Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendriana Day
Abstrak :
Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi di Indonesia memberi dampak pada berbagai aspek. Salah satu dampak yaitu penurunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Di Indonesia propinsi yang tinggi AKI-nya yaitu di Jawa Barat, Kabupaten Purwakarta. Melihat kenyataan tersebut kelompok memutuskan untuk memilih kabupaten Purwakarta sebagai daerah intervensi dengan fokus pada Kecamatan Wanayasa, Desa Summugul. Alasan dipilihnya desa Sumurugul karena dilihat dari aspek kesehatan, pendidikan, ekonomi desa ini tidak terlalu buruk namun juga tidak terlalu baik. Kondisi psiko-sosial ibu-ibu di desa Sumurugul diduga masih membutuhkan pengetahuan dan pengalaman tambahan untuk meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri. Untuk itu dalam program intervensi, akan diupayakan dengan memberi wawasan dan ketrampilan yang terkait dengan pemanfaatan tanaman obat. Dari semua rangkaian program kegiatan intervensi kelompok dan individual, diharapkan desa Sumurugul dapat dijadikan desa model bagi desa-desa yang lain.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan El Hafiz
Abstrak :
Penelitian yang bertujuan untuk melihat efektifitas program ini dilakukan dengan latar belakang tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Program kegiatan ini dilakukan dalam upaya meminimalisir penyebab tak langsung dari tingginya angka kematian ibu, yaitu rendahnya pendidikan, ekonomi lemah, dan rendahnya kesadaran akan kesehatan terutama kesehatan reproduksi. Pendekatan yang digunakan adalah mengupayakan peningkatan kapasitas kepemimpinan, formal dan informal, agar partisipasi masyarakat dalam mendukung penurunan angka kematian ibu dari sebab tak langsung dapat meningkat. Hasilnya, kegiatan ini berhasil mendorong pemimpin desa untuk membuat rencana kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan tiga aspek, yaitu: ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, berbasis potensi lokal.
Purpose of this study is to see effectiveness of the program, which done with the background of the high of maternal mortality rate in Indonesia. The program want to reduce indirect causes of maternal mortality rate, they are: low education, low economical income, and low awareness of health, especially health of reproduction. The approach on this study 1vas to increase leadership capacity, formal and non-formal, so that citizen can participate to support reducing indirect causes of maternal mortality rate. The result, this program was able to push village leader to make an action plan to increase the three aspects, they are economic, education, and health, based on local potentiality.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Glinka S.
Abstrak :
Pada masa kini, banyak jumlah murid internasional yang beipergian ke luar negri dan mengalami proses akulturasi. Pada saat prosesnya, terjadi perubahan-perubahan perilaku serta kebudayaan yang terjadi pada individu tersebut. Individu masing-masing dapat beradaptasi dengan budaya baru dengan memiliki strategi akulturasi tertentu. Identitas budaya yang kuat dan positive serta tingkat percaya diri dan sen.se of mastery yang tinggi dapat meningkatkan penguasaan stragei yang positive dan integrasi. Penelitian ini mencoba melihat dampak adaptasi psikologis pada strategi-strategi akulturasi pada mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang pernah atau sedang belajar di Australia. Fenomena akulturasi khususnya dikaitkan dengan budaya, prosess akulturasi serta dewasa muda. Alat ukur meliputi Sitinn-LewAsicm Self-Iclentity Scale, Berry 's Acciilluration Strategies Scale, Rosenberg Self-esteem Scale dan Pearlin c£ Schoolcr 's Sense of Mastery Scale. Data karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin serta berapa lama mereka tinggal juga diolah. Responden terdiri dari 131 mahasiswa-mahasiswi Indonesia. Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa adaptaasi psikologis tidak ada dampak yang signifikan terhadap strategi akulturasi berciri Inlegration, Marginaliiation dan Separation. Akan tetapi, identitas budaya lah yang menjadi prediktor yang kuat pada strategi Assimihition.
Nowadays, tliere are numerous amounts of intemational students who experience acculturation when going abroad. During this process, cultural and behavioural cbanges occur within the individual. In order for an individual to adapt to the nevv culture, they need to adopt a certain acculturation strategy. A strong and positive sense of cultural identity, high levels of self-esteem and sense of mastery increases the chance of a positive and imegrated strategy. This current research explored the cffect of psychological adaptation on acculturation strategies among Indonesian sojoumers who have studied or were currently studying in Australia. The phenomenon of acculturation was considered with special reference of culture, acculturation and early adulthood. Measures include Suinn-Lew Asian Self-ldentity Scale, Berry's Acculturation Strategies Scale, Rosenberg Self-esteem Scale and Pearlin & Schooler's Sense of Mastery Scale. Demographic variables such as age, gender and length of stay were included. The sample consisted of 131 Indonesian University Students. Results of the research revealed there was no significant influence of psychological adaptation on Integration, Marginalization and Separation strategy. However, cultural identity alone was found to be a significant predictor for Assimilation Strategy.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S3602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viviana Amerit
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh tingkat stigma consciousness dan sumber kritik terhadap respon penerimaan kritik (intergroup sensitivity effect). Stigma consciousness (SC) adalah gambaran seberapa jauh seseorang (perempuan) yakin bahwa status stereotip yang ada pada kelompoknya dapat mempengaruhi interaksinya dengan anggota outgroup (laki-laki). Sementara intergroup sensitivity effect (ISE) merupakan fenomena yang menggambarkan bahwa seseorang lebih menganggap positif kritik yang disampaikan oleh anggota ingroup, daripada anggota outgroup. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 104 orang mahasiswi dengan rata-rata usia 20 tahun. Partisipan dikategorisasikan berdasarkan tingkat SC tinggi atau rendah. Kemudian, dikelompokkan apakah mendapatkan kritik seksis dari anggota ingroup atau outgroup. Setelah terbagi menjadi empat kelompok, dilihat perbedaan mean pada masing-masing dimensi ISE (likeability, sensitivity, constructiveness, agreeableness, dan willingness to change). Tingkat SC diukur dengan menggunakan alat ukur SCQ (Stigma Consciousness Questionnaire) dan repon penerimaan kritik diukur dengan skala ISE. Berdasarkan perhitungan two-way analysis of variance, dibuktikan bahwa perbedaan tingkat SC tidak mempengaruhi ISE. Tetapi perbedaan sumber kritik terbukti mempengaruhi respon penerimaan kritik seperti likeability, sensitivity, constructiveness, dan willingness to change, tetapi tidak pada agreeableness. Selain itu, tidak terdapat interaksi antara perbedaan tingkat SC (tinggi atau rendah) dan sumber kritik (outgroup atau ingroup) terhadap respon penerimaan kritik (likeability, sensitivity, constructiveness, agreeableness, dan willingness to change).
This study aimed to examine the effect of stigma consciousness and source of critic on intergroup sensitivity effect. Stigma consciousness (SC) is the extent to which they (women) believe that the stereotype status about their gender group could affect their interaction with outgroup member (men). bitergroup sensitivity effect is a phenomena in which someone have more positive response about the critique that stem from ingroup than when the same critique are made by outgroup. In the current study, 104 college students participate with an average age of 20 years. They are categorized based on level of SC (high or low) and from whom they get the critique (ingroup or outgroup). The researcher look for mean differences between ISE in likeability, sensitivity, constructiveness, agreeableness, and willingness to change, based on four level of SC and source of critics. The level of SC is measured by SCQ (Stigma Consciousness Questionnaire) and the response to criticism is measured by ISE scale. Based on two-way analysis of variance, it is proved that SC level have no effect on ISE. Meanwhile, the source of critic do affect response to criticism in its likeability, sensitivity, constructiveness, and willingness to change, but not in agreeableness. Furthermore, there is no interaction between the difference of SC level and source of critic on ISE, whether its likeability, sensitivity, constructiveness, agreeableness, or willingness to change.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S3571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayatullah Cahyatama
1999
S2628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desty Rosdianti
Abstrak :
[ ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Perceived Empathic Self-Efficacy dengan Volunterisme pada volunter di bidang pendidikan. Variabel perceived empathic self-efficacy diukur dengan Perceived Empathic Self-Effiacy Scale (PESE) dan variabel volunterisme diukur dengan menggunakan skala Volunterisme. Penelitian ini dilakukan dengan sebanyak 100 orang partisipan usia remaja dan dewasa muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed
ABSTRACT The purpose of this study is to examine the relationship of perceived empathic self-efficacy and volunteerism on educational volunteer. Perceived empathic self efficacy measured with Perceived Empathic Self-Efficacy scale (PESE) which adapted in Indonesian and volunteerism measured with Volunteerism scale that constructed by researcher. One hundred volunteer from four volunterism organization participated this research.The result shows that there is significant positive relationship of both variable (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed).;The purpose of this study is to examine the relationship of perceived empathic self-efficacy and volunteerism on educational volunteer. Perceived empathic self efficacy measured with Perceived Empathic Self-Efficacy scale (PESE) which adapted in Indonesian and volunteerism measured with Volunteerism scale that constructed by researcher. One hundred volunteer from four volunterism organization participated this research.The result shows that there is significant positive relationship of both variable (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed).;The purpose of this study is to examine the relationship of perceived empathic self-efficacy and volunteerism on educational volunteer. Perceived empathic self efficacy measured with Perceived Empathic Self-Efficacy scale (PESE) which adapted in Indonesian and volunteerism measured with Volunteerism scale that constructed by researcher. One hundred volunteer from four volunterism organization participated this research.The result shows that there is significant positive relationship of both variable (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed).;The purpose of this study is to examine the relationship of perceived empathic self-efficacy and volunteerism on educational volunteer. Perceived empathic self efficacy measured with Perceived Empathic Self-Efficacy scale (PESE) which adapted in Indonesian and volunteerism measured with Volunteerism scale that constructed by researcher. One hundred volunteer from four volunterism organization participated this research.The result shows that there is significant positive relationship of both variable (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed)., The purpose of this study is to examine the relationship of perceived empathic self-efficacy and volunteerism on educational volunteer. Perceived empathic self efficacy measured with Perceived Empathic Self-Efficacy scale (PESE) which adapted in Indonesian and volunteerism measured with Volunteerism scale that constructed by researcher. One hundred volunteer from four volunterism organization participated this research.The result shows that there is significant positive relationship of both variable (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed).]
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S61927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Astarina Astarto
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara locus of control dengan ketidakpuasan akan bentuk tubuh pada remaja wanita. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 146 remaja yang berasal dari 2 kelompok, yaitu kelompok remaja pertengahan (14-18 tahun) dan kelompok remaja akhir (19-22 tahun). Penelitian ini menggunakan Body-Shape Questionnaire (BSQ-34) untuk mengukur tingkat ketidakpuasan akan bentuk tubuh, dan Rotter?s Locus of Control Scale untuk mengukur jenis locus of control seseorang. Data diolah menggunakan metode correlation dan independent t-test. Penelitian ini dapat membuktikan bahwa ada hubungan signifikan yang positif antara kedua variabel tersebut. Sebagai tambahan, hasil dari penelitian juga mengungkapkan bahwa remaja dengan locus of control eksternal tingkat ketidakpuasan akan bentuk tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan kelompok locus of control internal. Selain itu, dalam penelitian ini dibuktikan bahwa umur juga memiliki hubungan dengan locus of control seseorang.
The aim of this study is to observe the relationship between locus of control and body dissatisfaction in adolescence women. There were 146 women which divided into 2 different groups, middle adolescence (14-18 years old) and late adolescence (19-22 years old). This study used the Body-Shape Questionnaire (BSQ-34) to measure the level of body dissatisfaction, and the Rotter?s Locus of Control Scale to measure the type of locus of control. The data was analysed by using correlation and independent t-test. This study shows that there is a positive significant relationship between locus of control and body dissatisfaction. In addition, this study also revealed that the level of body dissatisfaction is higher for adolescence with external locus of control than those who have internal locus of control. Moreover, this study has proven that age also has a relationship with a person's locus of control.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Amaliah
Abstrak :
Skripsi ini bertujuan untuk meneliti peranan komponen sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control (PBC) dalam memprediksi intensi mahasiswa bersepeda di dalam kampus. Teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori planned behavior (TPB). Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan desain ex post facto field study. Sampel penelitian adalah 134 mahasiswa Universitas Indonesia dari 10 fakultas yang diambil melalui metode quota sampling. Partisipan diminta untuk mengisi kuesioner yang mengukur komponen TPB, yaitu sikap, norma subyektif, PBC, dan intensi. Hasil analisis korelasi berganda menunjukkan bahwa: (a) intensi diprediksi oleh sikap, norma subyektif dan PBC.;(b) Hanya sikap yang berperan signifikan menjelaskan intensi, sementara norma subyektif dan PBC tidak. Implikasi dari penemuan ini terkait isu teoritis dan praktis, dan implikasi untuk desain intervensi didiskusikan kemudian.
This thesis is aimed to examine role of attitude, subjective norm, and perceived behavioral control (PBC) to predict students cycling intention in campus route. Theory of Planned Behavior (TPB) is used to analyze this problem. This research is excluded on quantitative research, which use ex post facto field study as the design research. The study sample was composed of 134 college students of University of Indonesia, come from ten faculty, which is taken through quota sampling methods. They were administered a questionnaire designed to measure the components of the TPB, consist of attitude, subjective norm, perceived behavioral control (PBC) and intention. Multiple regression analyses demonstrated that: (a) Behavioral intention was significantly predictable from attitudes, subjective norm and PBC; (b) Only attitude have a fairly accurate explanation of intention to cycling in campus route, neither have subjective norm and PBC. The implications of this finding in relation to theoretical and practical issues, also implication for designing interventions were discussed later.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
152.4 AMA p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi Ningsih
Abstrak :
Wanita Indonesia pada masa sekarang ini, khususnya di Jakarta kebanyakan tidak lagi tinggal dirumah sebagai pengurus rumah tangga dan anak, tetapi ikut aktif bekerja diluar rumah untuk meningkatkan karir dan penghasilan mereka. Wanitapun banyak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Namun di dalam masyarakat Indonesia seorang wanita yang bekerja tetap diharapkan untuk berperan sesuai dengan fungsi utamanya di dalam keluarga yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai istri. Oleh karena itu jika wanita mengkombinasikan perannya didalam pekerjaan dan juga keluarga, hal ini seringkali menimbulkan stres. Salah satu bidang kerja yang seringkali terdapat banyak stafnya mengalami stres adalah perawat, oleh karena itu perawat sering dikatagorikan sebagai profesi yang menimbulkan stres. Dalam kondisi stres, dikhawatirkan perawat tidak dapat menjalankan perannya secara optimal, oleh karena itu perawat diharapkan dapat mengatasi stres yang dialami. Hal ini menyebabkan ia melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri ini apabila ditujukan khusus pada keadaan atau situasi yang dirasakan menantang, mengancam, atau membebani sumber daya yang dimiliki seseorang serta menimbulkan emosi-emosi negatif maka penyesuaian diri ini disebut sebagai Coping. Coping merupakan usaha dalam bentuk kognisi dan perilaku untuk mengatasi tuntutan eksternal dan internal yang dinilai melebihi sumber daya penyesuaian yang dimiliki seseorang. Coping dibedakan menjadi dua yaitu Problem Focused Coping merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mengatasi atau meyelesaikan masalah yang dihadapi, sedangkan Emotion Focused Coping merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mengurangi ketegangan dan perasaan yang tidak menyenangkan yang timbul dari kesulitan atau masalah yang sedang dihadapi. Dari penelitian selanjutnya Coping berhasil dikembangkan menjadi delapan strategi baru dari Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping yaitu tiga strategi yang tergolong dalam Probel Focused Coping adalah Tindakan berhati-hati, Tindakan Instrumental, dan Negosiasi, kemudian empat strategi yang tergolong dalam Emotion Focused Coping adalah Melarikan diri, Minimization, Menyalahkan diri sendiri, dan Mencari makna, serta satu strategi yang merupakan kombinasi dari Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping adalah Mobilisasi dukungan. Namun pemilihan jenis Strategi Coping yang dilakukan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor Sosio Demografi, Tipe Kepribadian, dan faktor Kontekstual. Penelitian ini dilakukan terhadap 155 orang perawat di RS. Fatmawati dan RS. Pondok Indah, untuk mengetahui Bagaimana pemilihan Strategi Coping wanita berperan ganda, khususnya perawat di dua Rumah Sakit Jakarta, serta hubungannya dengan faktor Sosio Demografi, Tipe Kepribadian, dan Faktor Kontekstual. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa faktor Sosio Demografi, Tipe Kepribadian, dan Faktor Kontekstual, berhubungan secara signifikan dengan pemilihan Strategi Coping wanita berperan ganda. Namun yang memberi sumbangan terbesar dari ketiga faktor tersebut adalah Faktor sosio demografi yaitu penghasilan dan pendidikan, kemudian Faktor Kontekstual, baru Tipe Kepribadian. Selain itu penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam pemilihan Strategi Coping yang ditampilkan wanita berperan ganda di RS. Fatmawati dan RS. Pondok Indah. Responden di RS. Fatmawati umumnya cenderung menggunakan Strategi Emotion Focused Coping (EFC) yaitu Menyalahkan diri sendiri, dan mencari makna; serta kombinasi antara Problem Focused Coping (PFC) dan EFC yaitu melakukan dukungan mobilisasi. Sedangkan responden di RS. Pondok Indah cenderung menggunakan Strategi Problem Focused Coping (PFC) yaitu tindakan instrumen, tindakan berhati-hati, juga negosiasi; bahkan yang menarik di RS Pondok Indah cenderung pula menggunakan Strategi Emotion Focused Coping (EFC) yaitu Menyalahkan diri sendiri, dan mencari makna. Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut maka disarankan : (1) Sebaiknya dilihat pula gambaran stres yang dialami oleh wanita berperan ganda, agar diketahui jenis atau intensitas stressor yang dialaminya, sehingga pengukuran coping akan lebih terarah dan spesifik. (2) Bagi yang ingin melakukan penelitian yang sama disarankan untuk membuat alat ukur Strategi Coping yang lebih spesifik, dan mempertimbangkan karakteristik budaya masyarakat Indonesia. (3) bagi yang berminat melakukan penelitian lanjutan disarankan agar membandingkan dengan jenis pekerjaan lain sehingga terlihat variasi pemilihan Strategi Copingnya. (4) Bagi pengembangan Sumber Daya Manusia, dalam hal rekruitmen karyawan, khususnya wanita berperan ganda perlu diperhatikan penghasilan yang tinggi dan pendidikan tinggi , agar mereka dapat langsung memecahkan masalahnya yang berkaitan dengan peran gandanya, sehingga akan mempengaruhi efektiftas dan produktifitas kerjanya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Suarta
Abstrak :
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah pola aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja di Kelurahan kapuk Muara, (2) bagaimanakah pola harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak, (3) apakah ada kaitan antara pola harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan pola aspirasi pendidikan dan pekerjaan para remaja, (4) apakah ada hubungan antara harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pendidikan remaja, (5) apakah ada hubungan antara harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pekerjaan remaja ? dan (6) apakah ada perbedaan tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan antara remaja laki-laki - perempuan dari etnis Jawa dengan etnis Betawi. Subyek penelitian dari penelitian ini adalah para remaja usia 13-16 tahun dan berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, yang berada di Kelurahan Kapuk Muara. Jumlah responden penelitian ini adalah 140 orang yang terdiri dari 70 orang remaja dari etnis Jawa dan 70 orang dari etnis Betawi, beserta orangtuanya. Instrumen yang digunakan untuk menggali data adalah skala aspirasi pendidikan, skala aspirasi pekerjaan, skala harapan orangtua terhadap pendidikan anak, dan skala harapan orangtua terhadap pekerjaan anak. Dengan menggunakan tehnik analisis Faktor, Multipel Regressi, uji signifikansi T-Test dan Pairs T-Test, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) bidang pendidikan yang diharapakan oleh sebagian besar orangtua terhadap anaknya adalah pendidikan dibidang pendidikan sosial & komputer, dan bidang pendidikan administrasi & keuangan, sedangkan bidang pekerjaan yang diharapkan oleh sebagian besar orangtua terhadap anaknya adalah pelayanan umum & jasa tehnik komputer, (2) bidang pendidikan yang didambakan oleh sebagian besar remaja adalah pendidikan di bidang administrasi & keuangan, sedangkan pekerjaan / bidang pekerjaan yang didambakan oleh sebagian besar remaja adalah pekerjaan di bidang jasa komputer, (3) pola harapan orangtua terhadap pendidikan anak ada sedikit kesesuaiannya dengan pola aspirasi pendidikan remaja di Kelurahan Kapuk Muara demikian juga dalam bidang pekerjaan yang diharapkan. (4) ada hubungan yang signifikan antara harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pendidikan remaja di Kelurahan Kapuk Muara, (5) ada hubungan yang signifikan antara harapan orangtua terhadap pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pekerjaan remaja, sedangkan harapan orangtua terhadap pendidikan anak tidak berhubungan signifikan dengan tingkat aspirasi pekerjaan remaja. (6) ada perbedaan yang signifikan antara tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja dari etnis Betawi dengan remaja dari etnis Jawa, sedangkan dilihat dari dari jenis kelaminnya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja laki-laki dengan tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja perempuan. Berdasarkan penemuan tersebut diajukan saran kepada Lurah Kapuk Muara beserta staf, pemuka masyarakat di kelurahan Kapuk Muara, kelompok motivator, karang teruna Kelurahan Kapuk Muara, dan para peneliti lain.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>