Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Chandra Devi
"Latar belakang: Angka terjadinya karies di Indonesia masih cenderung tinggi. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi terjadinya karies di Indonesia mencapai 88,8%. Pada gigi dengan karies yang telah meluas hingga pulpa dan periapeks, perawatan saluran akar perlu dilakukan untuk mempertahankan dan mengembalikan fungsi gigi. Namun, kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan manfaat perawatan, serta diperberat oleh berbagai faktor hambatan dapat berakibat kepada kepatuhan dalam menjalankan prosedur perawatan saluran akar. Kondisi ini dapat menyebabkan terhambatnya prosedur perawatan dan mempengaruhi keberhasilan perawatan saluran akar.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai prosedur perawatan saluran akar dengan kepatuhan pasien dalam menjalankan perawatan. Mengetahui tingkat pengetahuan, kesadaran, kepatuhan dan hambatan pada pasien perawatan saluran akar.
Metode: Studi analitik observasional pada 105 responden yang pernah menjalani perawatan saluran akar menggunakan kuesioner E-survey tentang pengetahuan, kesadaran hambatan, dan kepatuhan prosedur perawatan saluran akar, dengan pendekatan cross sectional secara purposive sampling.
Hasil: Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup (48,57%), kesadaran baik (77,14%), kepatuhan baik (85,71%) dan hambatan rendah (52,38%). Terdapat hubungan searah antara pengetahuan dengan kepatuhan terhadap prosedur perawatan walau lemah (rho:0,287) namun sangat bermakna p:0,003), terdapat hubungan searah antara kesadaran dengan kepatuhan walau lemah (rho:0,371) namun juga sangat bermakna (p:0,000); dan antara faktor hambatan dengan kepatuhan walau terlihat tidak bermakna (p:0,590) namun tetap terdapat hubungan yang berlawanan (rho:-0,053).
Kesimpulan: Responden pada penelitian ini menunjukkan memiliki pengetahuan yang cukup, kesadaran yang baik, dan kepatuhan yang baik, serta faktor hambatan yang rendah tentang prosedur perawatan saluran akar. Terdapat hubungan yang searah antara pengetahuan dan kesadaran dengan kepatuhan, serta hubungan yang berlawanan antara faktor hambatan dengan kepatuhan dalam menjalankan prosedur perawatan saluran akar gigi.

Background: Nowadays, Indonesia still has a high rate of caries. Based on Riskesdas data in 2018, the prevalence of caries in Indonesia reached 88.8%. When caries are allowed to spread, it will cause irreversible pulp and periapical disease, so root canal treatment is necessary to preserve the tooth. The level of knowledge, awareness and barriers factors will result in compliance in root canal treatment procedures. This situation in some patients causes discontinuation of root canal treatment.
Objective: To analyze the relationship between the level of knowledge, awareness, and barriers factors to the level of patient compliance regarding root canal treatment procedures. Knowing the level of knowledge, awareness, compliance, and barriers factors for root canal treatment patients.
Methods: An observational analytic study with a cross-sectional approach on 105 patients who had undergone root canal treatment obtained by purposive sampling. The instrument used is a questionnaire about knowledge, awareness, barriers factors, and compliance to root canal treatment procedures, adapted from several E-Survey studies.
Results: Most of the respondents had a sufficient level of knowledge (48.57%), good awareness (77.14%), good compliance (85.71%), and low barriers factors (52.38%). There is a unidirectional association between knowledge to treatment procedures compliance. However, weak (rho: 0.287) but very significant (p: 0.003), there is a unidirectional association between awareness to compliance although weak (rho: 0.371) but also very significant (p: 0.000); and between the barriers to compliance, although it looks insignificant (p: 0.590), there is has an opposite relationship (rho: -0.053).
Conclusion: Respondents in this study showed sufficient knowledge, good awareness, and good compliance, as well as low barrier factors regarding root canal treatment procedures. There is a direct association between knowledge and awareness of compliance and an opposite association between barriers to compliance in root canal treatment procedures.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Maisarah
"Latar belakang: Penyakit periodontal merupakan penyakit tidak menular dengan prevalensi tinggi. Gejala paling umum yang terjadi adalah perdarahan periodontal. TikTok merupakan salah satu sosial media dengan perkembangan yang paling signifikan pada saat ini. Sosial media sendiri menjadi platform yang kuat untuk memberikan informasi terkait kesehatan dan konten pendidikan. Tujuan: Untuk menganalisis reliabilitas publikasi, kualitas informasi perawatan, tingkat kejelasan (Understandability) dan tingkat ketindaklanjutan (actionability) video. Metode: Cross sectional yang mengikuti pedoman PRISMA flow diagram berdasarkan konten video TikTok yang diunggah dalam satu tahun terakhir. Semua video dicatat kategori pengunggah video (individu, professional Kesehatan, profit companies), durasi video, kategori durasi video (singkat, sedang, panjang), jumlah hari sejak diunggah, jumlah likes, jumlah komentar, jumlah shares,jumlah views, viewing rate, skor GQS serta tingkat kejelasan dan ketindaklanjutan video berdasarkan skor Patient Education Materials Assesment Tool (PEMAT). Skor GQS merupakan total dari skor DISCERN reliabilitas publikasi dan kualitas informasi perawatan . Hasil : Dari 82 video yang dianalisis, sebanyak 49 video (59,8%) diunggah oleh pengguna profesional. Secara umum, video dikategorikan “buruk” menurut Global Quality Scale dengan nilai mean reliabilitas senilai 20,16. Video yang bersumber dari professional Kesehatan menunjukkan reliabilitas, kualitas informasi perawatan, kejelasan (actionability) dan ketindaklanjutan (actionability) paling tinggi. Namun, komen, shares, dan view terbanyak terdapat pada video TikTok yang diunggah oleh individu (non- profecional).Viewing rate paling tinggi dimiliki oleh video sebuah yang diunggah oleh kategori profit companies, dilanjutkan oleh kelompok individu, dan kemudian diikuti oleh profeisonal kesehatan. . Ketidaklengkapan diamati karena seluruh video tidak menyebutkan sumber informasi yang disajikan dan tidak memberikan referensi kepada pengguna untuk mencari informasi tambahan tentang perawatan gusi beradarah. Kualitas informasi terbaik ditemukan pada video berdurasi panjang, disusul dengan video berdurasi sedang, dan kemudian video berdurasi pendek, namun durasi video tidak mempengaruhi jumlah likes, komen, views, viewing rate, kejelasan (understandability) , maupun tingkat ketindaklanjutan (actionability). Kesimpulan: Video perawatan gusi berdarah yang baik adalah yang diunggah oleh professional kesehatan, namun video yang memiliki jumlah likes, views, komen, shares, dan viewing rate yang tinggi berasal dari kelompok non-profesional (individual dan profit companies) sehingga diperlukan adanya kolaborasi dari ketiga kategori pengunggah untuk menghasilkan video dengan kualitas informasi yang lebih baik dan lebih menarik untuk dilihat dan standar penilaian khusus untuk pembuatan konten kesehatan.

Background: Periodontal disease is a non-communicable disease with a high prevalence. The most common symptom that occurs is periodontal bleeding. TikTok is one of the social media platforms with the most significant developments at the moment. Social media itself is a powerful platform for providing health-related information and educational content. Purpose: To analyze the reliability of publication, the quality of maintenance information, the level of clarity (understandability), and the level of follow-up (actionability) of the video. Method: cross-sectional following the PRISMA flow diagram based on TikTok video content uploaded in the past year. All videos record the video uploader category (individual, health professional, for-profit company), video duration, video duration category (short, medium, long), number of days since uploaded, number of likes, number of comments, number of shares, number of views, view rate, GQS scores, and video clarity and followability levels based on Patient Education Material Assessment Tool (PEMAT) scores. The GQS score is the sum of the DISCERN scores for publication reliability and quality of care information. Results: Of the 82 videos analyzed, 49 videos (59.8%) were uploaded by professional users. In general, videos are considered "poor" on the Global Quality Scale with a mean reliability score of 20.16. Videos sourced from health professionals show the highest reliability, quality of care information, clarity (actionability), and follow-up (actionability). However, the most comments, shares, and views are on TikTok videos uploaded by individuals (non- professionals). Videos uploaded by profit companies have the highest viewing rate, followed by individual groups, and finally by health professionals. Incompleteness is monitored because the entire video does not mention the source of the information presented and does not provide references for users to find additional information about bleeding gums services. The best quality of information is found in long videos, followed by medium videos, and then short videos, but the video duration does not affect the number of likes, comments, views, viewing rate, understandability, or actionability. Conclusion: Good videos for treating bleeding gums are uploaded by health professionals, but videos that have a high number of likes, views, comments, shares, and viewing rates come from non-professional groups (individuals and profit companies), so collaboration from the third category of uploaders is needed to produce videos with better information quality that are more interesting to view and that meet specific standards for health content creation"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Hasna Adilah
"Metode deteksi karies menggunakan pemeriksaan visual secara langsung terkadang menjadi hambatan pada skrining karies gigi, terutama jika dilakukan dalam komunitas besar seperti pada basis sekolah, di tambah dengan pandemi virus Covid-19. Smartphone photography dapat menjadi alat alternatif untuk deteksi karies gigi pada program skrining karies gigi jarak jauh berbasis sekolah sehingga dapat mengurangi kebutuhan sumber daya manusia, alat, bahan, dan dana serta memperluas jangkauan sekolah yang terjaring. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, akurasi, dan reliabilitas penggunaan smartphone photography sebagai alat deteksi karies gigi pada murid Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian ini adalah studi cross-sectional yang tergolong dalam studi observasional deskriptif. Penelitian ini melakukan analisis uji diagnostik terhadap smartphone photography dibandingkan dengan metode pemeriksaan visual secara langsung untuk deteksi karies gigi permanen. Hasil penelitian menunjukkan smartphone photography merupakan alat yang sensitif, spesifik, akurat, dan reliable untuk deteksi karies gigi permanen sebagai alternatif pada program skrining gigi dan mulut jarak jauh. Dengan pemberian informasi dan pelatihan sederhana, siswa SMP Nugraha Bandung cukup mampu untuk melakukan prosedur pengambilan foto intra oral menggunakan kamera smartphone untuk kebutuhan pemeriksaan karies gigi jarak jauh.

Direct visual examination sometimes becomes an obstacle for dental caries screening, especially if it is carried out in large communities such as on a school basis, coupled with the Covid-19 pandemic. Smartphone photography can be an alternative tool for detecting dental caries in school-based remote screening programs. This method can reduce the need for human resources, tools, materials, and funds as well as expanding the reach of schools that are examined. The purpose of this study was to determine the sensitivity, specificity, accuracy, and reliability of smartphone photography as a screening tool for dental caries in junior high school students. This research is a cross-sectional study which is classified as a descriptive observational study. This research analyzes the diagnostic accuracy of smartphone photography compared to the direct visual examination method for detecting dental caries on permanent teeth. The results showed that smartphone photography is a sensitive, specific, accurate, and reliable tool to detect dental caries on permanent teeth, and can be used as an alternative for a school-based remote dental screening programs. By providing simple information and training, students at SMP Nugraha Bandung are quite capable to take intra-oral photos using smartphone camera."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Puji Lestari
"Latar Belakang: Kemajuan Teknologi dan Komunikasi (TIK) serta peningkatan jumlah internet dan smartphone dimasyarakat berpeluang menciptakan paradigma baru dimana interaksi pasien dengan praktisi klinis tidak terbatas pada kunjungan pada layanan kesehatan. Penggabungan TIK dalam kedokteran gigi menghadirkan suatu solusi yang dapat dimanfaatkan dalam menghadapi era digitalisasi salah satunya adalah teledentistry. Kondisi ini menuntut dokter gigi untuk memiliki literasi teknologi, sehingga perlu diketahui penerimaan teledentistry dengan menggunakan model UTAUT yang mencerminkan minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry melalui empat faktor determinan yaitu : ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, pengaruh sosial dan kondisi yang memfasilitasi. Keempat faktor ini juga dimoderasi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, wilayah geografis dan pengalaman.
Metode: Studi Cross-Sectional dilakukan pada bulan November 2022 terhadap 491 dokter gigi di Provinsi Aceh yang terdaftar dan berstatus aktif menggunakan metode total sampling. Responden diminta melengkapi kuesioner yang berisi pertanyaan terkait karakteristik sosiodemografi, karaktersitik penggunaan teledentistry dan faktor determinan dari model UTAUT. Analisis statistik menggunakan Mann-Whitney dan Kruskall Wallis dan analisis multivariat menggunakan SEM-PLS untuk memprediksi faktor yang paling berperan terhadap penerimaan teledentistry pada dokter gigi.
Hasil: Model UTAUT terbukti memiliki pengukuran yang valid dan reliabel serta goodness of fit yang baik. Model ini dapat menjelaskn varian minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry sebesar 54,6% dengan kriteria sedang dan setiap perubahan pada minat mampu diprediksi oleh variabel pengaruh sosial (β = 0,265; p<0,05), kondisi yang memfasilitasi (β = 0,262; p<0,05) dan ekspektansi kinerja (β = 0,225; p<0,05) namun pengaruh yang diberikan masih dalam kategori rendah. Interaksi antara faktor determinan UTAUT dengan faktor moderasi menunjukkan bahwa tidak memiliki efek terhadap hubungan antar faktor determinan dengan minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry.
Kesimpulan: Model UTAUT mampu memprediksi minat dokter gigi dalam menggunakan teledentistry. Prediksi ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sosialisasi dan keterampilan dokter gigi di Aceh dalam menggunakan teledentistry dalam praktik kedokteran gigi sehari-hari.

Background: The development of Information and Communication Technology (ICT) and the increase of internet users and smartphones in the community have created a new paradigm where patient-practitioner interactions are clinically not limited to visits to health services. Integrating ICT in dentistry provides a solution that can be used to address the digital era of teledentistry. This condition requires dentists to be technologically literate. Thus, it is necessary to know the acceptance of teledentistry using the UTAUT model, which reflects dentists' intention to use teledentistry through four determinant factors: performance expectancy, effort expectancy, social influence, and facilitating conditions. These factors are also moderated by age, gender, education, geographical area, and experience.
Methods: A cross-sectional study was conducted in November 2022 on 491 registered and active dentists in Aceh using the total sampling method. Respondents were asked to complete a questionnaire related to sociodemographic characteristics, characteristics of the use of teledentistry, and the determinants of the UTAUT model. Statistical analysis using Mann-Whitney, Kruskall-Wallis, and multivariate analysis using SEM-PLS to predict the factors most contributing to dentists' intention to use teledentistry.
Results: The UTAUT model has valid and reliable measurements and adequate goodness of fit. This model can explain the variance of dentists' behavior intention to use teledentistry by 54.6% with moderate criteria, and any change in interest can be predicted by social influence (β = 0,265; p<0,05), facilitating conditions (β = 0.262; p 0.05), and performance expectancy (β = 0.225; p<0.05). However, they have a low effect size. The interaction between the determinants of UTAUT and the moderating factors shows that it does not affect the relationship between the determinants and dentists' interest in teledentistry.
Conclusion: The UTAUT model can predict dentist interest in using teledentistry. This prediction can improve dentists' socialization and skills in Aceh when using teledentistry in their daily dental practice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malawat, Alifia Firdauzi
"Latar Belakang: Berbagai studi menunjukkan hubungan status kesehatan gigi dan mulut orang tua dan anak. Keterlibatan pengaruh intergenerasi dalam paradigma life course memungkinkan penelitian untuk melihat hubungan pengalaman karies antar dua generasi dan faktor-faktor yang mungkin ada dalam lintas generasi.
Objektif: Analisis hubungan pengalaman karies orang tua dan faktor-faktor tingkat individu dan keluarga dengan pengalaman karies anak pada gigi sulung usia 3-11 tahun di Indonesia.
Metode: Studi observasional cross-sectional menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar 2018 pada anak dengan gigi sulung usia 3-11 tahun beserta ayah dan ibu kandungnya yang dilakukan wawancara dan pemeriksaan klinis.
Hasil: Anak-anak dengan ayah yang memiliki pengalaman karies (OR = 2,154) lebih berisiko untuk mengalami karies pada gigi sulung mereka dibandingkan ketika ibu mereka memiliki pengalaman karies (OR = 1,538). Persepsi tentang masalah kesehatan gigi anak (OR = 1,412), praktik menyikat gigi anak (OR = 1,257), dan praktik menyikat gigi ibu (OR = 1,248) memiliki hubungan yang bermakna dengan pengalaman karies anak. Perilaku dalam keluarga menunjukkan hubungan yang bermakna antara orang tua dan anak-anak mereka.
Kesimpulan: Pengalaman karies orang tua, begitu pula faktor-faktor tingkat individu dan keluarga, memiliki hubungan yang bermakna dengan pengalaman karies anak pada gigi sulung; sejalan dengan model life course intergenerasi.

Background: Several studies show association between parent’s oral health status and that of their children. Intergenerational complicity in life course approach paradigm enables investigation to assess the relationship between two generations’ caries experience and factors that may exist across generation.
Objective: Analyse relationship between parent’s caries experience, as well as individual-and family-level factors, with their children’s caries experience in primary teeth aged 3-11 years in Indonesia.
Method: Cross-sectional observational study using secondary data Riset Kesehatan Dasar 2018 on children with primary teeth aged 3-11 years with their biological father and mother who went through interview and clinical examination.
Results: Children whose father has caries experience (OR = 2,154) pose a greater risk of having caries experience in their primary teeth compared to when their mother has it (OR = 1,538). Perception about child’s dental health (OR = 1,412), child’s toothbrushing practice (OR = 1,257), and mother’s toothbrushing practice (OR = 1,248) were significantly associated with children’s caries experience. Behaviors established within family show significant association between parents and their children.
Conclusion: Parent’s caries experience, as well as individual-and family-level factors, have significant association with their children’s primary teeth caries experience; which complies with intergenerational life course model.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifasa Putri
"Latar Belakang: Kontrol infeksi di ruang perawatan gigi penting dilakukan bagi keselamatan pasien dan dokter gigi guna mencegah terjadinya transmisi infeksi COVID-19. Kesadaran masyarakat mengenai kontrol infeksi silang COVID-19 dinilai masih kurang mengingat kasus terkonfirmasi positif COVID-19 yang cenderung terus meningkat. Tujuan: Untuk menganalisis pengetahuan dan sikap serta hubungannya dengan kesadaran pasien dewasa mengenai kontrol infeksi silang COVID-19 di ruang perawatan gigi. Metode: Studi cross-sectional berupa kuesioner online berisi 22 pertanyaan pada masyarakat dewasa berusia 18-65 tahun yang berdomisili di DKI Jakarta dan pernah mengunjungi dokter gigi dengan pengambilan sampel berupa purposive sampling berjumlah 335 responden pada bulan Juli hingga Oktober 2021. Digunakan uji korelasi bivariat melalui uji Kendall’s Tau dan uji beda rerata dengan melihat nilai p-value dan r (koefisien korelasi) untuk analisis statistik. Hasil: Berdasarkan uji korelasi Kendall’s Tau, terdapat perbedaan hubungan yang yang cukup, signifikan, dan searah (p<0,05) antara pengetahuan dan sikap pasien dengan kesadaran mengenai kontrol infeksi silang COVID-19 di ruang perawatan gigi. Kesimpulan: Pengetahuan dan sikap pasien dewasa berkorelasi positif dengan kesadaran mengenai kontrol infeksi silang COVID-19 di ruang perawatan gigi sehingga pentingnya dilakukan pemberdayaan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap agar dapat terciptanya kesadaran mengenai kontrol infeksi silang COVID-19.

Background: Infection control in the dentistry is important for the safety of patients and dentists in order to prevent the transmission of COVID-19 infection. Awareness of patients regarding the control of cross-infection of COVID-19 are considered to be still lacking considering the high rate of positive confirmed cases of COVID-19. Objective: To analyze knowledge and attitudes and their relationship with adult patient’s awareness regarding the control of COVID-19 cross-infection in the dental care room. Methods: A cross-sectional study in the form of an online questionnaire containing 22 questions for adults aged 18-65 years who live in DKI Jakarta and have visited a dentist with a purposive sampling of 335 respondents from July to October 2021. Bivariate correlation test was used through the Kendall's Tau test and the mean difference test by looking at the p-value and r (correlation coefficient) for statistical analysis. Results: Based on the Kendall's Tau correlation test, there was a significant and unidirectional relationship difference (p<0.05) between the patient's knowledge and attitudes and awareness about COVID-19 cross-infection control in the dental care room. Conclusion: Knowledge and attitudes of adult patients are positively correlated with awareness regarding the control of COVID-19 cross-infection in the dental care room so that it is important to empower the community to increase knowledge and attitudes in order to create awareness regarding the control of COVID-19 cross-infection."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Asri Lestari
"Latar Belakang: Salah satu tujuan dalam keikutsertaan Indonesia pada program pembangunan global berkelanjutan (SDGS) yaitu meningkatkan status kesehatan. Upaya tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor pendukung seperti ketersediaan sumber daya tenaga medis, kemudahan akses manusia terhadap fasilitas kesehatan, sehingga manusia dengan mudah berkunjung dan mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi dan pelayanan kesehatan tooth decay dan filling di Indonesia. Metode: Penelitian cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 yang diklasifikasikan berdasarkan umur WHO sebanyak 14.031 mengenai variabel karakteristik sosidemografi (umur, jenis kelamin, tempat tinggal, status pekerjaan, dan tingkat pendidikan), utilisasi frekuensi kunjungan dan total decay serta filling. Pada Rifaskes 2019 menggunakan data sebanyak 17.741 fasilitas kesehatan. Jumlah dokter gigi menggunakan data Konsil Kedokteran Indonesia hingga bulan Desember 2021 sebanyak 22.926 dokter gigi. Variabel-variabel tersebut di uji secara statistik kemudian dipetakan menggunakan QGIS.
Hasil: Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok jenis kelamin, lokasi tempat tinggal dan pencarian pengobatan terhadap tooth decay dan filling. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan utilisasi frekuensi kunjungan. Sedangkan Uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat korelasi antara jumlah dan rasio fasilitas kesehatan serta dokter gigi terhadap tooth decay dan filling.
Kesimpulan: Pada penelitian ini terdapat hubungan antara faktor sosidemografi dan pelayanan kesehatan yang memengaruhi tooth decay dan filling. Upaya pemerataan distribusi fasilitas kesehatan dan dokter gigi, serta intervensi dalam meningkatkan utilisasi dengan melihat aspek karakteristik sosiodemografi.

Backgorund: One of the goals of Indonesia's participation on sustainable development goals is improving health state. Efforts made to achieve health improvement is increasing availability of health care facilities so people can easily access and get treatment for dental and oral health.
Objective: This study aimed to determine relationship between sociodemographic and health services factors that affect tooth decay and filling in Indonesia.
Methods: A cross sectional study using secondary data from Riskesdas 2018 as classified based WHO age as much 14.031 subject are sociodemography factors, utilization dental visit, total decay and filling. Rifaskes 2019 data’s using 17.741 healthcare facilities. Number of dentist as much 22.926 using data Indonesia Medical Council on December 2021. These variabels were tested statistically then mapping using QGIS.
Results: Mann-Whitney test showed a significant difference (p<0,05) between groups of gender, place of residence towards tooth decay and filling. Kruskal-Wallis test showed a significant difference (p<0,05) between groups of occupational status, education level, and frequency utilization towards tooth decay and filling. Spearman test showed a correlation statistically (p<0,05) between amount and ratio of healthcare facilities and dentist towards tooth decay and filling.
Conclusion: In this study there are relationship between sociodemographic factors and healthcare services that affect tooth decay and filling. Efforts to equitable distribution of healthcare facilities and dentist, as well as intervention to increase utilization by looking all aspect of sociodemographic characteristics.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zilzikridini Wijayanti
"Latar Belakang: Permintaan pasien terhadap penerapan Teledentistry di dunia mengalami peningkatan lima kali pada masa pandemi COVID-19. Pasien di berbagai kelompok umur memiliki kepuasan yang tinggi terhadap Teledentistry.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat dalam menggunakan Teledentistry dan mendapatkan informasi tentang hubungan kepuasan masyarakat dengan usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, komunikasi, kemudahan, kenyamanan, keandalan, dan manfaat Teledentistry bagi pasien.
Bahan dan Metode: Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada tahun 2022. Penelitian ini menggunakan kuesioner daring mandiri yang disebarkan menggunakan media sosial. Kuesioner terdiri dari faktor sosiodemografi, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan dalam menggunakan Teledentistry. Uji analisis faktor digunakan untuk menentukan komponen yang berkontribusi sampai pada tingkatan kepuasan.
Hasil: Kepuasan masyarakat dalam menggunakan Teledentistry di masa pandemi COVID-19 memiliki tiga kategori tingkatan kepuasan, yaitu tiga responden berjenis kelamin perempuan yang memiliki tingkatan kepuasan moderat (skor 68-88), 137 responden berjenis kelamin laki-laki puas dalam menggunakan Teledentistry (skor 89-109), dan 135 responden berjenis kelamin perempuan sangat puas dalam menggunakan Teledentistry (skor 110-130). Penelitian ini menemukan terdapat 12 kombinasi pemodelan yang dapat berasosiasi secara signifikan dengan kepuasan masyarakat dalam menggunakan Teledentistry selain jenis kelamin dan pendidikan.
Kesimpulan : Kepuasan masyarakat dalam menggunakan Teledentistry di Indonesia hampir sama dengan kepuasan pasien di berbagai negara. Rasa puas dalam menggunakan Teledentistry dapat meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Background: Patient demand for the application of Teledentistry in the world has increased five times during the COVID-19 pandemic. Patients in various age groups have high satisfaction with Teledentistry.
Objectives: Determine the level of community satisfaction in using Teledentistry and obtain information about the relationship of community satisfaction with age, gender, education, experience, communication, convenience, comfort, reliability, and benefits of Teledentistry for patients.
Materials and Methods: This cross-sectional study was conducted in 2022. This study used an independent daring questionnaire distributed using social media. The questionnaire consisted of sociodemographic factors, and factors related to satisfaction in using Teledentistry. The factor analysis test is used to determine the components that contribute to the level of satisfaction.
Results: Community satisfaction in using Teledentistry during COVID-19 pandemic has three categories of satisfaction level, namely three female respondents who have a moderate level of satisfaction (score 68-88), 137 male respondents are satisfied in using Teledentistry (score 89-109), and 135 female respondents were very satisfied in using Teledentistry (110-130). This study found that there are 12 combinations of modeling that could be significantly associated with community satisfaction in using Teledentistry other than gender and education.
Conclusions: Community satisfaction in using Teledentistry in Indonesia is almost the same as patient satisfaction in various countries. Satisfaction in using Teledentistry can increase access to dental and oral health services.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Kirana
"Latar Belakang: Perawatan terhadap individu disabilitas dinilai kompleks dan komprehensif. Namun, terdapat keterbatasan akses bagi individu disabilitas ke dokter gigi dikarenakan kurangnya tenaga yang terlatih. Sikap tenaga kesehatan terhadap individu disabilitas menjadi penting karena akan mempengaruhi perawatan yang akan diberikan kepada individu disabilitas. Sehingga, dibutuhkan penelitian mengenai sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia terhadap individu pasien dengan disabilitas.
Tujuan: Mengetahui perbedaan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia terhadap individu pasien dengan disabilitas berdasarkan variabel usia, jenis kelamin, program pendidikan, tahun angkatan, prior knowledge mengenai disabilitas, riwayat kontak personal dengan individu disabilitas, dan pengalaman merawat individu disabilitas.
Metode: Studi cross-sectional dengan self-administered online questionnaire pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun angkatan 2015-2021. Kuesioner yang digunakan adalah ATDP form yang terdiri dari 20 pertanyaan. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat melalui uji independent t-test, Mann-Whitney atau Kruskal Wallis.
Hasil: Terdapat 572 mahasiswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini dengan response rate 70%. Berdasarkan analisis bivariat, tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p > 0,05) antara rerata skor ATDP dengan variabel-variabel yang terkait.
Kesimpulan: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia memiliki sikap yang netral terhadap individu pasien dengan disabilitas.

Background: Treating individuals with disabilities is considered complex and comprehensive. However, there is still limited access for individuals with disabilities to dentists due to the lack of trained personnel. The attitudes of health care workers toward individuals with disabilities will affect how people with disabilities are treated. Thus, research is still needed on the attitudes of students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia toward patients with disabilities.
Objective: To find out the different attitudes of students at the Faculty of Dentistry, University of Indonesia toward patients with disabilities based on age, gender, education program, year of class, prior knowledge about disability, history of personal contact with disabled person, and experience in giving care for individual with disability.
Methods: A cross-sectional study with self-administered online questionnaire for students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia in the years of 2015-2021. ATDP form is used in this research which consists of 20 questions. The data were analysed using univariate and bivariate analysis through independent t-test, Mann-Whitney or Kruskal Wallis tests.
Results: 572 students participated in this study with a response rate of 70%. Based on the bivariate analysis, there was no statistically significant difference (p > 0.05) between the mean of ATDP score and related variables.
Conclusion: Students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia have neutral attitudes toward patients with disabilities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tabita Febriyanti Tahir
"Latar Belakang : Youtube menjadi platform Media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia saat ini. Namun, kualitas informasi mengenai kesehatan di Youtube masih diragukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kualitas video berbahasa Indonesia mengenai Stomatitis Aftosa Rekuren yang tersedia di Youtube dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Metode: Melakukan pencarian di Youtube menggunakan kata kunci “Sariawan”. 250 video pertama diseleksi dengan kriteria eksklusi, menghasilkan jumlah video inklusi sebanyak 90 video. Mencatat tanggal video diunggah, sumber pengunggah, durasi, Views, likes,dab dislikes. Video dinilai visibilitas, popularitas, kualitas, kegunaan, dan reliabilitas oleh 1 orang penguji. Uji statistik menggunakan Uji Mann-Whitney. Hasil: Sebagian besar video diunggah oleh pengguna independen (78,8%), tenga kesehatan profesional (12,2%), tv channel (7,8%), dan organisasi profesional (2,2%). Secara keseluruhan, mayoritas video memiliki skor GQS, Usefulness, dan Discern rendah. Namun, video yang diunggah profesional memiliki kualitas yang lebih baik dibanding pengguna independen (p<0.05, Uji Mann-Whitney) . Kesimpulan: Terdapat sedikit video berbahasa Indonesia mengenai SAR di Youtube yang memiliki kualitas baik. Diperlukan adanya keterlibatan profesional untuk menigkatkan kualitas informasi kesehatan di Youtube dengan mengupload video berkualitas baik dengan merujuk serta menyertakan sumber yang reliabel.

Background :Youtube has become the most used social media platform in Indonesia. However, the quality of information regarding health on Youtube is still questionable. This study aims to analyze the quality of Indonesian-language videos about Recurrent Aphtous Stomatitis available on Youtube within the last 1 year. Method : A systematic search of Youtube was performed using the keyword “Sariawan”. 90 videos were inluded. The date video uploaded, source, duration, views, likes, and dislikes. Videos were assssed for visibility, popularity, quality, utility, and reliability by one examiner. Results : Most of the videos were uploaded by independent users (78,8%), health professionals (12,2%), TV Channels (7,8%), and professional organizations (2,2%). Overall, the majority of th evideos had low GQS (Global Quality Score), Usefulness, and Discern scores. However, videos uploaded by professionals had a better quality, utility, and reliability than independent users (p<0,05), Mann-Whitney test. Conclusion : There are still a few videos in Indonesia-language which are of good quality. Professional involvement is needed to improve the quality of health information on Youtube by uploading good quality videos by referring and mention reliable source."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>