Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Guntara Hari
Abstrak :
Latar belakang: Ditemukannya peningkatan proporsi kasus psikiatri pada pasien dengan epilepsi dibandingkan dengan pasien yang tidak pernah mengalami serangan epilepsi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan proporsi dan profil gambaran gejala psikosis episodik, serta rentang waktu antara awitan penyakit epilepsi dengan awitan gejala psikosis episodik pada pasien epilepsi. Metode: Penefitian ini menggunakan rancangan potong lintang dengan subyek pasien rawat jaian di Paliklinik Syaraf. Pada setiap subyek dilakukan wawancara psikiatri terstruktur berdasarkan butir-butir kuesioner DIP versi Indonesia. Metode statistik deskriptif digunakan untuk menjabarkan data-data hasil penelitian. Hasil: Dari ke-80 subyek terdapat total 20% subyek yang menyatakan mengalami gejala psikosis episodik, pada beberapa subyek terdapat lebih dari satu gejala, sementara pada subyek lain hanya satu gejala psikosis episodic saja. Angka rerata rentang waktu dari saat awitan sampai munculnya gejala pslkotik dari ke-16 subyek ini 9 tahun dengan standar deviasi 6,663 tahun. Simpulan: Pada penelitian ini 20% pasien epilepsi mengalami gejala psikosis episodik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 18168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes Janto Thomarius
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak dahulu kala infertilitas sudah merupakan masalah. Kisah-kisah tersebut juga bisa didapatkan dalam Al Qur'an dan Alkitab. Hippocrates (460 SM) sebagai bapak kedakteran telah menaruh minat dalam masalah infertilitas dan telah menulis "On Sterile". (IQ) Pada tahun-tahun akhir ini cukup banyak kepustakaan yang menuliskan timbulnya gangguan mental emosional dan ganngguan disfungsi psikoseksual pada pasangan infertil. Menurut Elstein (1975) pasangan infertil secara potensiil mudah mengalami abnormalitas dalam fungsi seksual mereka dan dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Infertilitas sebagai penyebab masalah psikoseksual.
2. Masalah psikoseksual yang mendasari infertilitas, seperti vaginismus, impotensi, ketidak sanggupan ejakulasi, ketakutan dan kecemasan.
3. Secara kebetulan sudah mengalami abnormalitas seksual, seperti ketidak mampuan orgasme (anorgasmia) dan ejakulasi prematur. (30)
Juga oleh Berger. (I976) dikatakan bahwa cara yang paling sederhana dan mudah dimengerti adalah adanya konflik psikologik yang dapat menyebabkan infertilitas dan kemudian berakibat pada penampilan seksual (sexual performance) (5). Masalah seksual sering diklasifikasi menurut gangguan penampilan. Pada laki-laki seringkali dijumpai adanya impotensi, ejakulasi prematur atau ejakulasi retarda, serta frekuensi hubungan seks yang berubah. Kekurangan atau kelebihan hubungan seks mungkin berpengaruh terhadap terjadinya infertilitas. Sedangkan pada wanita seringkali mengalami tidak adanya libido (frigiditas), hambatan orgasme dan vaginismus. Baik pada laki-laki maupun pada wanita maka gangguan psikoseksual dapat bersifat primer atau sekunder. (5)
Seibel dan Taymor (1982) menyatakan bahwa pengobatan dan evaluasi dari infertilitas membutuhkan sejumlah besar perhatian terhadap hubungan seks. (30) : Sedangkan Sandler (1959) menyatakan bahwa bukti jelas hubungan antara stres dan infertilitas dapat ditemukan pada pasien yang mengalami dispareunia, ketidak mampuan orgasme dan lain-lain gangguan seksual. (29) Kaplan (1982) menyatakan bahwa pasangan infertil memerlukan evaluasi psikiatrik. Disharmoni perkawinan atau konflik emosional bisa mempengaruhi keintiman hubungan seks, peran suami atau isteri dan dapat secara langsung mempengaruhi fungsi endokrin dan proses fisiologik seperti ereksi, eyakulasi dan ovulasi.(11)?
1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library