Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amiruddin Muchtar
Abstrak :
Globalisasi memaksa setiap perusahaan untuk dapat bersaing lebih berat lagi. Jika sebelumnya saingan hanya sebatas loyal saja (sedikit). maka dengan adanya globalisasi saingan dari berbagai negara di dunia akan semakin banyak. Diperlukan suatu strategi perusahaan agar perusahaan tersebut dapat tetap bertahan. Salah satu strategi tersebut adalah dengan melakukan aliansi atau partnership dengan perusahaan lain khususnya dengan perusahaan asing untuk meningkatkan keunggulannya. Tewnwork adalah bentuk terapan dari Aliansi atau partnership tersebut untuk menyelesaikan tugas-tugas atau masalah mereka. Dalam studi kasus ini dicari faktor hambatan komunikasi yang paling sering terjadi dalam teamwork dengan partner asing pada pekerjaan Engineering design. Tahap Engineering design merupakan tahap yang cukup kritis karena kualitas design sangat besar pengaruhnya terhadap biaya, mutu, dan waktu proyek secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan tim kerja (teamwork) yang baik untuk mengeksekusi tahap Engineering design ini. Ada 5 faktor utama yang menghambat komunikasi dalam teamwork yaitu (1) Filtering. (2) Selective Perception. (3) Information overload. (4) Defensiveness. dan (5) Language. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor language (bahasa) menduduki faktor hambatan komunikasi yang paling banyak terjadi dalam teamwork dengan partner asing.
Globalisation forces each company to compete harder. Before, the competitor is limited co a local company only. globalisation. it makes more competitors from other country all over the word. It-s required corporate strategy to make the company still exist. Strategic alliance or partnership with other company (especially with foreign company) is the one of alternative to increase company competency. Teamwork is an applied form of its strategic alliance or partnership in order to perform their works or problems. In this case study. we would like to find out communication barrier factor that the most frequencies happen in teamwork with foreign partner for Engineering design work. Work phase of Engineering design is a critical due to design quality has big impact on cost. quality. and time (schedule) of the project overall. Therefore the good teamwork is needed to execute the work in this Engineering design phase. There are 5 main factors that become communication barrier in the teamwork are (1) Filtering. (2) Selective Perception, (3) Information overload. (4) Defensiveness. and (5) Language. Research has found that a "language" has more frequent happen in a communication barrier in teamwork with foreign partner.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T4724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Pryambodho
Abstrak :
It is important to be competitive to survive in the era of globalization. The competitive company is indicated by skilled and capable human resources to produce an efficient product together with customer satisfaction. Take an employee as a shareholder, will led them to work smart and seriously and the company gives an appropriate reward regarding to employee performance. Therefore it is also important to formulate a reward system. Thus the company and employee get fair profit. Objective of this study is to know employees perfonnance relationship among engineering, procurement, and construction groups in the finalization of Longkali CPO Project in Fast Kalimantan. Balance Scorecard is used as evaluation tools. Thus we are getting reward value for each employee according to perspective of finance, customer, business process, and learning and growth in the project. The other objective is to study employee performance evaluated by ?Balance Scorecard" and reward relationship. The highest value is variable l (50%). In Engineering, variable l is number of drawing with error indicator requisition less than 5%. In procurement, variable l is material procurement with error indicator requisition less than 5%. In construction, variable t is method of work with error implementation less than 5%. Variable l has influence to employee?s pcrfomrance in engineering, procurement, and construction groups to finish a project. Variable 1 is the main parameter that must be concerned. The lowest value is variable 5(30%), In Engineering, Procurement, and Construction, variable 5 is a speed of services. Time is an indicator to response customer is a parameter which has less attention to be follow up. The comparative analysis (3 samples) used Kruskal-Wallis hypothesis. The conclusion that there is no significant differences in determining amount of perspectives among Engineering, Procurement, and Construction.The Associative analysis used Spearmann-Rank Correlation Hypothesis. The conclusion is that all of the perspective variable has significant relationship each other. The smallest and the biggest of Relationship factor are 0.458 and 0.9 in respectively. The speed of customer service is a factor that have to be concemed. Therefore it is necessary to have a bcttter coordination in and among Engineering, Procurement, and Construction groups.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baria Satyagraha
Abstrak :
Seperti kita ketahui bahwa obyek dan subyek manajemen sumber daya manusia adalah manusia sebagai insan pekerja. Tidak bergairah atau kurang bersemangatnya seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja yang ada dalam dirinya, dengan kata lain setiap pekerja memerlukan motivasi yang kuat untuk meningkatkan produktifitas yang ada dikelompok kerjanya, yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan keahilan didalam suatu lingkup kegiatan manajemen proyek. Permasalahan yang ada adalah, jika seseorang melakukan suatu kegiatan pekerjaan dengan secara terpaksa, maka kegiatan pekerjaan tersebut tentu akan dilakukan tanpa adanya motivasi kerja, sehingga hasilnya cenderung tidak efektif dan tidak efisien. Hal ini secara tidak langsung akan menyebabkan produktifitas kerja yang dihasilkan juga kurang, sehingga terlihat jelas bahwa tingkat produktifitas dan kinerja suatu perusahaan akan tergantung juga kepada motivasi kerja karyawan perusahaan tersebut. Melihat adanya permasalahan diatas maka fokus utama dalam penelitian ini kami titik beratkan pada faktor manusia atau sumber daya manusia, dimana manusia itu sendiri sebagai pelaku utama dalam organisasi atau perusahaan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang adalah Faktor Internal, yaitu sesuatu hal yang berasal dari dalam diri pekerja itu sendiri dan Faktor Eksternal, yaitu sesuatu hal yang berasal dari luar diri pekerja itu sendiri. Didalam penelitian ini kami mencoba membatasi penelitian, dengan hanya melakukan penelitian seputar Faktor Internal yang mempengaruhi motivasi kerja, dimana dalam hal ini adalah motif pekerja, yang terdiri dari " motif afiliasi, motif prestasi dan motif kekuasaan ". Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti apakah faktor-faktor internal motif pekerja tersebut benar-benar dapat memberikan pengaruh yang panting terhadap motivasi kerja para pekerja yang berada didalam suatu lingkup kegiatan manajemen proyek. Diharapkan penelitian ini akan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut : - Membantu proses pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan sumber daya manusia. - Diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis di dalam pengembangan ilmu manajemen sumber daya manusia Adapun teknik analisis data yang akan kami gunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis yang paling umum digunakan, yaitu analisis multi regresi linier, dengan menggunakan bantuan paket program Statistical Program for Social Science (SPSS). Berdasarkan hasil analisis data dan model regresi yang telah dihasilkan melalui proses SP55 mengenai pengaruh motif pekerja terhadap motivasi kerja , maka didapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan motif pekerja terhadap motivasi kerja. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis melalul program SPSS, didapat Nilai Adjusted R2 = 0,824. Disini terlihat bahwa tingkat keyakinan terhadap Model linier adalah sebesar 82.4 %, sedangkan 17.6 % masih dipengaruhi variabel lain yang belum terdeteksi.
2001
T7237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Indriani Indra
Abstrak :
ABSTRAK
Pasar Baru adalah Pusat Pertokoan yang tertua untuk melayani kebutuhan masyarakat golongan menengah ke atas di kota Jakarta pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda sampai era tahun 1970-an, disamping Pasar Senen dan Pasar Jatinegara yang merupakan pasar tradisional untuk melayani kebutuhan masyarakat golongan menengah ke bawah. Sampai era tahun 1970-an, hampir seluruh penduduk kota Jakarta berkunjung ke Pasar Baru untuk melakukan kegiatan belanja tekstil, sepatu dan kebutuhan sekunder lainnya, namun dengan adanya kebijakan dari Pemerintah Propinsi DKI Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin untuk membangun pusat-pusat perbelanjaan di 5 (lima) wilayah kotamadya Jakarta yang aman dan nyaman menyebabkan Pasar Baru tidak lagi menjadi menjadi tempat tujuan utama bagi masyarakat golongan menengah ke atas di Jakarta untuk berbelanja, kecuali untuk beberapa komoditi seperti tekstil bermutu yang diimpor dari luar negeri serta sebagai grosir peralatan kecantikan. Berangkat dari pemikiran bahwa Pasar Baru pernah sebagai satu-satunya pusat pertokoan golongan menengah ke atas yang diwariskan dari turun temurun di kota Jakarta, mudah dicapai dan memiliki letak yang cukup strategis di pusat kota Jakarta maka perlu dilakukan penelitian untuk mengoptimalkan kembali kegiatan-kegiatan yang terdapat di lingkungan Pasar Baru. Penelitian ditempuh dengan cara mengamati lingkungan Pasar Baru, dimana ditemukan fakta-fakta seperti traffic yang padat di sekitar lingkungan ini, kondisi kurang nyaman dan aman akibat aktivitas pedagang kaki lima yang berdagang di pedestrian Jalan Pasar Baru Raya dan kurangnya lahan parkir, menjadi beberapa faktor yang mengakibatkan pengunjung golongan menengah ke atas kurang berminat untuk berbelanja di Pasar Baru. Sehingga diperlukan suatu cara pengembangan jenis-jenis kegiatan yang dapat menghasilkan keuntungan tertinggi (yield) untuk meningkatkan optimalisasi lingkungan Pasar Baru. Berdasarkan kajian Heritage, memang benar Pasar Baru merupakan lingkungan Cagar Budaya. Berdasarkan kajian Highest & Best Use, penggunaan yang tertinggi dan terbaik bagi lingkungan Pasar Baru adalah kegiatan hunian, sehingga Pasar Baru dapat dikembangkan menjadi lingkungan wisata belanja heritage. Berdasarkan kajian Kelayakan, Pasar Baru layak untuk dikembangkan menjadi lingkungan wisata belanja heritage.
ABSTRACT
Pasar Baru is the oldest shopping street catering to the needs of the community?s middle to high classes in Jakarta since far back during the Dutch Indies colonial rule until in the era of 1970s, complementing Pasar Senen and Pasar Jatinegara, which are the traditional market places to serve the needs of the low to middle classes. In the era until the 1970s, almost all residents of Jakarta visited Pasar Baru to buy textiles, shoes and other secondary needs. However, with the policy of the Government of DKI Jakarta under the leadership of Governor Ali Sadikin to build shopping malls in the five municipalities of the capital city that is safe and comfortable, gradually Pasar Baru became no longer a major destination for the middle to high classes of community of Jakarta to do shopping, except for some merchandises, such as the quality textiles imported from abroad and for wholesale purchases of beauty products and equipment. Departing from the thinking that Pasar Baru had once become the only shopping street attracting the community?s middle to the high classes in Jakarta, which had been inherited from generation to generation, and as it is easily accessible because of its strategic location in the center of Jakarta, it is here deemed necessary to conduct research to optimally revive the trading activities still found in the Pasar Baru environment. The research is carried out by doing observation on the Pasar Baru environment. The observation found the facts such as the dense traffic in the vicinity of this environment, the uncomfortable and quite unsafe condition due to the activity of cadgers in the pedestrian paths of Jalan Pasar Baru Raya, and the lack of parking area. These major facts become the factors that cause the visitors of the middle to top classes no longer so interested to do shopping in Pasar Baru. Thus, it?s necessary to develop the various kinds of activities that can generate the highest profit (yield) to improve the optimization of business in the environment of Pasar Baru. Based on the study of heritage, it?s true that Pasar Baru is a Heritage environment. Based on the study of Highest & Best Use, residential activity becomes the most probable use for Pasar Baru. Based on feasibility study, Pasar Baru is eligible to be developed into heritage shopping tourism environment.
2009
T26149
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library