Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nelly Olifa Ilyas
"Kemajuan yang dicapai di bidang kesehatan berdampak terhadap peningkatan usia harapan hidup wanita Indonesia. Pada tahun 1980 usia harapan hidup wanita Indonesia 50,9 tahun dan pada 1995 meningkat menjadi 62,7 tahun. Diperkirakan tahun 2010 menjadi 70 tahun. Peningkatan usia harapan hidup sangat sering tidak selalu diikuti oleh keseimbangan zat gizi yang dikonsumsi. Akibatnya terjadi penyakit degeneratif dan kelebihan berat badan pada usia menjelang menopause. Keadaan ini mempercepat menopause dan membebani wanita dengan syndrom pasca menopause. Hal ini menarik untuk diteliti, apakah menopause dini (early menopause) dan syndrom pasca menopause dapat dihindari/ dikurangi dengan mengkonsumsi makanan sumber phytoestrogen dan protein hewani dalam jumlah yang cukup.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi hubungan konsumsi Phytoestrogen dan protein hewani terhadap usia menopause di kelurahan Cibabat, setelah dikontrol oleh faktor-faktor yang diduga berpengaruh yaitu BBLR, olah raga, frekuensi kehamilan, jenis kontrasepsi, tingkat pendidikan dan daerah asal. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus-kontrol dengan jumlah sampel 365 orang. Data frekuensi konsumsi makanan sumber protein hewani dan phytoestrogen, serta faktor modifikasi seperti BBLR, olahraga, frekuensi kehamilan, kontrasepsi hormonal, serta faktor konfonding seperti pendidikan, daerah asal diolah dengan menggunakan SPSS for Windows Versi 7.5. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan frekuensi dan jumlah konsumsi sumber phytostrogen, protein hewani dengan usia menopause. Perbedaan hasil uji bermakna bila nilai p < O,O5. Analisis multivariat dilakukan dengan memakai regresi logistik.
Diperoleh hasil, ibu menopause dari kelompok menopause cepat (kasus) tidak cukup mengkonsumsi kacang-kacangan dan protein hewani dibandingkan dengan ibu menopause lambat. Hasil analisis bivariat, menunjukkan hampir semua bahan makanan yang diteliti, kecuali ikan kering mempunyai hubungan yang bermakna dengan usia menopause. Ibu yang kurang mengkonsumsi ikan kering kemungkinan lebih cepat menopause 1,23 kali dibandingkan dengan ibu yang mengkonsumsi ikan kering cukup. Kripik tempe merupakan sumber phytoestrogen yang paling besar Odds Ratio yaitu 2,7. Ibu yang mengkonsumsi kripik tempe cukup menopause lebih lambat 2,7 kali dibandingkan dengan ibu yang frekuensi konsumsi kripik tempe kurang. BBLR, frekuensi kehamilan, daerah asal, dan pendidikan tidak mempengaruhi usia menopause. Olah raga dan kelompok umur ibu, serta konsumsi kripik tempe berkaitan erat dengan usia menopause setelah dikontrol oleh variabel lain. Ibu berolahraga secara rutin dan jenis olahraga yang dipilih cocok dengan umur ibu dapat memperlambat usia menopause sebesar 5 kali dibandingkan dengan ibu yang berolahraga kurang. Penyuluhan gizi kepada ibu menopause sebaiknya diarahkan kepada makanan seimbang seusai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Dengan cara mengkonsumsi jenis bahan makanan yang beranekaragam.
Direkomendasikan perlunya dipromosikan kembali makanan yang berasal dari kacang-kacangan seperti kedele (terutama tempe), kacang merah, dan kacang hijau. Semua kacang-kacangan merupakan sumber phytoestrogen dan harganya dapat terjangkau oleh masyarakat.

Life expectancy among women in Indonesia increases steadily, it was 50.0 years in 1980 and was 62.3 years in 1995. It was assumed that better living condition was the main factor. In addition, it has been predicted that in the year 2010 Indonesian women life expectancy will be 70.0 years. It should be taken seriously that higher life expectancy without a balanced diet will have a negative at old women health status. Studies have shown that generative diseases and over weight among this age group are inclining. These conditions can cause the women having early menopause and the post menopause syndrome and consumption of phytoestrogen and animal protein food sources.
The goals of this study is to get the information about correlation between phytoestrogen and animal protein consumption and age of menopause at Kelurahan Cibabat after controlling for confounding variables such as, low birth weight, exercise, frequency of pregnancy, contraceptive of hormone used, level of education, ethnic group and age group. The design of this study is case control with 365 subjects. The data of food frequency consumption phytoestrogen and animal protein food sources including other confounding variables were analyzed using SPSS for Windows version 7.5. Bivariate analysis with 95% confidence interval (p<0,05) was employed for testing correlation between frequency consumption phytoestrogen and animal protein food sources, and at menopause. Furthermore, logistic regression was employed to estimate the associate between early menopause and consumption phytoestrogen and animal protein food sources.
The main finding of this study is early menopause related to the level of tempe chips consumption. Women who were experiencing early menopause tended to consume lower amount of tempe chip. Tempe Chips which is source of phytoestrogen has high dose response for age menopause, women who consume enough tempe chips are significantly have age of menopause later 2.7 times higher compare to women with low tempe chips consumption. This study found that early menopause was not related to Iow birth weight, frequency of pregnancy, ethic group and education. After adjusting some confounding variables, exercise, age and tempeh chips has a good relationship to incidence of menopause age. Women who regularly do appropriate exercise according to their age is likely experiencing late menopause 5 times higher compared to women who didn't exercise in appropriate manner.
Based on the results on this study it is recommended during premenopause even earlier, women should consume phytoestrogen and animal protein food sources. The dietary guidelines should be translated in appropriate manner to educated premenopause women to consume phytoestrogen food sources. One of phytoestrogen sources is tempe made of soybeans. It is recommended that promotion of soybean is increased since this kind of phytoestrogen source is relatively in expensive and is well known in the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Bunga Putriani
"ABSTRAK
Stunting atau pendek untuk anak seusianya, didefinisikan sebagai PB/U <-2 SD dari median standar pertumbuhan anak milik WHO. Stunting memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Gizi dan Kesehatan Balita Babakan Madang dengan jumlah sampel 283 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, serta memiliki data yang lengkap. Variabel dependen yang digunakan yaitu stunting, sementara variabel independennya adalah pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu, usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu, pemberian kolostrum, usia mulai pemberian MPASI, dan kerutinan kunjungan ke posyandu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada anak usia 6-23 bulan mencapai 33,2 persen, yang termasuk dalam kategori tinggi menurut klasifikasi WHO pada tahun 1995. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kerutinan kunjungan ke posyandu dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa kerutinan kunjungan ke posyandu merupakan faktor dominan kejadian stunting (OR= 2,102; 95% CI 1,268-3,486). Berdasarkan hasil penelitian, saran bagi posyandu, yaitu menetapkan waktu teratur untuk pelaksanaan posyandu, rutin memberikan penyuluhan terkait gizi dan kesehatan ibu hamil, bayi, dan balita, serta melakukan kunjungan rumah pada ibu atau pengasuh bayi dan balita yang tidak rutin ke posyandu. Saran bagi masyarakat, yaitu untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu. Kemudian, saran untuk peneliti lain, yaitu melakukan penelitian dengan cakupan yang lebih luas dan mendalam."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farjana Hoque
"Skripsi ini membahas tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah SMAN 2 Kota Tangerang Selatan dan SMAN 7 KotaTangerang , Provinsi Banten, tahun 2012 terhadap program kantin sehat, dimana kantin SMAN 2 Kota Tangerang Selatan telah memenangkan program kantin sehat tingkat Nasional, sementara kantin SMAN 7 Kota Tangerang belum menerapkan program kantin sehat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan melakukan
wawancara mendalam terhadap guru dan pedagang kantin sekolah, kelompok diskusi terarah terhadap siswa, dan observasi langsung kantin sekolah. informasi yang didapatkan kemudian dianalisis dengan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan pengetahuan tentang kantin sehat yang hampir serupa antara warga sekolah SMAN 2 Kota Tangerang Selatan dengan SMAN 7 Kota Tangerang, namun sikap dan perilaku tentang kantin sehat lebih baik pada warga sekolah SMAN 2 Kota Tangerang Selatan yang juga didukung oleh sarana dan prasarana serta peraturan yang lebih baik dibandingkan dengan SMAN 7 Kota Tangerang.

Abstract
Focus of this study is knowlege, attitude, and behaviour of school community in SMAN 2
Tangerang Selatan City and SMAN 7 Tangerang City, Banten Province, in 2012 about healthy
school canteen program, where canteen of SMAN 2 Tangerang Selatan City already won the
national healthy school canteen program, meanwhile SMAN 7 Tangerang City not applied the
program yet. This is a qualitative research. Information collected by depth interview to teachers
and food vendor at school canteen, focus group discusssion to students and school canteen
observation. Information that collected then analysed with Miles dan Huberman?s model. The
research shows that the knowledge between two school community is about in the same level, but
the attitude and behaviour in SMAN 2 Tangerang Selatan City that supported by good facilities
and policy is better than SMAN 7 Tangerang City."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trulyana Tantiani
"Salah satu transisi gaya hidup yang teljadi adalah perubahan perilaku makan. Hal ini terutama paHng berdampak pada kaum perempuan karena bagi perempuan penting sekali untuk tedihat cantik dan menarik dengan tubuh yang kurus dan tinggi (Logue, 1998). Salah satu caranya adalah dengen berdiet berlebihan yang dapat menjurus ke arah Perilaku Makan Menyimpang (PMM) (Weiss, 2005). Walaupun peda awalnya laporan mengenai terjadinya PMM hanya terjadi di Negara Barat, sejak 5 tahun terakhir ini PMM mulai merambah ke Negara-negara di Timur (Efron, 2005). Penyebab PMM rnenurut Logue (1998), Krummel (1996), dan McComb (2001) antara lain latar beiakang etnis informan, kebiasaan makan keluarga, usia dan jenis kelamin infom1an, pengaruh citra tubuh dan konsep diri, stress, pengaruh media massa. adanya masalah keiuarga, adanya pengalaman pelecehan seksual di masa lalu, adanya anggota keluarga lain yang bermasalah dengan berat badan, adanya faktor sosial ekonomi, sosial budaya, genetik, ternan sebaya, peketjaan, ketakutan menjadi dewasa, acuan makanan, trcn makanan dan pola asuh keluarga.
Prevalensi penderita anoreksia nervosa di Amerika adalah sebesar 0,5u/o pada perempuan (Holmes, 2006). Prevalensi di Jepang adalah sebesar 0,025%-0,030%. Sementara itu di Cina menurut suatu studi, prevalcnsi penderita anoreksia nervosa adalah sebesar 0,01% (Lee, 2005). Sedangkan prevalensi penderita bulimia nervosa di Amerika adalah sebesar l-3% (Holmes. 2006), Dl Asia setengah dari seluruh pasien yang melaporkan kejadian PMM adalah penderita bulimia nervosa (Lee, 2005). Prevalensi penderita PMM di Indonesia sendiri belum tercatat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penyebab, mekanisme, dan proses teljadinya PMM dari persepsi penderita. Desain penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Subjek peneltian kualitatif, akan disebut dengan lnfonnan, diperoleh sebanyak 3 informan dari mereka yang pemah/sedang mengalami PMM. Subjek penelitian kuantitatif, akan disebut dengan responden, diperoleh sebesar 397 orang diperoleh dari mereka yang belum terdeteksi mengalami PMM. Waktu pengambilan data adalah bulan Mei-Juni 2007, Data akan diambil dengan menggunakan metode wawancara mendalam untuk penelitian kualitatif dan pengisian kuesioner untuk penelitian kuantitatif.
Hasil dari penelitian kualitatif menunjukkan bahwa semua informan penelitian kualitatif memiliki masa1ah dengan anggota keiuarganya, memiliki pengaruh pola asuh keluarga yang cukup besar memiliki citra tubuh dan konsep diri yang terdistorsi, dan berada di lingkungan yang tidak mendukung adanya orang yang gemuk. HasH penelitian kuantitatif menemukan prevalensi kecenderungan PMM yang terjadi di Jakarta dengan menggunakan kuesioner dari Sarafino 0994) diperoleh sebesar 37,3%. Prevalensi kecenderungan PMM di Jakarta dengan menggunakan kuesioner darl Stice (2000) diperoleh preva!ensi kecenderungan rnengalarnJ anoreksia nervosa sebesar 11,6 % dan prevalensi kecenderungan bulimia nervosa sebesar 27 %.
Dari hasil tersebut diharapkan akan muncul peneHtian-penelitian lain untuk mendalami mengenai PMYI. Perlu juga dilakukan pendidikan gizi pada anak~anak sekolah dan orang tua agar dapat menurunkan dan mencegah terjadinya PMM dan dapat menerapkan perilaku makan dengan gizi yang seimbang untuk menjaga kesehatan. Orang tua juga diharap dapat menanamkan konsep diri dan citra tubuh yang benar pada anak-anaknya.

One of the life style changes that occur lately is the eating behavior. This changes gives it affect mostly to women because it is important for women to look beautiful with a thin and tall body (Logue, 1998). One way to achieve this figure is to diet which can lead to eating disorders (Weiss, 2005). Even though early reports of eating disorders state that eating disorders only happens in the Western Country, in the last 5 years eating disorders has been rising in the East (Efron, 2005). The cause of eating disorders according to Logue ( 1998), Krummel (1996), annd McComb (200 I) are the patient ethnic background~ family eating pattern, age, sex, self-concept, body image, stress, mass media, family problems, sexual abuse1 members of family have a weight problem, social economic, social culture, genetics, peer influence, occupation. fear or growling up, food reference, food trends, and parenting practice.
The prevalence for anorexia nervosa in the US are 05% females (Holmes, 2006). Anorexia nervosa prevalence in Japan are 0.025% - 0.030o/o, while in China, according to some studies, anorexia nervosa prevalence are 0.01% (Lee, 2005). Prevalence of bulimia nervosa in the US are 1-3% (Holmes, 2006). In Asia, half of the eating disorders reported are bulimic (Lee, 2005). In Indonesia, there hasn't been any report of eating disorders prevalence.
The objective of this research is to understand about what are the cause, mechanism; and process of eating disorders. The methods in this research are qualitative and quantitative. The subjects of the qualitative research are three persons who are willing to be the subject and hove a past history of eating disorders. The quantitative subjects are 397 respondent that have not been diagnose with eating disorders. The research is being held at May~June 2007, The information are being gathered by inF depth interview for the qualitative research and by filling a self reported questioner for the quantitative research.
The result from qualitative research shows that aU of the subjects have problems with their family, the parenting practice have a big influence in their life, they also have a distorted body image and poor self:.concept, and they are living in an environment that have a negative behavior towards overweight problems. TI1e quantitative research shows that using Sarrlino (!994) questioner, there are 37.3% adolescents who have a tendency toward eating disorders. By using the Stice (2000) questioner, there are 1 L6% adolescents that have a tendency towards anorexia nervosa, and 27% adolescents that have a tendency towards bulimia nervosa.
From the results, we hope that there will be more research about eating disorders. There should also be a nutritional education for students and parents so they can adopt a balance diet to a healthy body. Parents should also be encourages to tell their children about the right body image and self concept.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Rahmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari perilaku konsumsi suplemen makanan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut pada karyawan produksi PT Akebono Brake Astra Indonesia. penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, pengambilan sampel secara aksidental, dan dianalisis dengan uji t independen dan chi-square. Sampel penelitian ini terdiri dari 180 karyawan. Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 08-30 April 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 45,6% responden mengonsumsi suplemen makanan. Penelitian ini juga menemukan bahwa perilaku konsumsi suplemen makanan berhubungan secara signifikan dengan usia (nilai p = 0,033). Disarankan adanya program edukasi seperti konsultasi atau penyuluhan mengenai definisi suplemen makanan, klasifikasi suplemen makanan, kandungan suplemen makanan, kelompok yang membutuhkan suplemen makanan, aturan pemakaian, dan efek samping.

The aim of this study is to determine the percentage of food supplement consumption behavior and its correlates among production worker at PT Akebono Brake Astra Indonesia. This study uses cross-sectional design, accidental sampling methode, and analyzed using the independent t test and chi-square test. The study sample consist of 180 workers. This study was conducted on April 08-30, 2013. The result of this study shows that 45,5% of respondents was consuming food supplement. This study also found that food supplement consumption behavior has been associated with age (p value = 0,033). The researcher suggest the existence of education program such as consultation or seminar, so that respondents understand what is the meaning of food supplement, the classification of food supplement, the content of food supplement, the rules of usage, and side effects."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mainora
"Faktor penyebab stunting menurut WHO 2013 secara komprehensif diuraikan menjadi faktor langsung dan tidak langsung. Prevalensi Balita stunting di Indonesia tergolong cukup tinggi dan distribusinyapun tidak merata, antara desa kota maupun antar provinsi. Tujuan penelitian ini ingin melihat bagaimana gambaran prevalensi stunting, capaian indikator PISPK, serta bagaimana hubungan 12 indikator PISPK dengan prevalensi stunting di kabupaten/kota di Indonesia tahun 2017. Desain penelitian ini adalah studi crossectional dengan sampel sebanyak 452 kabupaten/kota di Indonesia, menggunakan data sekunder prevalensi stunting dan 12 indikator program PIS-PK. Analisis statistik yang di lakukan yaitu univariat,Uji korelasi Spearmen dan Pearson serta analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi linear ganda.Hasil penelitian ini menunjukkan.
Hasil uji bivariat di peroleh variabel dengan prevalensi stunting yang berhubungan secara signifikan adalah persentase keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat - , persentase keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional JKN - , persentase bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap - , persentase ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan - , persentase penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standart , persentase penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur.
Hasil uji multivariat di dapatkan persentase keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan prevalensi stunting.Dari hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dan semua pihak dapat meningkatkan program-program yang sudah berjalan selama ini dalam meningkatkan akses jamban sehat oleh keluarga di Indonesia, serta program lainnya yang berhubungan dengan prevalensi stunting, seperti peningkatan fungsi Posyandu.

Stunting factors according to WHO 2013 are comprehensively described to be direct and indirect factors. The prevalence of under five stunting in Indonesia is quite high and the distribution is uneven, between urban and inter provincial villages. The purpose of this study is to see how the prevalence of stunting, PISPK indicator achievement, and how 12 PISPK indicator relationship with stunting prevalence in districts cities in Indonesia in 2017. The design of this study is cross sectional study with 452 districts cities in Indonesia, using data secondary prevalence of stunting from the results of Nutrition Status Monitoring PSG and 12 indicators of PIS PK program. Statistical analysis done was univariate, Spearmen and Pearson correlation test and multivariate analysis using multiple linear regression test.
The results of this study show that bivariate test results obtained by variables with prevalence of stunting are significantly related is the percentage of families have access or use healthy latrine, the percentage of families have become members of the National Health Insurance JKN, the percentage of infants get basic immunization complete, the percentage of mothers performing delivery at health facilities, the percentage of patients with pulmonary tuberculosis get treatment according to standard, the percentage of hypertensive patients perform regular treatment.
Multivariate test results in obtaining a percentage of families having access to or using healthy latrine were the dominant factors associated with stunting prevalence. From the results of this study, it is expected that the government and all parties can improve the programs that have been running so far in improving access to healthy latrines by families in Indonesia, as well as other programs related to the prevalence of stunting, such as improving the function of Posyandu.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Furi Nurnafiah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan sarapan dan faktor lainnya yang berhubungan dengan gizi lebih pada siswa-siswi di SMAN 39 Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data penelitian sekunder yang dilakukan di SMAN 39 Jakarta pada tahun 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 130 responden. Pada penelitian ini, gizi lebih sebagai variabel dependen sedangkan kebiasaan sarapan, asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, aktivitas fisik, dan jenis kelamin sebagai variabel independen. Data yang digunakan berupa hasil pengisian kuesioner, wawancara 24h-food recall, pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 26,9% siswa mengalami gizi lebih. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan, asupan protein, asupan lemak dan jenis kelamin dengan gizi lebih namun terdapat kecenderungan sebanyak 31% tidak selalu sarapan, 29% asupan protein lebih, 27% asupan lemak lebih dan 29,4% berjenis kelamin laki-laki mengalami gizi lebih. Untuk mencegah maupun menangani siswa-siswi yang mengalami gizi lebih disarankan bagi sekolah dan Dinas Kesehatan mengembangkan program edukasi mengenai gizi seimbang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imtinan Marsa Sancaya
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi anemia ibu hamil yang tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain. Padahal anemia pada ibu hamil menyumbang 40% penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia, selain itu juga berdampak pada pertumbuhan janin yang terhambat, meningkatkan risiko BBLR dan bayi lahir prematur, serta mengakari stunting dan anemia dini. Salah satu cara yang direkomendasikan oleh WHO untuk mencegah anemia pada ibu hamil adalah melakukan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) oral setiap hari sebagai bagian dari perawatan antenatal pada ibu hamil. Kemenkes (2015) menganjurkan untuk ibu hamil mengonsumsi TTD minimal 90 tablet selama masa kehamilan sebagai bentuk pencegahan anemia. Berdasarkan survei SDKI 2017, provinsi dengan tingkat konsumsi TTD terendah adalah Provinsi Sulawesi Tenggara (14%) disusul dengan Provinsi Sumatera Utara (15%). Pada hasil riset SDKI 2012 sebelumnya Provinsi Sumatera Utara juga berada di posisi 4 terendah konsumsi TTD ibu hamil sesuai anjuran, dengan persentase 8,7%. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi TTD. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan data yang diambil adalah data sekunder SDKI 2017 di Provinsi Sumatera Utara dengan sampel sebanyak 464 orang. Variabel dalam penelitian adalah: umur, pekerjaan, pendidikan, wilayah tempat tinggal, paritas, jarak antar kelahiran, frekuensi ANC, jenis tenaga dan tempat pemeriksaan kehamilan, dan ketersediaan TTD di rumah. Hasil analisis univariat adalah ibu hamil di Sumatera Utara menunjukkan bahwa lebih banyak persentase ibu yang masuk dalam kelompok umur berisiko, memiliki pendidikan rendah dan menengah, dengan status bekerja, tinggal di perkotaan, memiliki riwayat paritas multipara, memiliki jarak antar kelahiran ≥24 bulan, frekuensi ANC ix Universitas Indonesia sesuai, nakes sebagai tenaga ANC, faskes sebagai tempat ANC dan memiliki ketersediaan TTD di rumah. Hasil dari penelitian bivariat menunjukkan tiga variabel terbukti secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan ibu mengonsumsi TTD yakni pendidikan (p=0,002, OR=2,153), paritas (p=0,020, OR=3,544) dan frekuensi ANC (p=0,001, OR=2,419). Sedangkan variabel yang tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara lain umur (p=0,444), pekerjaan (p=0,236), wilayah tempat tinggal (p=0,523), jarak antar kelahiran (p=0,968), tenaga ANC (p=0,517), tempat ANC (p=1,000) dan ketersediaan TTD di rumah (tidak dapat dianalisis). Saran bagi instansi terkait dapat melakukan kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi rendahnya tingkat pendidikan wanita di Sumatera Utara, menggencarkan promosi dan informasi TTD di sosial media, menggencarkan penyuluhan dan edukasi mengenai KB, membuat program layanan tambahan mengenai TTD untuk ibu hamil dengan pendidikan rendah. Selain itu bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang lebih baik dari segi pengujian data, metode dan sumber data.

Compared to other developing countries, Indonesia is one of the high prevalence countries with anemia among pregnant women. Whereas anemia in pregnant women causes 40% of high maternal mortality in Indonesia, it also impact on retarding fetal growth, increasing the risk of low birth weight and premature birth, as well as rooting stunting and early anemia. WHO recommends to prevent anemia in pregnant women by iron supplementation every day as part of antenatal care. Kemenkes RI (2015) recommends pregnant women to consume a minimum 90 tablets of iron supplement during pregnancy as a form of anemia prevention. Based on the IDHS 2017 survey, the province with the lowest level of iron consumption was Southeast Sulawesi (14%) followed by North Sumatra (15%). In the previous 2012 IDHS research results, North Sumatra was also in the 4th lowest position in the consumption of iron for pregnant women with 8.7%. Thus, the purpose of this study was to determine what factors influence the adherence to Iron Supplement consumption. This can be seen from several factors such as age, occupation, education, area of residence, parity, distance between births, frequency of ANC, type ANC workers, ANC place, and availability of iron tablets at home. This study uses a cross sectional design and using secondary data from the IDHS 2017 in North Sumatra with a sample of 464 people. The results of univariate analysis were pregnant women in North Sumatra showed that there was a higher percentage of mothers who belonged to the risk age group, had low and secondary education, working, lived in urban areas, multiparity parity, had a birth interval of 24 months, the frequency of ANC appropriate, health workers as ANC personnel, health facilities as ANC places and have the availability of iron tablets at home. The results of bivariat analysis showed that three variables were statistically proven to have a significant relationship with adherence of taking iron tablets among pregnant women, such as education (p=0.002, OR=2.153), parity (p=0.020, OR=3.544) and frequency of ANC (p=0.001, OR =2.419). xi Universitas Indonesia While the variables that did not show a significant relationship were age (p=0.444), occupation (p=0.236), area of residence (p=0.523), distance between births (p=0.968), ANC personnel (0.517), ANC location (p=1,000) and availability of iron at home (can not be analyzed). From this study there is some suggestions for the government can collaborate across sectors to overcome the low level of women's education in North Sumatra, intensify promotion and information on iron tablets on social media, intensify counseling and education about family planning, create additional service programs regarding iron tablets for pregnant women with low education. In addition, other researchers can do better research in terms of testing data, methods and data sources."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Rana Nabila
"Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) sebanyak minimal satu kali per minggu merupakan suatu bentuk usaha pemerintah dalam penanggulangan anemia pada remaja putri. Meski demikian, konsumsi TTD pada remaja putri masih rendah. Terlebih pada kalangan mahasiswi karena mereka tidak lagi menerima TTD program seperti saat di bangku sekolah. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi TTD pada mahasiswi di Rumpun Ilmu Kesehatan UI tahun 2022. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong-lintang yang melibatkan 115 mahasiswi berusia 18-19 tahun yang aktif berkuliah pada tahun ajaran 2021/2022. Mahasiswi yang sedang hamil dan/atau tidak dapat mengonsumsi TTD karena kondisi kesehatan dikeluarkan dari penelitian. Responden dipilih melalui sampel acak sederhana. Hubungan antara sikap, pengetahuan, perceived threat, perceived benefit, perceived barrier, self-efficacy, dukungan keluarga, dukungan sebaya, dan pekerjaan orang tua dianalisis menggunakan analisis bivariat dan multivariat. Penelitian ini menemukan adanya hubungan yang signifikan antara perceived benefit (P-value=0,01; OR=2,72) dan dukungan keluarga (P-value=0,00; OR=4,19) dengan konsumsi TTD pada mahasiswi. Dukungan keluarga ditemukan paling berhubungan dengan konsumsi TTD pada mahasiswi RIK (P-value=0,00; OR=4,01). Hasil penelitian menyarankan perlu dilaksanakannya sosialisasi TTD kepada orang tua, pembentukan kelompok sebaya untuk saling mengingatkan konsumsi TTD, dan sosialisasi TTD kepada mahasiswi melalui organisasi mahasiswa di kampus.

Supplementation of iron tablets (TTD) at least once per week is a form of government effort in overcoming anemia among adolescent girls in Indonesia. However, iron tablets consumption in adolescent girls is still low. Especially among female college students because they no longer receive the TTD program like when they were in high school. This study discusses the factors related to TTD consumption among female students at the University of Indonesia Health Sciences Cluster in 2022. This study is a quantitative study with a cross-sectional design involving 115 female students aged 18-19 years who are actively studying in the 2021/2022 academic year. Students who are pregnant and/or cannot consume TTD because of their health condition are excluded from the study. Respondents were chosen through simple random sampling. Relation between attitude, knowledge, perceived threat, perceived benefit, perceived barrier, self-efficacy, family support, peer support, parent’s occupation and TTD consumption were analyzed using bivariate and multivariate analysis. This study found that perceived benefit (P-value=0,01; OR=2,72) and family support (P-value=0,00; OR=4,19) were significantly related to TTD consumption in female students. Family support was found to be most associated with iron tablets consumption (P-value=0,00; OR=4,01). Study result suggests that it is necessary to socialize TTD to parents, form peer groups to remind each other to consume iron tablets, and socialize TTD to female students through student organizations in campus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminuddin
"Krisis ekonomi yang berlangsung sejak tahun 1997 di Indonesia mengakibatkan bertambahnva jumlah orang miskin, Jaya bell masyarakat menurun, harga bahan pokok melambung, munculnya ancaman kelaparan dan kerawanan gizi terutama pada kelompok anak Balita.
Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencegah agar masyarakat miskin tidak makin terpuruk , Program tersebut meliputi: peiayanan kesehatan dasar bagi anggota keluarga miskin; pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan balita; perbaikan gizi ibu hamil, menyusui dan balita serta pengembangan model JPKM.
Studi longitudinal program JPSBK pada 5 propinsi di Indonesia memperlibatkan adanya kecenderungan perbaikan status gizi dan penurunan infeksi pada balita. Dalam rangka mengetahui dampak program JPSBK terhadap status gizi anak BADUTA maka Pusat Studi Gizi dan Pangan (PSGP) Universitas Hasanuddin bekerjasama dengan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI melakukan penelitianpada 2 Kabupaten yakni Maros Propinsi Sulawesi Selatan dan Tangerang Propinsi Banten. Data yang dianalisis dalam rangka pembuatan Iesis ini adalah bagian dari penelitian yang diiaksanakan di Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak program JPSBK terhadap status gizi dan prevalensi penyakit infeksi anak BADUTA dengan desain penelitian Time Series (trend)_ Sedangkan yang menjadi sampel daiam penelitian ini adalah bayi dan anak yang berumur 6 - 23 buaan.
Dari hasil analisis dengan menggunakan indikator < -2 z- score untuk PBIU,BBIPB dan BBIU ditemukan anak baduta Gakin malnutrisi setelah setahun program 3PSBK masing-masing berturut-turut 43,3°/x; 14% dan 45,1% . Untuk poia asupan makanan meningkat pads. BADUTA GAKIN dan non GAKIN setelah setahun program JPSBK. Prevalensi penyakit infeksi meningkat pada kasus diare dan demam tetapi menurun untuk kasus ISPA. Pada BADUTA non GAKIN prevalensi diare dan ISPA menurun tetapi meningkat pads kasus demain. Variabel yang bermakna dalam penalitian ini hanya pola asupan makanan, penyakit Diare dan ISPA.
Dari basil yang diperoleh dalam penekitian ini maka disarankan untuk mencontoh model program JPSBK untuk menanggulangi status gizi anak Baduta yang sifatnya darurat.

Impact of Infectious Diseases and Quality of Nutrition Intake Method Concerning to Nutrition status of Children Under Two Years Age Before and After One Year of Social - Health Safety Net Program (SHSNP) at Tangerang District Banten Province in Year 2000
During Indonesia economic crisis since 1997 has made impact to increase the numbers of poor, decrease the purchasing power of people, to rise the prices of primary goods then starvation and malnutrition comes up among children under five years old.
Social - Health Safety Net Program (SHSNP) is one of action of government to prevent the poor people should not be more savers. This program included primary health services for poor family, maternal and child services, mother nutrition, breastfeeding and develops SHSNP model
Longitudinal study of this program at five provinces in Indonesia has shown the improvement of nutrition status and decrease of infectious diseases on children under five years old or BALITA. Recording to find out the effect of this program to the improvement of nutrition status on children under five years old, Direktorat Bina Gizi Masyarakat or Directorate of Cultivate of Community Nutrition Ministry of Health, Republic of Indonesia has studied at 2 (two) Districts; Maros on South Sulawesi Province and Tangerang on Banten Province. The data that analyzed in this study is part of research that has run on Tangerang District.
This study focuses on the effect of SHSNP to nutrition status and prevalence of infectious diseases on children under two years old or BADUTA Design of this study is quasi experimental. Babies and children with age 6 - 23 months are become sample in this study.
The result of this study by using indicator < -2 z- score Height/Age, Weight/Height and Weight/Age, and after one year it was founded children with malnutrition, each of them are 43,3 %, 14,0 % and 45,1%. The nutrition intake method increase an BADUTA GAKIN and Non-BADUTA GAKIN after one year of this program. Infectious disease prevalence of diarhoea and fever increase, but respiratory tract infection decrease. BADUTA Non GAKIN has decreasing of diarrhea and
respiratory infection, but fever increase. The significant variables are food intake, diarrhea and respiratory tract infection.
This study has recommendation to imitate Social - Health Safety Net Program (SHSNP) to take care the emergency nutritional status on children under two years age (BADUTA)."
2001
T690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>