Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lisa Maulina
Abstrak :
Latar belakang: Metastasis leptomeningeal (ML) merupakan penyebaran sel tumor ke leptomening dan ruang subarakhnoid, dengan insidens yang semakin meningkat dan prognosis yang buruk. Analisis cairan serebrospinal (CSS) merupakan pemeriksaan penting dengan sitologi sebagai standar baku emas untuk deteksi sel tumor di CSS. Metode penelitian: Studi potong lintang retrospektif multisenter untuk mengetahui gambaran analisis rutin dan sitologi CSS pada keganasan dengan kecurigaan ML yang dilakukan pungsi lumbal pada Januari 2018-Desember 2021. Dilakukan pencatatan data klinis, radiologis, jenis tumor, analisis rutin serta frekuensi pungsi lumbal, dan dianalisis hubungannya dengan sitologi CSS. Hasil: Terdapat 153 subjek dengan abnormalitas analisis rutin CSS(75,2%) berupa peningkatan jumlah sel >5/uL(47,1%) dengan median 5(1-3504)/uL; peningkatan protein CSS >45 mg/dl (52,9%) dengan median 50 (5-820)mg/dl serta penurunan glukosa CSS <50 mg(15%) dengan median 68 (3-269)mg/dl. Proporsi sitologi CSS positif sel ganas 20,3%. Proporsi flow cytometry immunophenotyping CSS positif pada keganasan hematologi dengan kecurigaan ML 25,6%. Terdapat hubungan bermakna antara peningkatan sel, jenis keganasan hematologi, dan gambaran MRI dengan sitologi CSS (p<0,001;p=0,03;p=0,03). Tidak terdapat hubungan bermakna antara manifestasi klinis dan frekuensi pungsi lumbal dengan sitologi CSS. Kesimpulan: Abnormalitas analisis rutin CSS didapatkan pada sebagian besar subjek keganasan dengan kecurigaan ML, dengan positivitas sitologi yang rendah. Gejala klinis yang bervariasi dan pengulangan pungsi lumbal tidak signifikan menaikkan kemungkinan sitologi CSS positif. ......Background: Leptomeningeal metastases (LM) is a condition where malignant cells spread to leptomeninges and subarachnoid space, with increasing incidence and poor prognosis. Cerebrospinal fluid (CSF) analysis is an important examination with cytology as the gold standard for malignant cells detection in CSF. Methods: A multicenter cross-sectional retrospective study to describe CSF routine analysis and cytology in suspected LM on January 2018-December 2021. Clinical manifestations, radiological data, tumor type, CSF routine analysis, and lumbal puncture frequency were recorded, and their correlation with CSF cytology was analyzed. Results: There were 153 subjects with abnormalities on CSF routine analysis(75,2%), consist of CSF cell count >5/uL(47,1%) with median 5(1-3504)/uL, CSF protein >45 mg/dL(52,9%) with median 50(5-820) mg/dL, and CSF glucose <50 mg/dL(15%) with median 68(3-629)mg/dL. Positive CSF cytology result was 20,3%. Positive CSF flow cytometry immunophenotyping in hematological malignancy with suspected LM was 25,6%. There was significant correlation between the increase in CSF cell count, hematological malignancy, and MRI results with CSF cytology (p<0,001;p=0,03;p=0,03). There was no significant correlation between clinical manifestations and lumbal puncture frequency with CSF cytology. Conclusion: Abnormalities of CSF routine analysis were found in majority subjects with suspected LM but CSF cytology positivity rate was considered low. The presence of varied clinical symptoms and repeated lumbal punctures didn’t increase the likelihood of positive CSF cytology.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ansi Rinjani
Abstrak :
Latar belakang: Insidens metastasis otak lebih tinggi dibanding tumor primer otak dan berisiko menimbulkan kematian dengan penyebab terbanyak berasal dari kanker paru (36,5%) di RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM). Keterlambatan diagnosis berisiko menyebabkan herniasi otak, sehingga terjadi kecacatan dan kematian. Dibutuhkan data mengenai durasi penegakan diagnosis di RSCM. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan rancangan kohort retrospktif untuk mengetahui kesesuaian antara durasi penegakan diagnosis tumor otak metastasis akibat kanker paru dengan pedoman praktik klinis (durasi ≤2 minggu). Subjek merupakan pasien rawat inap di RSCM pada Januari 2019 s/d Desember 2021. Hasil: Terdapat 12 subjek (30%) dapat ditegakkan dalam waktu ≤2 minggu dengan  median durasi 18,5 hari (IQR (12-34 hari). Selain itu didapatkan durasi 7 hari (IQR 4-11 hari) untuk sampai didapatkannya massa di paru,  durasi 8 hari (IQR 4.5-13 hari) sampai dilakukannya biopsi, dan 6 hari (IQR 3.5-7 hari) sampai keluarnya hasil patologi anatomi. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel yang dinilai dengan durasi penegakan diagnosis ≤2 minggu (14 hari). Kesimpulan: Hanya 30% subjek dengan durasi yang sesuai dengan panduan praktik klinis di RSCM. Dibutuhkan diseminasi hasil dan kolaborasi antar bagian agar penegakan diagnosis lebih cepat. ......Background: Incidence of brain metastases is higher than primary brain tumors, with lung cancer as common etiology (36.5%) at Cipto Mangunkusumo General Hospital (RSCM). Delay in diagnosis can cause brain herniation, resulting in disability and death. Data is needed regarding the duration of diagnosis in RSCM. Method: This is a descriptive analytic study with a retrospective cohort design to determine the conformity between the duration of diagnosis of metastatic brain tumors due to lung cancer in daily clinical practice with clinical practice guidelines (duration 2 weeks). Subjects were inpatients at RSCM from January 2019 to December 2021 Results: There were 12 subjects (30%) who could be diagnosed within 2 weeks with a median duration of 18.5 days (IQR (12-34 days). Duration of 7 days (IQR 4-11 days) to obtain a lung mass, 8 days (IQR 4.5-13 days) until a biopsy was performed, and 6 days (IQR 3.5-7 days) until anatomic pathology results were released. There is no statistically significant relationship between the variables assessed and the duration of diagnosis 2 weeks. Conclusion: Only 30% of subjects with the duration matched the clinical practice guidelines at RSCM. Dissemination of results and collaboration between departments is needed to make diagnosis faster.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library