875 years). Mean of extrusion of antagonist teeth in 20 men?s cases is 2,707 mm and in 20 women?s cases is 2,444 mm. The result of bivariat analysis (chi square) is p=0,185. Conclusion: Gender has no correlation with changing of occlusion curve in loss of posterior tooth.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vani Natasha
Abstrak :
Latar Belakang: Kesadaran masyarakat dalam mengganti kehilangan gigi posterior masih berada dalam angka yang rendah. Padahal, banyak studi menyatakan kehilangan gigi yang tidak diganti akan menyebabkan perubahan lengkung oklusal karena pergerakan patologis geligi sisa terutama dalam bidang vertikal. Pergerakan vertikal tersebut dipengaruhi berbagai hal, antara lain usia pasien. Akibat perubahan lengkung oklusal antara lain mastikasi menjadi tidak efisien serta akan mempersulit rencana perawatan dan prognosis pembuatan protesa. Tujuan: Mengetahui korelasi usia dengan perubahan lengkung oklusal berdasarkan ekstrusi gigi pada kehilangan gigi posterior yang tidak diganti. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang pada studi model dan kartu status pasien RSGMP FKG UI tahun 2006-2008. Metode pemilihan sampel penelitian adalah purposive sampling dan didapatkan sebanyak 64 sampel penelitian. Analisis statistik secara univariat berupa distribusi frekuensi dari variabel usia, nilai ekstrusi gigi, serta uji bivariat menggunakan korelasi Pearson. Hasil: Didapatkan 64 sampel penelitian yang melengkapi kiteria inklusi. Usia sampel penelitian berkisar 20-58 tahun (usia rata-rata 38.53, SD ± 11.952). Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna (p<0,01) dengan nilai korelasi Pearson (-0.402) dimana kekuatan korelasi adalah sedang dan berbanding terbalik antara usia pasien dengan perubahan lengkung oklusal berdasarkan ekstrusi gigi antagonis. Kesimpulan: Usia memilki hubungan bermakna dengan kedalaman lengkung oklusal dari bidang sagital berdasarkan besar ekstrusi pada kasus kehilangan gigi posterior yang tidak segera diganti.
Background: The awareness of replacing missing posterior teeth is still very low within the public even though research have shown that unreplaced missing tooth will likely alter the occlusal curve caused by pathological movement of antagonist totth, mainly on the vertical plane. The vertical movement is influenced by many factors, including patient?s age. Altered occlusal curve will reduce the efficienct of masticatory process as well as increasing the complexities of prognosis of protheses production and treatment planning. Aim: to study the correlation between aging on occlusal curve alteration as a result of unreplaced missing posterior tooth. Method: Descriptive studies using cross-sectional study method based on 2006-2008 data of dental cast and dental record of RSGMP FKG UI patients. Purposive sampling will be the method used and 64 samples will be used. Statistical analusis approach used was univariate statistics using frequency distribution of age, and dental extrusion measurement. Bivariate statistic test based on pearson correlation was also used to test the correlation between the two variables. Conclussion: All sixty four samples used met both inclusive and exclusive criteria. The samples age ranged from 20-58 years old, with a mean of 38.53 and standart deviation of 11.952. The Pearson correlation statistical test indicated a medium correlation and a inversed proportion relationship between age and occlusal curve alteration caused by antagonist tooth extrusion.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiarma Talenta Theresia
Abstrak :
Latar Belakang: Angka kesakitan gigi di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun sebagai akibat belum memadainya kualitas pelayanan kesehatan gigi. Hal ini dapat dilihat dengan masih tingginya angka pencabutan gigi. Saat ini rasio penambalan dan pencabutan gigi sebesar satu berbanding tujuh. Dengan demikian, masalah kesehatan gigi paling menonjol adalah kehilangan gigi akibat karies dan penyakit periodontal. Keputusan untuk ekstraksi gigi merupakan bagian dari rencana perawatan. Keputusan ini dibuat setelah mempertimbangkan keuntungan dan kerugian mempertahankan gigi yang telah rusak. Kehilangan satu gigi posterior menyebabkan keadaan hipofungsi gigi antagonis yaitu keadaan tidak berfungsinya gigi untuk mastikasi. Dengan kata lain, kehilangan satu gigi menyebabkan kehilangan dua gigi, kehilangan dua gigi menyebabkan kehilangan empat gigi dan demikian seterusnya. Konsep ini disebut losing teeth ?two-forone?. Gigi yang tidak memiliki antagonis cenderung akan bergerak dari posisi normalnya ke arah vertikal atau disebut ekstrusi yang pada akhirnya menyebabkan perubahan lengkung oklusal. Tujuan: Mengetahui korelasi antara jumlah kehilangan gigi posterior dengan perubahan lengkung oklusal berdasarkan nilai ekstrusi gigi antagonis. Metode: Penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Sampel penelitian berupa model studi dan kartu status pasien. Pengukuran ekstrusi untuk rahang atas mengikuti pedoman penyusunan gigi posterior sedangkan untuk rahang bawah mengikuti pengukuran kedalaman Curve of Spee. Hasil: Didapatkan 57 kasus. Usia berkisar 30-50 tahun. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p>0,05) antara jumlah kehilangan gigi posterior dengan perubahan lengkung oklusal berdasarkan nilai ekstrusi gigi antagonis. Kesimpulan: Jumlah kehilangan gigi posterior tidak berhubungan dengan perubahan lengkung oklusal berdasarkan nilai ekstrusi gigi antagonis.
Background: Dental illness rate in Indonesia tends to increase every year due to the insufficient of dental health service?s quality. It can be seen through the high level of tooth extraction rate. At the moment, the ratio of restoration and extraction of tooth is 1:7. Therefore, the biggest dental issue is loss of tooth due to caries and periodontal disease. The decision to remove tooth is a part of the treatment-planning process and is made after assessing the advantages and disadvantages associated with retention of the tooth. Losing one posterior tooth can result a hypo function condition of the antagonist tooth which is a condition that makes the ntagonist tooth useless because it no longer has a tooth to chew against. Therefore, losing one tooth can result in the loss of the use of two, losing two teeth can result in the loss of the use of four and so on. This concept is called losing teeth "two-for-one". The unopposed tooth has a tendency to move from its normal position in vertical direction or it can be called extrusion and in the end causes the changing of occlusion curve. Aim: To study the cross-sectional relationship between number of the tooth loss and changing of occlusion curve based on the value of extrusion of antagonist tooth. Method: This study is an analytical study using the cross-sectional study method. Research?s samples are model study and dental record. The measurement of extrusion for maxilla was following the rule of posterior teeth arrangement and for mandible was using measurement for the depth of Curve of Spee. Results: Of the total samples, 57 cases were useful for analysis. Age range between 30 and 50 years. There was no significant correlation (p>0,05) between cross-sectional measurements of number of tooth loss and changing of occlusion curve based on the value of extrusion of antagonist tooth. Conclusion: Number of tooth loss has no correlation with changing of occlusion curve based on the value of extrusion of antagonist tooth.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library