Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Reza
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Hipertensi tak hanya berkaitan dengan disfungsi diastolik ventrikel kiri, namun juga disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemeriksaan speckle tracking echocardiography STE dapat digunakan untuk menilai disfungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri lebih awal. Tujuan: Mengetahui adanya perbedaan fungsi intrinsik ventrikel kiri pada populasi HT terkontrol dibandingkan populasi hipertensi yang tidak terkontrol Metode: Studi potong lintang dengan 119 subyek HT yang terdiri dari 59 subyek dengan HT tak terkontrol dan 60 subyek HT terkontrol, dilakukan pemeriksaan STE dengan parameter Global Longitudinal Strain GLS untuk menilai fungsi sistolik dan strain rate untuk menilai fungsi diastolik. Hasil: Terdapat perbedaan GLS yang bermakna pada kelompok HT tak terkontrol dibandingkan HT terkontrol -19,77 3,10 vs -23,85 2,25 , p.
ABSTRACT
Hypertension HT is associated with left ventricle LV diastolic and systolic dysfunction, even in patient with normal ejection fraction. Speckle tracking echocardiography STE has a high sensitivity in evaluating LV systolic and diastolic dysfunction. Objective To asses the difference of intrinsic left ventricle function between controlled HT and controlled HT. Methods Cross sectional study with 119 subjects consisting of 59 uncontrolled HT subjects and 60 controlled HT subjects, underwent STE study with global longitudinal strain GLS as a parameter to asses LV systolic function and strain rate as a parameter to asses LV diastolic function. Results There is a significant difference of GLS between uncontrolled and controlled HT 19,77 3,10 vs 23,85 2,25 , p
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Yaniarti Hasanah
Abstrak :
Latar Belakang : Disfungsi diastolik ventrikel kiri DDVK subklinis seringterjadi dan dianggap sebagai prediktor penting gagal jantung dan kematian jangkapanjang. Deteksi dini adanya DDVK pada pasien hipertensi sangat pentingdilakukan dan memiliki makna klinis yang sangat diperlukan dalam aspektatalaksana yang tepat, sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitaspasien. Setyawan dkk mengembangkan suatu sistem skor diagnostik DDVK studiDSS pada pasien hipertensi di RSUD Tarakan Kalimantan Timur. Sistem skordiagnostik ini memiliki daya kalibrasi dan diskriminasi yang baik. Sampai saat inibelum ada validasi eksternal pada studi DSS tersebut, sehingga perlu dilakukanuntuk dapat selanjutnya diimplementasikan secara klinis. Tujuan : Memvalidasi secara eksternal Diastolic Dysfuction Scoring System DSS untuk mendiagnosis DDVK pada pasien hipertensi. Metode : Penelitian merupakan studi potong lintang dengan metode validasieksternal penuh yang dilakukan di Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan,Bogor menggunakan data primer Januari 2017 hingga Februari 2017, yangdiambil secara total sampling. Analisis data ditujukan untuk mendapatkan nilaikalibrasi dan diskriminasi. Hasil : Sampel akhir studi validasi ini berjumlah 100, kejadian DDVK pada studiini 41 . Setelah dilakukan penghitungan skor DSS pada semua sampel studi,didapatkan nilai kalibrasi yang baik menggunakan uji Hosmer Lemeshow p =0,999 ; nilai hasil uji baik bila p>0,05 , sementara nilai diskriminasi didapatkanAUC yang kurang baik AUC = 0,594; 95 CI = 0,480 ndash; 0,708. Didapatkanobserved/expected sebesar 2,56, sensitivitas kurang 22 , dan spesifitas yangbaik 88. Kesimpulan : Studi DSS secara eksternal mempunyai kalibrasi yang baik dandiskriminasi yang kurang untuk memprediksi kejadian DDVK pada populasihipertensi di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Bogor.
Background : Subclinical left ventricular diastolic dysfunction is considered asimportant progression predictor and mortality due to heart failure. Diastolicdysfunction occurred before heart failure in hypertensive patients with preservedejection fraction, so that early diagnosis of diastolic dysfunction diagnosis is veryimportant. Several factors has been known related with left ventricular diastolicdys function. Setyawan dkk in 2016 developed Diastolic Dysfuction ScoringSytem DSS with good calibration and discrimination. However this score neverbeen externally validated. Objective : To validate externally DSS study to diagnose left ventricular diastolicdysfunction in hypertensive population. Methods : This is a cross sectional study with fully external validation methodthat performed at Gunungsari village, Pamijahan, Bogor using primary data fromJanuary 2017 until February 2017, which taken by total sampling method. Dataanalysis is intended to develop the calibration and discrimination level. Results : The final samples were 100, with 41 sample have diastolicdysfunction. Callibration value with Hosmer Lemeshow showed good result withp 0.99 and poor discrimination AUC 0,594 95 CI 0,480 ndash 0,708 . We gotobserved expected ratio 2,56, fair sensitivity 22 , and good specificity 88. Conclusion : DSS study externally have good callibration and poordiscrimination to diagnose left ventricle diastolic dysfunction in hypertensivepopulation in Gunung Sari village, Pamijahan, Bogor
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Suryaatmaja
Abstrak :
Latar Belakang : Hipertensi pulmoner (HP) merupakan faktor independen kematian, kematian kardiovaskular, dan gagal jantung pada pengamatan 4 tahun pasien pascabedah katup mitral. Masalah pasien pascabedah thoraks adalah menurunnya fisiologi dan mekanik paru yang menyebabkan gangguan ventilasi perfusi dan hypoxia induced pulmonary vasoconstriction sehingga perbaikan HP pascabedah menjadi lambat. Tujuan Penelitian : Menilai efek latihan pernapasan sebagai adjuvan latihan fisik yang terstruktur terhadap penurunan tekanan sistolik arteri pulmoner (TSAP) pada pasien pascabedah katup mitral dengan hipertensi pulmoner. Metode : Penelitian ini merupakan studi eksperimental acak tersamar ganda dan prospektif. Kelompok perlakuan diberikan latihan pernapasan 50% volume inspirasi maksimal (VIM) sebagai adjuvan latihan fisik atau plasebo pada kelompok kontrol selama rehabilitasi fase 2. Sampel diambil secara konsekutif dari populasi terjangkau pascaoperasi katup mitral yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Didapatkan 43 subyek yang terbagi dalam 2 kelompok yakni 21 orang kelompok perlakuan dan 22 orang kelompok kontrol. TSAP dinilai dengan ekokardiografi sebelum dan sesudah program latihan. Hasil Penelitian : Didapatkan nilai TSAP sesudah latihan pada kelompok kontrol lebih rendah secara signifikan (35 (29-39) mmHg vs 43 (40-51) mmHg;P<0.001) dan ∆TSAP kelompok perlakuan lebih besar secara signifikan (16 (12-30) mmHg vs 3.5 (2-4) mmHg;P<0.001) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan : Terdapat penurunan TSAP yang lebih besar pada kelompok yang mendapatkan latihan pernapasan 50% VIM dibanding kelompok plasebo.
Background: Pulmonary hypertension is an independent factor for mortality, cardiovascular mortality, and heart failure in four years observation of patients underwent mitral valve operation. In patient with open chest surgery, lung physiology and mechanic function deteriorates. This leads to ventilation perfusion mismatch and hypoxia induced pulmonary vasoconstriction, causing problems in recovery post operatively. Objectives: To study the effect of respiratory training as an adjuvant to structured physical exercise in the decrease of pulmonary artery systolic pressure in patient with pulmonary hypertension post mitral valve surgery. Methods: a double blind randomized trial was done, dividing 2 groups of subjects. It company the effect of respiratory training of 50% of maximum inspiratory volume (MIV) as an adjuvant intervention to the current phase 2 rehabilitation program in intervention group vs control group. Sample was taken consecutively in patient underwent mitral valve operation and fulfilled inclusion criteria. 43 subjects were divided in 2 groups. 21 patients were given respiratory training and 22 patients were in the placebo group. Systolic pulmonary artery pressure (sPAP) was measured by echocardiography before and after intervention was performed. Result: sPAP and ∆sPAP in the intervention group were significantly lower compare to the placebo group; (35 (29-39) mmHg vs 43 (40-51) mmHg; p<0.001) and (16 (12-30) mmHg vs 3.5 (2-4) mmHg; p<0.001). Conclusion: The decrease of sPAP was found to be significantly higher in the intervention group than placebo.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library