Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sholehudin
"Kadar sulfur yang tinggi didalam bahan bakar minyak solar, dapat mempengaruhi pencemaran udara, karena gas buangnya mengandung SO2 sebagai hasil oksidasi senyawa sulfur. Untuk itu perlu dilakukan proses pengurangan kandungan sulfur. Salah satu cara untuk pengurangan kandungan sulfur dalam minyak solar ialah dengan reaksi fotokimia dan ekstraksi cair-cair.
Dalam larutan molekul-molekul berantraksi membentuk gugusan (agregat). Zat yang bersifat polar akan berantraksi dengan pelarut polar. Senyawa sulfur mempunyai pasangan elektron yang tidak berikatan, akan membentuk gugusan dengan atom hidrogen dari larutan H2O2- Pembentukan gugusan tersebut, menyebabkan senyawa sulfur dalam solar, akan terdistribusi pada larutan H2O2 yang bersifat polar.
Bila molekul menyerap sinar ultraviolet maka akan mengalami perubahan energi dari energi tingkat dasar ke energi tereksitasi. Hidrogen peroksida akan mengalami fotoeksitasi sehingga terbentuk gugus hidroksi radikal. Senyawa sulfur dalam solar, mengalami foto dekomposisi, yang disebabkan oleh penyinaran sinar ultra violet dan adanya gugus hidroksi radikal yang terbentuk dari larutan hidrogen peroksida. Senyawa sulfur mengalami perubahan menjadi SO42' dan masuk kedalam larutan hidrogen peroksida. Penurunan kandungan total sulfur dalam minyak solar, secara fotokimia dan ekstraksi dengan pelarut H2O2 (30 %) dan lama penyinaran 12 jam sebesar 39,76 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiyanto Nugroho
"ABSTRAK
Teknologi adsorpsi dengan memanfaatkan karbon aktif dapat digunakan dalam proses pengendaliau logam berat dalam limbah cair. Pada penelitian mengenai pengendalian kadar Cu dalam limbah cair, digunakan karbon aktif sebagai media adsorben karena memiliki beberapa keunggulan dalam hal struktur pori yang rncmberikan kapasitas penyerapan yang tinggi, bahan baku yang murah dan mudah diperoleh, serta dapat diregenerasi untuk beberapa lcali proses adsorpsi.
Proses adsorpsi karbon aktif terhadap larutan CuSO4 sebagai limbah Cu sintetik dilakukan pada sistem Batch. Dalam percobaan dilakukan beberapa macam variasi, yaitu ukuran danjumlah karbon aktif yang digunakan scrta beberapa macam konsentrasi awal larutan CuSO4, yaitu 50, 100, dan 250 mg/1. Dari proses adsorpsi yang dilakukan selarna 30 jam, diperoleh pola kuzva terobosan (brealdhrough curve) yang terjadi dalam waktu 2 jam pertama pross adsorpsi dan kesetimbangan adsorpsi tercapai bergantung pada konsentrasi awal larutan Cu, serta karbon aktif yang digunakan.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa karbon aktif yang berukuran 0,8 - 1 mm mempunyai kemampuan adsorpsi iebih besar dibandingkan dengan karbon aktif berukuran yang lebih besar, yaitu 1,4 - 1,7 mm. Agar kadar Cu limbah berada di bawah ambang batas I mg/l, lamanya proses adsorpsi dan jumlah kaxbon aktif yang dibutuhkan tergantung pada besamya konsentrasi awal dari limbah Cu.

"
2001
S49253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Y. Purwamargapratala
"Seiring dengan berkembangnya Industri di Indonesia yang beijalan dari hulu ke hilir, maka kebutuhan energi semakin meningkat, sementara cadangan minyak mentah, yang merupakan sumber utama bahan bakar, semakin menipis. Oleh karena itu perlu upaya penyediaan energi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional. Upaya ini tetap harus mempertimbangkan “Technically Reliable, Economically Feasible, and Socially Acceptable" dengan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan.
Biodisel adalah salah satu sumber energi yang dapat digunakan sebagai energi alternatif pengganti solar dan sudah terbukti keunggulannya. Biodisel (metil ester) dapat dibuat dari reaksi esterifikasi antara trigliserida yang terdapat dalam minyak sayur bekas dan natrium methoksida.
Pabrik biodisel direncanakan berlokasi di Merak, Propinsi Banten yang dirancang untuk kapasitas 10.000 ton/tahun dengan biaya investasi total sebesar USS 7.620.871,00 Laju pengembalian investasi yang didapat dari analisa ekonomi sebesar 30,47% (cara ROI) dengan lama waktu pengembalian modal 3,28 tahun.Titik impas tercapai pada 47,2%, kapasitas pabrik (4.720,7 ton/tahun). Dengan demikian pabrik ini layak dibangun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Satria Wiguna
"Tanaman tebu merupakan bahan baku industri gula yang produksinya cenderung meningkat setiap tahunnya. Peningkatan industri gulajuga akan mcningkatkan sisa dari proses industri tersebut. Sisa terbesar dari industri gula berupa ampas tebu yang kandungannya mencapai 90% dari kandungan pohon tcbu total. Pemanfaatan ampas tcbu menjadi furfural akan meningkatkan nilai dari sisa industri pnanian tcrsebul.
Furfural itu sendiri merupakan senyawa kimia inlermediet yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis dan dehidrasi pentosa. Pentosa dari senyawa hcmiselulosa, banyak terkandung didalam biomasssa tumbuh-tumbuhan, salah satunya ampas tebu. Furfural yang dihasilkan dari sisa induslri pcrtanian tersebut dapat dipergunakan sebfxgai pelarut kimia dalam proses pengolahan minyak bumi dan sebagai bahan baku utama sintesis iiurfuril alkohol.
Kebutuhnn furh1i'aI di Indonesia selarna ini dipenuhi oleh impor dari Cina. Dengan pertimbangan ketersediaan bahan baku dalam jumlah yang cukup besar, dan untuk menekan angka impor, maka perlu dipertimbangkan untuk mendirikan pabrik iizrfural yang menggunkan bahan baku ampas tebu di Indonesia.
Berdasarkan analisa pasar dalam negeri, maka didapatkan kapasitas pabrik lhrfural yang akan dibangun sebesar 510 ton/tahun. Pabrik ini direncanakan akan dibangun di Kawasan Industri Gresik (KIG), dengan total Iahan yang dibuiuhkan seluas lOl x 72 m2.
Berdasarkan perhitungan ekonomi, pabrik furfural yang akan dibangun ini membutuhkan investasi kurang Iebih scbesar US$ 4,7 juta dengan biaya manufaktur sebesar USS l.2juta.
Ne! Presenr Value (NPV) unfuk proyek ini kurang lebih sebcsar US$ 3.260.42I,47, dengan tingkat pengembalian Infernal Rate of Remrn (IRR) 2 l2.26%, Payback Period (PBP) 1 3.85 tahun, Ne! Return Rare (NRR) : 5.65%, Ne! Payout Dme (NPT) 3 4.53 tahun dan Return of Inveslmenf (ROI) sebesar 0.18 "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adianto Subroto
"Pada penelitian ini digunakan H-Zeolit hasil preparasi menggunakan metode pertukaran ion dengan NH4NO3. H-Zeolit ini dipakai untuk mengadsorpsi gas NH; dalam campurannya dengan gas Nitrogen secara siklus yang terdiri atas tahap adsorpsi dan regenerasi. Uji pengaruh suhu terhadap kapasitas adsorpsi dilakukan pada rentang suhu 100-350°C. Uji stabilitas dilakukan sebanyak 2,5 siklus dengan adsorpsi pada suhu 125°C dan regenerasi pada suhu 475°C. Untuk uji pengaruh air terhadap kapasitas adsorpsi, maka HZ dijenuhkan dengan air sebelum digunakan untuk mengadsorpsi NH; pada suhu 125 dan 100°C. Pada penentuan laju adsorpsi, dilakukan adsorpsi dengan variasi konsentrasi umpan pada temperatur adsorpsi 100°C.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas adsorpsi NH3, pada temperatur operasi 100, 125, 200, 300 dan 350°C adalah sebesar 1.72, 1.35, 0.90, 0.47 dan 0.33 mmol/gr H-Zeolit. Kapasitas adsorpsi pada suhu rendah lebih besar dibandingkan suhu yang lebih tinggi karena terjadi adsorpsi fisika dan kimia secara simultan.
Dari basil uji stabilitas diperoleh kapasitas adsorpsi siklus ke 1, 2, 3 secara berturut-turut adalah 1.35, 1.26 dan 1.16 mmol NH3/gr HZ. Kapasitas adsorpsi karena adanya pengaruh air untuk temperatur operasi 100 dan 125°C adalah sebesar 1.56 dan 1.26 mmol NH3/gr HZ atau mengalami penurunan sekitar 20% dibandingkan dengan kapasitas 'fresh' HZ. Persamaan laju awal adsorpsi pada temperatur 100°C dan W/F=0.03 g.menit/ml adalah r = 1.06x10-2 [NH3]0.82 mol NH3/g HZ. menit.
Studi kasus untuk konsentrasi gas buang NH3 3000 ppm dengan Iaju total gas buang 12 ton/jam., membutuhkan HZ sebanyak 11.98 ton atau 21.89 m3 dengan waktu tahap adsorpsi 2 jam 30 menit dan regenerasi 40 menit. Temperatur operasi yang digunakan adalah 125 ºC, yang merupakan temperatur keluaran stripper dan untuk meregenerasinya digunakan steam HP pada temperatur 475°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anhytia Aliza
"Produk isomer, nafta, aromat dan olefin adalah merupakan senyawa-senyawa yang berpengaruh terhadap peningkatan angka oktan bensin. Pada kenyalaatmya masih dimungkinkan memperoleh senyawa-senyawa tersebut yang berasal dari n-Parafin, termasuk juga senyawa C3+/ C4 yang digunakan sebagai komponen utama LPG.
N-Heptana termasuk senyawa hidrokarbon rantai jenuh yang relatif cukup besar dijumpai dalam fraksi hidrokarbon. Tetapi senyawa ini memiliki angka oktan yang paling rendah. Untuk meningkatkan nilai ekonomisnya dilakukan proses cracking dan dehidrogenasi agar dapat menghasilkan senyawa isomer ataupun hidrokarbon rantai pendek.
Selama ini reaksi dekomposisi di kilang-kilang minyak, menggunakan katalis zeolit sintesis hasil impor yang berharga sangat mahal. Untuk itu dilakukan modifikasi terhadap zeolit alam jenis klinoptilolit dari Lampung yang tersedia dalam jumlah yang cukup besar, agar dapat digunakan sebagai bahan dasar katalis reaksi dekomposisi n- Heptana, dengan cara memperbaiki sifat-sifatnya sehingga zeolit alam ini dapat menggantikan fungsi zeolit sintesis.
Proses pengaktifan zeolit dilakukan dengam cara pertukaran ion, kalsinasi, delauminasi menggunakan Asam Fluorida serta kopresipitasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Meliana
"Minyak pelumas yang digunakan untuk melumasi mesin-mesin terdiri dari bahan dasar minyak pelumas dan aditif. Bahan dasar minyak lumas ini dapat dibuat dari minyak mineral, lemak hewani atau minyak nabati. Aditif ditambahkan ke minyak pelumas untuk meningkatkan mutu minyak pelumas sesuai dengan kebutuhan mesin.
Dari literatur diperoleh kandungan minyak biji kepoh sekitar 54%, sehingga bahan ini (biji kepoh) diharapkan dapat digunakan untuk mengganti posisi minyak bumi sebagai bahan dasar minyak pelumas.
Hasil penelitian berdasarkan sifat dan karakteristiknya yang meliputi appearance (kenampakan) minyak biji kepoh yang dinyalakan dengan hasil clear, viskositas pada suhu 40°C dan 100°C yang bernilai 54,98 cSt dan 10,15 cSt viskositas indeks sebesar 186, pour point -5°C, flash point 319°C. Total Base Number (TBN) 1,0421 mg KOH/gr, Total Acid Number 0,0457 mg KOH/gr, ash content (kandungan abu) sebesar 0,1137%, water content (kandungan air) sebesar 0,2%, colour ASTM 2,5, berat jenis sebesar 0,8851 gr/ml, surface tension (tegangan permukaan) pada berbaga suhu (40°C, 60°C, 80°C, 100°C) masing-masing sebesar 12,47, 13,02, 14,65, 15,49 (dyne/cm) dan pengujian pH dengan hasil 7,04, menunjukkan bahwa minyak dari biji kepoh cocok untuk dijadikan bahan dasar pelumas. Minyak dari biji kepoh ini masuk dalam klasifikasi SAE 30 yang cocok digunakan sebagai bahan dasar pelumas rumah mesin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Azfar Tamin
"Gasolin atau yang Iebih dikenal masyarakat sebagai bensin selalu menjadi pusat perhatian yang menarik untuk dicermati. Sebagai salah satu bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan bermotor, gasolin dapat bermanfaat secara optimal bagi kehidupan masyarakat, atau sebaliknya, bisa meresahkan masyarakat akibat polusi yang ditimbulkan terhadap lingkungan, keadaan tidak layak pakai yang dapat merusak mesin kendaraan bennotor dan sebagainya. Gasolin akan memiliki mutu yang tinggi sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, bila gasolin dapat memberikan tenaga yang maksimum pada mesin kendaraan, menghemat pemakaian bahan bakar serta memiliki sifat ketukan pada mesin yang rendah.
Sementara itu, naphthalena atau yang Iebih dikenal masyarakat sebagai kapur barus merupakan salah satu komponen hidrokarbon aromatik yang tidak jenuh. Naphthalena ini memiliki teknologi proses yang mudah dan banyak. Naphthalena juga tidak termasuk kelompok senyawa karsinogenik, sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Singkatnya, naphthalena memiliki banyak kelebihan dan keunggulan yang menyebabkan naphthalena dapat dimanfaatkan sebagai bahan pencampur pada bensin.
Campuran naphthalena dalam bensin inilah yang kemudian diteliti secara kuantitas dan kualitas. Pengujian dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap perubahan fisik campuran serta pengaruh pencampuran naphthalena dalam bensin terhadap kuantitas dan kualitas pemakaian kendaraan bermotor.
Campuran gasolin dan naphthalena padat ternyata dapat memberikan performa yang Iebih baik pada kendaraan bermotor. Nilai panas penguapan naphthalena yang tinggi menyebabkan campuran naphthalena dalam bensin memberikan tenaga yang maksimum pada mesin kendaraan bermotor. Nilai kalor pembakarannya pun sangat besar, sehingga campuran bensin dan naphthalena dapat terbakar dengan sempurna, yang akhimya dapat menghemat pemakaian bahan bakar. Akan tetapi, tidak seluruh naphthalena larut dalam bensin, sehingga sisa-sisa endapan naphthalena tersebut menyebabkan terjadinya endapan pada karburator dan timbulnya jelaga pada ruang bakar, yang akhimya menimbulkan ketukan pada mesin kendaraan bermotor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S50817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Wibowo
"Campuran Bensin Biru dan Napthalena, dimungkinkan penggunaannya sebagai terobosan untuk menjadi altematif bensin ramah lingkungan yang bebas timbal, dan tetap memilki kualitas yang baik dan ekonomis. Dari hasil uji kualitatif campuran tersebut didapatkan pada kornposisi napthalena hingga 0.14 % berat (1 gr napthalena/liter bensin biru), tidak terjadi perubahan fisik yang terjadi pada campuran. Selain itu, sampai komposisi napthalena 0.75 gr/liter bensin biru, kinerja mesin motor masih sangat baik, tenaga penggas cukup baik dan penyalaan mesin cukup bagus saat di start. Di atas itu, pada komposisi 1 gr/liter kinerja mesin menunjukan bunyi ketukan pada mesin yang cukup keras terdengar.
Dari uji kuantitatif didapatkan, penggunaan napthalena memberikan dampak penghematan terhadap konsumsi bahan bakar sampai 30 %. Jika hanya menggunakan bensin biru, konsumsi bensin bim 1: 29.8 km/liter. Sedang menggumakan campuran bensin biru dan napthalena, kosurnsinya sampai 1 : 38.7 km/liter. Untuk uji Dari hasil pengujian penyerapan gas buang dengan empat macam absorben, terjadi peningkatan penyerapan mol gas sampel yang diserap pada komposisi 0.5 gram naparhalena per satu liter bensin biru. Khusus untuk Absorben H2SO4 dan Absorber; Cu2SO4 B Napthol pada komposisi 0.6 gr/liter dan 0.75 gr/liter tidak mengalami banyak perubahan fraksi mol yang terserap yaitu 0.629 untuk absorben H2SO4 dan 0.696 untuk absorben Cu2SO4 B Napthol.
Sementara persentase mol penyerapan gas buang secara umum adalah Absorben KOH : 39.2%-40.3%; Absorben Pyrogallol : 52.3%-53.4%; Absorben HZSO4 62.2%-62.9%; Absorben Cu2SO4 B Napthol :69.23%-69.6% Secara umum peningkatan jumlah mol gas buang yang diserap absorben tidak terlalu basar, artinya emisi gas buang masih bisa ditolelir. Jika dibandingkan dengan penggunaan premium pada komposisi yang sama masih lebih kecil emisinya. Untuk uji peningkatan angka oktan, tidak terjadi peningkatan yang berarti, kemungkinan disebabkan penguapan napthalena dan perubzhan struktur kirnia hidrokarbon bensin biru. Tetapi masih memberikan akselerasi maksimal untuk tenaga motor. Untuk itu perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih mendalam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S50843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia Dwi Anggraini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>