Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febby Oktavianti
Abstrak :
Penggunaan oksitosin drip untuk menginduksi persalinan semakin meningkat sebanyak 18 %. Sampai saat ini belum ada kesepakatan atas regimen dosis baik dalam hal dosis awal, dosis titrasi maupun dosis maksimal. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan kadar oksitosin pada setiap fase persalinan . apabila dengan tetesan yang tetap dapat memberikan hasil yang cukup efektif, maka peningkatan dosis setiap beberapa menit tidak perlu dilakukan, sehingga memberikan kemudahan dalam pemberiannya. Saat ini di Indonesia belum ada penelitian yang membandingkan dosis oksitosin titrasi dengan menetap untuk mengetahui efektifitas pemberian oksitosin pada induksi persalinan. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal dengan pembanding (Single Blind Randomized Clinical Trial), dimana subjek tidak mengetahui jenis perlakuan yang mereka dapatkan. Didapatkan 68 subyek penelitian yang diambil di kamar bersalin RS Fatmawati, RSUZA Banda Aceh, sejak bulan Februari 2015 sampai Juni 2015. Terdapat 24 subyek ( 20 subyek dengan skor pelvik < 6 dan 4 subyek dengan skor pelvik ≥ 6) dengan 6 mU/menit, 24 subyek (20 subyek dengan skor pelvik < 6 dan 4 subyek dengan skor pelvik ≥ 6) dengan 8 mU/menit, dan 20 subyek (14 subyek dengan skor pelvik < 6 dan 6 subyek dengan skor pelvik ≥ 6) dengan dosis titrasi (mulai 4 mU/menit dititrasi 2 mU/menit setiap 30 menit). Hasil: Uji analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna keberhasilan mencapai his adekuat antara kelompok dosis menetap dan titrasi (p=0,06; RR=3,15) dengan skor pelvik < 6, seluruh subyek dengan skor pelvik ≥ 6 berhasil mencapai kontraksi adekuat. Terdapat perbedaan yang bermakna waktu tercapainya kontraksi adekuat (p=0,03) antara kelompok dosis menetap 8 mU/menit dan titrasi dengan skor pelvik < 6. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna waktu tercapainya kontraksi adekuat (p=0,16) antara kelompok dosis menetap 6 mU/menit dan titrasi dengan skor pelvik < 6. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna waktu tercapainya kontraksi adekuat antara ketiga kelompok dengan skor pelvik ≥ 6 (p=0,80).Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada waktu persalinan antara ketiga dengan skor pelvik < 6 (p=0,16),tidak terdapat perbedaan pada waktu persalinan diantara ketiga kelompok dengan skor pelvik ≥ 6. Pada nilai Apgar menit ke-1 tidak terdapat perbedaan diantara ketiga kelompok dengan skor pelvik ≥ 6, dan tidak terdapat perbedaan bermakna diantara ketiga kelompok dengan skor pelvik < 6 (p = 0,40). Tidak terdapat perbedaan pada nilai Apgar menit ke-5 diantara ketiga kelompok baik pada kelompok dengan skor pelvik < 6 ataupun ≥ 6. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada intensitas nyeri saat kontraksi adekuat dengan NRS diantara ketiga kelompok baik pada kelompok dengan skor pelvik < 6 (p=0,22) ataupun ≥ 6 (p = 0,19). Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada kejadian stress janin diantara ketiga kelompok baik pada kelompok dengan skor pelvik < 6 (p=0,41) ataupun ≥ 6 (p = 0,51). Hiperstimulasi dan ruptur uteri tidak terjadi pada semua kelompok dengan skor pelvik < 6 ataupun ≥ 6. Kesimpulan: Pada waktu tercapainya kontraksi adekuat dengan skor pelvik < 6 antara dosis 8 mU/menit menetap dan titrasi secara statistik terdapat perbedaan bermakna dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara dosis 6 mU/menit menetap dan titrasi sedangkan pada skor pelvik ≥ 6 secara statistik tidak terdapat perbedaan pada ketiga kelompok. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada waktu persalinan pada ketiga kelompok dengan skor pelvik < 6 dan ≥ 6.
Background: The use of intravenous oxytocin to induce labor has increased as much as 18%. Until now there has been no agreement on dosing regimen in terms of the initial dose, titration dose and maximum doses. From several studies concluded that there are no differences in the levels of oxytocin in every phase of labor. if giving fixed dose provide an effective results, then increase the dose every 30 minutes is not necessary, thus providing ease of administration. Currently in Indonesia there has been no study comparing oxytocin titration with fixed dose to determine the effectiveness of oxytocin in labor induction. Method: This study is a single-blind randomized clinical trial with a comparator (Single Blind Randomized Clinical Trial), where the subject does not know the type of treatment they get. Obtained 68 samples taken in the policlinic and delivery room at Fatmawati Hospital, Jakarta and Zaenoel Abidin Hospital, Banda Aceh, since February 2015 until June 2015. There were 24 samples (20 subjects with pelvic score <6 and 4 subjects with pelvic score ≥ 6) with 6 mU/minute fixed dose, 24 samples (20 subjects with pelvic score <6 and 4 subjects with pelvic score ≥ 6) with 8 mU/minute fixed dose, and 20 samples (14 subjects with pelvic score <6 and 6 subjects with pelvic score ≥ 6) with titrated dose (started from 4 mU / min titrated 2 mU / min every 30 minutes). Results: Statistical test analysis showed no significant difference the success of achieving adequate contraction between fixed and titration dose group (p = 0.06; RR = 3.15) with pelvic score <6, all subjects with pelvic score ≥ 6 made in to adequate contraction. There is a significant difference in time for achieve adequate contraction (p = 0.03) between fixed dose groups 8 mU / min and titrated group with pelvic score <6. There were no significant differences in the achievement of his time adequate (p = 0.16) between the dose groups settled 6 mU / min and titrate with pelvic score <6. There were no significant differences in in time for achieve adequate contraction among the three groups with the pelvic score ≥ 6 (p = 0.80). There was no significant difference in delivery time among the three groups with the pelvic score < 6 (p = 0.16), no difference in delivery time among the three groups with pelvic score ≥ 6. At Apgar score 1 minute there was no difference among the three groups with pelvic score ≥ 6, and there are no significant differences among the three groups with pelvic score <6 (p = 0.40). There were no differences in the Apgar score 5 minutes among the three groups both in the group with pelvic score <6 or ≥ 6. There were no significant differences in the intensity of pain during adequate contractions with NRS among the three groups both in the group with pelvic score <6 (p = 0.22) or ≥ 6 (p = 0.19). There were no significant differences in the incidence of fetal stress among the three groups both in the group with pelvic score < 6 (p = 0.41) or ≥ 6 (p = 0.51). Hyperstimulation and uterine rupture did not occur in all groups with a score of pelvic <6 or ≥ 6. Conclusion: From the statistical test analysis, for time to achieve adequate contraction with pelvic score < 6 between 8 mU / min fixed dose and titration dose significantly different and there is no significant difference between the 6 mU / min fixed dose and titration dose, while with the pelvic score ≥ 6 there were no differences in all three groups , but there were no significant differences in the time of delivery in the three groups both with pelvic score <6 and ≥ 6.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumondang, Amanda
Abstrak :
Latar Belakang : Pertumbuhan janin merupakan hasil interaksi kompleks faktor maternal-fetal-plasenta. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan antenatal, terutama mencegah morbiditas dan menurunkan mortalitas perinatal, maka penilaian pertumbuhan janin perlu dilakukan agar dapat mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan janin. Hingga saat ini, cara terbaik dalam menilai pertumbuhan janin dilakukan melalui penggunaan nomogram biometri janin. Akurasi penilaian pertumbuhan dan deteksi dini gangguan pertumbuhan semakin meningkat jika nomogram yang digunakan berdasarkan populasi normal tertentu. Selain menggunakan nomogram biometri, penilaian pertumbuhan janin juga dapat dilakukan dengan mengukur taksiran berat janin. Belum ada publikasi penelitian nomogram biometri janin serta formula taksiran berat janin berdasarkan populasi normal yang dipublikasikan di Indonesia. Adanya nomogram biometri janin dan formula taksiran berat janin berdasarkan populasi normal sangat bermanfaat dalam menilai pertumbuhan janin dan deteksi dini gangguan pertumbuhan janin dengan akurasi yang lebih baik. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nomogram biometri janin dengan pendekatan persentil dan formula taksiran berat janin yang dapat direkomendasikan berdasarkan populasi. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan dua tahapan penelitian. Tahap pertama merupakan penelitian deskriptif retrospektif untuk mendapatkan nomogram biometri janin dengan pendekatan persentil. Tahap kedua penelitian merupakan penelitian analitik retrospektif untuk melihat kesesuaian formula taksiran berat janin berdasarkan populasi. Penelitian menggunakan data pemeriksaan USG di Divisi Fetomaternal-Klinik Anggrek dan data rekam medis RSUPN Cipto Mangunkusumo sepanjang Januari 2015 hingga April 2016. Data penelitian didokumentasikan pada case report form dan ditabulasi menggunakan software Microsoft Excell 2011 Version 14.7.0 161029 . Analisis data kedua tahap penelitian menggunakan SPSS 20.0 dan Matlab R2016a. Hasil Penelitian : Dari total 6169 data wanita hamil yang melakukan pemeriksaan USG , didapatkan 2205 sampel data yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Keseluruhan data dilakukan distribusi selanjutnya melalui metode persentil dihasilkan nomogram biometri janin berdasarkan populasi dengan pendekatan persentil mulai dari usia kehamilan 20 minggu hingga 40 minggu. Hasil penelitian selanjutnya didapatkan Formula Hadlock 3 BPD, AC dan FL merupakan formula paling sesuai digunakan pada populasi dikehamilan aterm -401,46 - 645,79; 1047,25; SD 267,16 ; dan dikehamilan preterm -225,64 - 361,17; 586,80; SD 149,69. Kesimpulan : Gambaran nomogram yang didapatkan merupakan nomogram biometri serta nomogram taksiran berat janin modifikasi Hadlock 3 berdasarkan populasi normal dan formula taksiran berat janin yang direkomendasikan paling sesuai berdasarkan populasi normal adalah Hadlock 3 BPD, AC, FL.
Background Fetal growth is a result from a complex interaction between maternal fetal placenta factors. In order to increase quality of ante natal care in preventing perinatal morbidity and decreasing perinatal mortality, an evaluation of fetal growth must be conducted with the aim of early detection of fetal growth disturbances. Therefore, application of fetal biometry nomogram is the best method in monitoring and detecting fetal growth disturbances. Evaluation of fetal growth and detection of fetal growth disturbance will be more accurate if based on specific normal population. Other method in monitoring fetal growth is by calculating estimated fetal weight. Fetal biometry nomogram and estimated fetal weight formula based on population are very useful and more accurate in evaluating and early detecting fetal growth disturbances. Objectives To establish fetal biometry nomogram using percentile and the most appropriate estimated fetal weight formula based on population. Methods A retrospective study devided into two stage of research. First stage, a descriptive retrospective study in order to get fetal biometry nomogram using percentile. Second research, an analytic retrospective study to determine the most appropriate estimated fetal weight formula based on population. Data collected from ultrasonography examination result in Fetomaternal Division Anggrek Clinic and from medical record Cipto Mangunkusumo General Hospital, from January 2015 until April 2016. Data being documented using case report form and being tabulated using Microsoft Excell 2011 Version 14.7.0 161029. Both data were analyzed using SPSS 20.0 dan Matlab R2016a. Results From 6169 pregnant women underwent ultrasonography examination, 2205 data were collected according to inclusion criteria. All data were being distributed and by using percentile method fetal biometry nomogram were established, from 20 wga until 40 wga. For second research, the most appropriate formula recommended to use based on population were Hadlock 3 BPD, AC, FL in term pregnancy 401,46 645,79 1047,25 SD 267,16 and preterm pregnancy 225,64 361,17 586,80 SD 149,69. Conclusion A fetal biometry and modified estimated fetal weight nomogram were established and the most appropriate estimated fetal weight formula being recommended based on normal population were Hadlock 3 BPD, AC, FL.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library