Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuni Eloisa Marinda
"Pada dekade 1980-an , laju pertumbuhan angkatan kerja di Sumatera Barat adalah sebesar 3,5 persen pertahun. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja ini dianggap masih cukup tinggi . Bila dilihat secara keseluruhan dari pertumbuhan angkatan kerja tersebut menurut daerah dan jenis kelamin dapat disimpulkan beberapa hal.
Pertama, pertumbuhan angkatan kerja di kota jauh lebih tinggi daripada desa. Ini secara tidak langsung menyatakan bahwa arus migrasi dari desa ke kota di Sumatera Barat cukup tinggi. Kedua, pertumbuhan angkatan kerja laki-laki jauh lebih rendah dari angkatan kerja wanita. Ketiga, pertumbuhan angkatan kerja wanita di kota jauh lebih tinggi dari pada di desa. Tingginya pertumbuhan angkatan kerja wanita ini diduga antara lain disebabkan peningkatan pendidikan wanita telah memberi dampak terhadap kenaikan partisipasi angkatan kerja wanita di pasar kerja.
Meskipun tingkat pertumbuhan angkatan kerja wanita lebih tinggi dibandingkan dengan angkatan kerja laki-laki akan tetapi partisipasi angkatan kerja (TPAK)nya relatif lebih rendah. Bila dibandingkan dengan TPAK wanita di pulau Jawa ternyata juga relatif lebih rendah (SUPAS 1985). Kalau diamati lebih lanjut, rendahnya TPAK wanita di Sumatera Barat disebabkan rendahnya TPAK pada wanita kelompok masa melahirkan yaitu pada usia 20-35 tahun. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya angka kelahiran. Karena itu diduga sebagian besar wanita menarik diri dari angkatan kerja semasa child bearing age tersebut.
Dalam teori ekonomi mikro, keputusan seorang individu untuk berpartisipasi di dalam angkatan kerja sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah selera, preferensi dan tingkat upah yang berlaku di pasar tenaga kerja. Bagaimanakah seorang individu memutuskan, apakah ia akan ikut ambil bagian dalam kegiatan proses produksi sebagai pekerja, atau akan menghabiskan seluruh waktunya untuk tidak bekerja. Bila ia memutuskan untuk bekerja, berapa lama waktu yang akan dicurahkannya untuk bekerja dan berapa lama untuk kegiatan diluar 'bekerja`.
Pada kasus rendahnya TPAK wanita menikah dan mempunyai anak di Sumatera Barat, wanita menganggap memperoleh hasil yang bernilai tinggi di dalam rumah tangga dibandingkan bila mereka memasuki pasar kerja. Pilihan untuk tidak berpartisipasi dalam angkatan kerja menurut tingkat upah yang berlaku di pasar sesungguhnya merupakan pilihan memaksimumkan utilitas.
Meskipun seorang individu memilih tidak bekerja pada tingkat upah yang berlaku dipasar, bila terjadi suatu kenaikan tingkat upah yang lebih tinggi maka hal ini akan mendorong individu tersebut memasuki pasar kerja. Kenaikan upah tersebut telah mengubah tingkah laku individu sehingga ia memutuskan untuk berpartisipasi di dalam angkatan kerja.
Gambaran diatas memperlihatkan suatu model perilaku seorang individu, bagaimana individu tersebut menentukan pilihan-pilihan dan keinginan-keinginannya agar dapat dipenuhi secara memuaskan. Becker' (1960) dalam tulisannya "An Economic Analysis of Fertility", membahas mengenai tingkah laku fertilitas individu di negara maju. Keputusan untuk memiliki anak dipengaruhi oleh konsep biaya opportunity , yaitu pendapatan yang tidak jadi diterima oleh orang tua yang tidak bekerja karena harus mengurus anak-anaknya.
Karena adanya suatu kenaikan tingkat upah nyata yang diterima kaum wanita causal PD TI, menyebabkan semakin banyaknya wanita yang ikut berperan di dalam pasar kerja sehingga pada gilirannya tingkat kelahiran menjadi turun. Tingkah laku fertilitas yang dijelaskan melalui analisis ekonomi ini kemudian lebih dikenal sebagai new homes economics . Analisis ini disebut home karena pada dasarnya rumah langga secara minimal terdiri dari suami, istri dan anak".
Perkembangan selanjutnya memperlihatkan bahwa new homes economics tidak hanya dapat diterapkan untuk menganalisa tingkah laku fertilitas, tetapi dapat menganalisis hampir semua tingkah laku manusia yang berhubungan dengan pilih memilih termasuk analisis penawaran terhadap pekerja."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayat Karyana
"Pada tahun 1995 telah mulai diperkenalkan oleh Ananta dan Anwar suatu pengukuran migrasi yang relatif Baru untuk kasus di Indonesia yaitu indeks migrasi atau GMR (Gross Migra-Production Rate) yang merupakan penjumlahan dari ASMR (Age Specific Migration rate). Ada 2 jenis indeks migrasi yaitu indeks migrasi keluar atau GOMR (Gross Out Migra-Production rate) dan indeks migrasi masuk atau GIMR (Gross In-Migra-Production Rate). Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1980 dan 1990, Ananta dan Anwar (1995) menghitung indeks migrasi keluar (GOMR) dan indeks migrasi masuk (GIMR) per propinsi.
Indeks migrasi keluar (GOMR) per propinsi belum melihat tujuan propinsi migran, dan indeks migrasi masuk per propinsi belum melihat asal propinsi migran. Indeks migrasi yang dapat melihat asal propinsi dan tujuan propinsi migran sekaligus adalah indeks migrasi antar propinsi.
Dalam tesis ini mencoba membuat proyeksi indeks migrasi antar propinsi di Indonesia untuk tahun 1990-1995. Proyeksi indeks migrasi yang dimaksud adalah proyeksi indeks migrasi keluar antar propinsi penduduk laki-laki, proyeksi indeks migrasi keluar antar propinsi penduduk perempuan, proyeksi indeks migrasi masuk antar propinsi penduduk laki-laki dan proyeksi indeks masuk antar propinsi penduduk perempuan.
Untuk dapat membuat proyeksi tersebut data yang diperlukan adalah : 1) Banyak migran keluar (total) per propinsi menurut kelompok umur dan jenis kelamin dari Sensus Penduduk 1980 dan 1990, 2) Banyak migran keluar dari satu propinsi ke propinsi lainnya menurut jenis kelamin dari Sensus Penduduk 1980 dan 1990, dan 3) ASOMR dan ASIMR per propinsi menurut jenis kelamin tahun perode 1975-1980 dan 1985-1990.
Dengan adanya data tersebut di atas metoda proyeksi yang dicoba diajukan oleh penulis dengan langkah-langkahnya adalah:
1. Proyeksi banyak migran keluar per propinsi tahun 1990-1995 yang berumur 5 tahun ke atas
2. Proyeksi banyak migran keluar per propinsi tahun 1990-1995 yang berumur 0-4 tahun
3. Proyeksi banyak migran keluar dari propinsi a menurut kelompok umur tahun 1990-1995
4. Menghitung distribusi proporsi migran keluar dari propinsi a ke propinsi-propinsi lainnya
5. Proyeksi banyak migran keluar antar propinsi untuk kelompok umur u tahun 1990-1995
6. Proyeksi Indeks Migrasi.
Suatu proyeksi hanya akan benar (terjadi) jika dan hanya asumsi yang diajukan benar-benar terjadi. Di sini asumsi yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Banyak migran keluar dari tiap propinsi ke luar negeri sedikit sekali. Asumsi ini diperlukan karena dari hasil pengolahan baik oleh BPS ataupun Lembaga Demografi FE UI tidak ada datanya. Kalaupun kenyataannya ada, diharapkan jumlah migran keluar selama periode 1990-1995 sedikit dibanding dengan jumlah migrasinya.
2. Angka pertumbuhan banyak migran keluar per propinsi menurut jenis kelamin pada tahun periode 1990-1995 mengikuti angka pertubuhan pada periode sebelumnya.
3. Pola distribusi migran keluar dari satu propinsi ke 26 propinsi lainnya, dan Pola distribusi migran keluar menurut kelompok umur pada tahun periode 1990-1995 mengikuti pola pada tahun periode sebelumnya, serta Pole distribusi migran keluar menurut kelompok umur mengikuti totalnya.
Dari hasil proyeksi antara lain dapat disimpulkan bahwa :
1. Asal dan tujuan migran dari dan ke propinsi-propinsi belum merata, yang mencerminkan masih terkonsentrasinya ke beberapa propinsi saja.
2. Meskipun DKI Jakarta tidak lagi selalu jadi tujuan utama migran, namun ternyata propinsi-propinsi di pulau Jawa masih mempuyai indeks migrasi masuk yang besar.
3. Indeks migrasi penduduk perempuan tidak selalu lebih rendah dari pada indeks migrasi penduduk laki-laki, baik untuk indeks migrasi keluar maupun untuk indeks migrasi masuk."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kusreni
"Penawaran tenaga kerja merupakan salah satu masalah yang banyak dibicarakan karena tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi.
Jika selama ini penawaran tenaga kerja selalu dikaitkan dengan kwantitas penduduk , dalam arti jumlah penduduk usia kerja yang ada , maka dalam tulisan ini penawaran tenaga kerja diartikan sebagai suatu hubungan antara upah dan jumlah jam kerja yang sedia ditawarkan oleh pemiliknya.
Jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh masing-masing individu pada tingkat upah tertentu tidak selalu sama. Pada umumnya seseorang akan bekerja apabila tingkat upah dipasar adalah sama atau lebih tinggi dari reservation wage-nya.
Dengan demikian kurve penawaran tenaga kerja dapat dipandang sebagai tingkat upah minimum yang dengan tingkat itu Para pemilik tenaga kerja siap untuk menawarkan sejumlah jam kerjanya. Seperti halnya propinsi lain di Indonesia, propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga menghadapi masalah ketenagakerjaan yang cukup serius yakni adanya ketidak seimbangan antara kesempatan kerja dan tenaga kerja yang tersedia. Hal ini tidak saja disebabkan oleh besarnya jumlah angkatan kerja yang ada akan tetapi juga disebabkan karena masih kecilnya kemampuan sektor formal dalam menyerap tenaga kerja,sehingga mengakibatkan tidak semua tenaga kerja yang ada dapat masuk dalam pasar kerja.
Pada dasarnya penduduk dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu penduduk yang termasuk dalam kelompok tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Mereka yang termasuk dalam tenaga kerja atau penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 10 tahun keatas. Selanjutnya tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Ketentuan BPS mengatakan bahwa penduduk berumur 10 tahun keatas yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan ,baik bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena sesuatu sebab, misalnya sedang menunggu panen cuti dan sebagainya.Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan dapat pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja. Yang digolongkan bukan angkatan kerja antara lain adalah mereka yang sedang berada dalam pendidikan, mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah dan mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan karena alasan fisik.
Mengenai batasan waktu yang dipergunakan adalah menunjuk pada jangka waktu tujuh hari berturut-turut yang berakhir pada hari sehari sebelum tanggal pencacahan.
Selanjutnya angkatan kerja yang ada ini dapat
dibagi dalam 2 kelompok yaitu mereka yang termasuk dalam katagori bekerja dan tidak bekerja."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Fadillah
"Gerak perpindahan penduduk atau migrasi dari suatu daerah ke daerah lainnya merupakan suatu bentuk respon atau reaksi dari adanya variasi keadaan dimana mereka berdiam / hidup. Perkembangan sosial ekonomi antara daerah yang satu dengan daerah lainnya, jarang sekali terjadi kesamaan. ketidaksamaan ini menimbulkan kesempatan--kesempatan yang berbeda untuk masing-masing daerah. Banyak faktor yang mempengaruhi proses migrasi, sehingga permasalahannya makin rumit dan kompleks.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan terungkap bahwa dorongan utama bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan migrasi adalah keinginan untuk memperbaiki mutu/taraf hidup, disini tersirat bahwa faktor ekonomi merupakan motivasi yang dominan dalam migrasi. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa faktor-faktor lain diluar faktor ekonomi tidak berpengaruh pada keputusan seseorang untuk melakukan migrasi; seperti persepsi seseorang atas reaksinya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi antara satu daerah dengan daerah lain juga tidak sama. Karena itu biasanya orang akan pindah ke suatu daerah, bilamana daerah tersebut akan memberikan suatu nilai positif bagi dirinya atau keluarganya.
Tesis ini mencoha menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi proporsi tujuan migrasi keluar dari Kalimantan Selatan; yaitu ke Kalimantan Tengah, antar kabupaten dan propinsi lain mengunakan data hasil SUPAS 1985. Data yang digunakan adalah migran berdasarkan tempat tinggal 5 (lima) tahun lalu ( RECENT MIGRANT ). Sedangkan model statistik yang di pergunakan untuk memperkirakan proporsi migrasi adalah Regresi Multinominal Logistik berganda. Variabel babas yang diamati adalah : Variabel ekonomi yang digambarkan melalui PDRB perkapita, Tingkat industri, Variabel sosial demografi, yang meliputi umur, Jenis kelamin, Pendidikan, dan Status Kawin. Selain pengaruh variabel utama tersebut, juga diperhatikan adanya pengaruh variabel interaksi antara umur dan jenis kelamin, PDRB perkapita dengan pendidikan.
Berdasrkan hasil analisa imperensial menggunakan model statistik Regresi Multinominal Logistik berganda, ternyata bahwa aktifitas perekonomian suatu daerah mempunyai pengaruh positif terhadap proporsi migrasi. Hal ini terlihat baik untuk migrasi antar kabupaten, ke Kalimantan Tengah, maupun ke propinsi lain.
Hasil uji statistik juga menunjukkan adanya hubungan positif antara umur dangan proposi migrasi. Pada kelompok umur muda proposi migrasi lebih besar dibanding kelompok umur tua kecuali untuk tujuan antar kabupaten, dimana proporsi migrasi kelompok umur muda sedikit lebih kecil dibandingkan dengan kelompok umur tua. Namun setelah dikontrol oleh variabel kontekstual proposi umur muda menjadi lebih besar.
Berdasarkan model yang telah dianalisa juga diketahui bahwa tiidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap proporsi migrasi. Hal ini menunjukan antara laki--laki dan perempuan mempunyai proposi yang hampir tidak jauh berbeda baik sebelum maupun setelah di kontrol oleh variabel kontekstual.
Sementara itu, dilihat dari tingkat pendidikan, baik sebelum maupun sesudah dikontrol oleh variabel kontekstual, proporsi migrasi menunjukan selalu di dominasi oleh kelompok berpendidikan lebih kecil SD ( < SD ) dihandingkan dengan kelompok pendidikan lebih tinggi."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharso
"Beberapa tahun sebelum paham kapitalis muncul, sumberdaya alam masih dianggap sebagai faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam proses produksi. Tanah, tenaga kerja, dan kapital seolah holy trilogy of economic karena selalu diperlukan dalam pembangunan ekonomi. Perkembangan sektor industri, sektor pertanian dan juga sektor-sektor lainnya pun saat itu masih dianggap tergantung kepada ketiga faktor ini. Ketika di kawasan Eropa terjadi revolusi industri para ahli-ahli ekonomi pembangunan semakin menyadari pentingnya peranan modal non fisik dalam proses produksi untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Modal non fisik itu adalah mutu modal manusia (Human Capital). Modal manusia sangat beragam bentuknya. Perubahannya secara fisik memang sulit diukur,tetapi dampak dari perubahan itu bisa dirasakan misalnya efisiensi kerja semakin meningkat, ditemukan teknologi baru yang dapat melipatgandakan kapasitas produksi, dan lain-lain. Dampak perubahan human capital di kawasan Eropa (negaranegara maju pada saat itu) ditandai dengan perubahan skala produksi secara besar-besaran terutama di sektor industri. Perubahan ini sangat berbeda terutama di negara-negara berkembang atau pun di negara-negara yang masih miskin.
Perbedaan yang mencolok dari perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang pesat itu telah menarik perhatian banyak ahli-ahli ekonomi pembangunan untuk mengkaji lebih dalam proses pembangunan di negara maju dan di negara berkembang. Ahli-ahli:itu misalnya Clark , Rostow, Schumpeter, Harrod-Domar, Kuznets, dll. Banyak sekali teori-teori bermunculan pada pada masa itu. Teori-teori tersebut pada dasarnya mencoba menganalisa,mengenai faktor-faktor apa yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Teori Schumpeter misalnya, mencoba menerangkan syarat-syarat apa saja agar ekonomi dapat tumbuh secara berkelanjutan. Salah satu yang menjadi perhatiannya adalah mengenai peranan inovasi baru dalam proses pembangunan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Harrod-Domar mencoba mengembangkan teori Keynes jangka panjang mengenai peranan investasi dan serta syarat syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap (Steady Growth). "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T6830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabir Ahmad
"Sulawesi Tenggara yang setiap tahunnya mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi yakni untuk tahun 1980-1985 angka pertumbuhan rata-rata mencapai sebesar 3,52 per sen per tahun. Angka ini bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan penduduk Indonesia dalam periode yang sama (1980-1985) sebesar 2,13 per sen, maka laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara masih jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan rata-rata penduduk Indonesia. Tingginya angka pertumbuhan tersebut diperkirakan salah satu penyebab adalah besarnya perpindahan penduduk dari daerah lain di Indonesia masuk ke Sulawesi Tenggara yakni, migrasi masuk pada tahun 1980 adalah sebesar 11,1 per sen dari jumlah penduduk Sultra pada tahun tersebut. Sedangkan tahun 1985 migrasi masuk adalah sebesar 14,3 per sen dari jumlah penduduk Sultra.
Untuk melihat arus perpindahan tersebut serta dampaknya terhadap produktivitas penduduk Sultra, maka dalam studi ini dilakukan dua pendugaan dengan tujuan yaitu, pertama, ingin melihat faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menarik migrasi masuk dan keluar ke dan dari daerah Sulawesi Tenggara. Ke dua, faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, serta kaitannya dengan migrasi. Terakhir ini akan diungkapkan secara deskriptif.
Dalam menunjang pendugaan di atas, maka digunakan metode analisis regresi berganda dengan menggunakan data Agregat yang diperoleh dari publikasi Biro Pusat Statistik berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1971, 1980, SUPAS 1985 dan SAKERNAS 1976, serta Sulawesi Tenggara Dalam Angka.
Dari dua pendugaan yang dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Pertama, faktor yang mempengaruhi tingkat migrasi masuk dan keluar di Sulawesi Tenggara yakni; Industrialisasi, Urbanisasi, Tingkat kesempatan kerja, Kualitas penduduk (penduduk yang berpendidikan tamat SLTA dan Akademi/peguruan tinggi), Kepadatan penduduk, Jarak dan Dummy dengan indikator; 1 untuk migrasi keluar dan 0 untuk migrasi masuk.
Dari variabel tersebut di atas bila dilihat secara relatifitas antara daerah asal dan daerah tujuan (Sulawesi Tenggara), madan nampak bahwa:
1. Industrialisasi di daerah asal lebih menarik relatif terhadap Sultra, sehingga tingkat migrasi masuk ke Sultra menjadi berkurang dan tingkat migrasi keluar cenderung semakin besar.
2. Urbanisasi, kepadatan penduduk di daerah asal pertumbuhannya lebih tinggi relatif terhadap Sultra, sehingga Sultra lebih menarik relatif terhadap daerah asal. Akibatnya tingkat migrasi masuk semakin besar dan migrasi keluar semakin berkurang. Nadi semakin tinggi tingkat urbanisasi, kepadatan penduduk di daerah asal relatif terhadap Sultra semakin besar tingkat migrasi.masuk ke Sultra. Urbanisasi dapat memiliki hubungan positif dan negatif terhadap migrasi.
3. Tingkat kesempatan kerja pertumbuhannya lebih cepat di Sultra bila dibandingkan daerah asal, maka hal ini lebih baik dan lebih menarik di Sultra relatif terhadap daerah asal, sehingga tingkat migrasi cenderung meningkat, dan migrasi keluar semakin berkurang.
4. Proporsi penduduk yang berpendidikan tamat SLTA berhubungan negatif dengan tingkat migrasi baik yang masuk maupun yang keluar. lni relevan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan (kualitas) penduduk di daerah asal relatif terhadap Sultra semakin sedikit migran masuk, sebab semakin tinggi kualitas akan semakin tinggi pula produktivitasnya pada akhirnya pendapatannya akan semakin tinggi pula. Sedangkan untuk proporsi penduduk tamat Akademi/perguruan tinggi mempunyai arah yang berbeda yakni, berhubungan positif dengan tingkat migrasi baik yang masuk maupun yang ke luar. Ini menolak hipotesis yang diajukan, karena semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk di daerah asal relatif terhadap Sulawesi Tenggara semakin besar pula tingkat migrasi masuk ke Sultra. Hal terjadi sebab, proporsi penduduk yang berpendidikan tinggi (tamat akademi/perguruan tinggi) di daerah asal lebih tinggi relatif terhadap Sultra. Berarti peluang bagi migran yang berpendidikan tinggi untuk meningkatkan produksi dan penghasilan masih terbuka lebar di daerah Sultra.
5. Jarak antara daerah asal (Sultra) dengan daerah Sultra (tujuan) memiliki hubungan negatif. Jarak merupakan proksi dari baiay transportasi, opportunity cost, phsychic cost. Untuk itu, semakin jauh jarak antara daerah asal (Sultra) dan Sultra (tujuan) semakin sedikit tingkat migrasi masuk dan keluar dari dan ke Sultra.
Ke dua, dengan menggunakan alpha 5 per sen, variabel yang berpengaruh (signifikan) terhadap produktivitas tenaga kerja adalah urbanisasi, dan kualitas penduduk (kecuali kematian bayi). Sedangkan variabel industrialisasi, dan pengeluaran pemerintah signifikan pada tingkat kepercayaan (alpha) 10 per sen. Variabel tersebut memiliki hubungan masing-masing urbanisasi negatif, kualitas tenaga kerja, industrialisasi, dan pengaluaran positif terhadap produktivitas tenaga kerja. Hasil ini (kecuali urbanisasi) menunjukkan bahwa semakin tinggi variabel tersebut akan semakin tinggi pula produktivitas tenaga kerja. Sedangkan variabel urbanisasi, semakin tinggi variabel ini akan semakin mengurangi produktivitas tenaga kerja.
Secara deskriptif memperlihatkan bahwa migran lebih banyak yang berpendidikan tamat perguruan tinggi, sedang non migran kebanyakan terkosentrasi pada jenjang pendidikan maksimal tamat SLTA. Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja migran, lebih tinggi jika dibandingkan dengan non migran. Dan tenaga kerja migran memberi sumbangan terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja Sultra. Sebagai bukti yakni, di satu pihak jumlah migrasi masuk (absolut) meningkat setiap periode, di pihak lain produktivitas tenaga kerja juga meningkat."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T34
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Bambang Trisilo
1987
S17727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onny Noyorono
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsye T.
1987
S17812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Zainul Bahri
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>