Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjokorda Gde Satya Yoga
"Kemajuan teknologi semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Dan salah satu teknologi yang terus berkembang adalah bidang pengeringan. Dimana inovasi untuk proses pengeringan sangat dibutuhkan pada daerah tropis yang memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi. Perubahan drastis tingkat kelembaban terjadi pada saat memasuki musim hujan dan musim kemarau. Berbeda dengan di luar ruangan outdoor, tingkat kelembaban didalam ruangan lebih mudah berubah, tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Selain itu, tingkat kelembaban udara udara yang tepat juga penting bagi kenyamanan dan kesehatan. Idealnya, kelembaban udara harus dijaga dalam kisaran 45% - 65% (RH). Dalam penelitian ini, dikembangkan sistem dehumidifikasi udara dengan memanfaatkan silica gel sebagai desiccant. Desain dan optimisasi sistem dilakukan melalui simulasi menggunakan software Ms. Excel. Penelitian ini menggunakan alat Packed Bed Dryer karena dikenal dapat menghasilkan panas yang tinggi dan perpindahan massa yang tinggi. Pada penelitian ini dilakukan variasi kelembaban relative humidity atau RH dan temperatur pada udara masuk dengan mengasumsikan kecepatan aliran massa udara dan dimensi partikel desiccant konstan selama simulasi. Data yang dihasilkan berupa perubahan dari moisture content pada silica gel terhadap waktu, dan perubahan temperatur udara keluar terhadap waktu, yang berikutnya data dari hasil simulasi tersebut dianalisis. Berdasarkan 56 variasi temperatur udara masuk Tai dan kelembaban udara masuk (RH) didapatkan nilai dari setiap kenaikan desiccant moisture content X dan penurunan temperatur udara keluar Tao selama 11 detik. Sehingga berdasarkan penelitian diketahui bahwa kelembaban dan temperatur udara berpengaruh pada sebuah laju pengeringan. Dan udara yang sudah melalui proses dehumidifikasi bisa dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.

Technological advancements have progressed over time. And one technology that continues to develop is the field of drying. Where innovation for the drying process is needed in the tropics that have relatively high levels of humidity. Drastic changes in humidity levels occur when entering the rainy season and the dry season. Unlike the outdoors, the level of humidity in the room is more easily changed, depending on the activities carried out. In addition, the right level of air humidity is also important for comfort and health. Ideally, humidity should be maintained in the range of 45% - 65% (RH). In this study, an air dehumidification system was developed by utilizing silica gel as a desiccant. System design and optimization is done through simulation using Ms. Excel software. This study uses a Packed Bed Dryer tool because it is known to produce high heat and high mass transfer. In this study, the variation of humidity (relative humidity or RH) and the temperature of the inlet air, assume the air mass flow velocity and dimensions of the desiccant particles are constant during the simulation. The data generated in the form of changes in moisture content in silica gel with respect to time, and changes in the temperature of the air out with time, the next data from the simulation results are analyzed. Based on 56 variations of air inlet temperature (Tai) and air inlet humidity, values are obtained from each increase in desiccant moisture content X and decrease in the air outlet temperature Tao for 11 seconds. So based on research it is known that humidity and air temperature affect the drying rate. And the air that has gone through the dehumidification process can be utilized as needed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandirizki Naufal Winardi Abubakar
"Kehadiran globalisasi membawa pengaruh pada kehidupan kita khususnya pada teknologi. Teknologi akan terus berkembang seiring berjalan nya waktu. Salah satu contoh nya pada teknologi di bidang pengeringan. Proses pengeringan sangatlah diperlukan pada negara Indonesia karena merupakan negara tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi menyesuaikan pada dua musim yang ada di negara ini yaitu musim hujan dan musim kemarau. Untuk itu dalam penelitian ini agar mengetahui bagaimana solusi yang diberikan agar udara yang lembab dapat dikonversikan menjadi udara yang kering agar dapat digunakan untuk proses pengeringan. Proses pengeringan yang ingin dikembangkan yaitu pada alat packed bed dryer menggunakan sistem dehumidifikasi udara dengan memanfaatkan silica gel sebagai desiccant nya. Untuk mengetahui bagaimana sistem tersebut dapat berjalan dengan efisien maka dilakukan simulasi menggunakan software Ms. Excel. Dalam penelitian ini dilakukan variasi terhadap dimensi pada desiccant dan temperatur udara masuk dengan mengasumsikan kecepatan aliran massa udara, kelembaban udara relatif konstan pada setiap simulasi. Hasil yang didapat dalam total 40 variasi temperatur udara masuk (Tai) dan dimensi desiccant silica gel menghasilkan rata - rata kenaikan moisture content dan penurunan temperatur udara keluar (Tao) tiap diameter desiccant. Untuk Tai 27oC sebesar 1,07682 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,67806oC, Tai 28oC sebesar 1,11054 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,80604oC, Tai 29oC sebesar 1,14503 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,9342oC, Tai 30oC sebesar 1,18029 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,0626oC, Tai 31oC sebesar 1,2148 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,1910oC, Tai 32oC sebesar 1,25318 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,32oC, Tai 33oC sebesar 1,29082 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,4491oC, dan Tai 34oC sebesar 1,32927 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,5784oC per 1 milidetik sampai 10 detik.

The presence of globalization has an influence on our lives specifically in technology. Technology will continue to develop over time. One of the example of this technology is drying. The drying process is very necessary in Indonesia because Indonesia is a tropical country that has high humidity which is it will adjust based on the two seasons in this country such as rainy season and dry season. For this reason in this study to find out how the solution provided for moist air can be convered into dry air so it can be used for the drying process. The drying process to be developed in a packed bed dryer using an air dehumidification system using silica gel at its desiccant. To find out how the system can run efficiently, simulation is done using Ms. Excel. In this research, variations in the dimmension of desiccants and air inlet temperature are carried out by assuming the air mass flow velocity, relative humidity is assumed to be constant in each simulation. The results obtained in a total of 40 variations of inlet air temperature (Tai) and the dimensions of desiccant silica gel produce an average increase in moisture content and a decrease in outlet ait temperature (Tao) per desiccant diameter. For Tai 27oC, the average moisture content is 1,07682 x 10-8 kg/kg with Tao 29,67806oC, Tai 28oC, the average moisture content is 1,11054 x 10-8 kg/kg with Tao 29,80604oC, Tai 29oC the average moisture content is 1,14503 x 10-8 kg/kg with Tao 29,9342 oC, Tai 30oC the average moisture content is 1,18029 x 10-8 kg/kg with Tao 30,0626oC, Tai 31oC the average moisture content is 1,2148 x 10-8 kg/kg with Tao 30,1910oC, Tai 32oC the average moisture content is 1,25318 x 10-8 kg/kg with Tao 30,32oC, Tai 33oC the average moisture content is 1,29082 x 10-8 kg/kg with Tao Tao 30,4491oC, Tai 34oC the average moisture content is 1,32927 x 10-8 kg/kg with Tao 30,5784oC per one milisecond until ten seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dick Bernadi Hermanto
"Perubahan iklim telah menarik perhatian dunia, terbukti dengan adanya persetujuan Paris dalam Conference of Parties 21 dimana semua negara berkomitmen untuk menurunkan suhu hingga 1.5°C dari 2°C pada tahun 2020. Alat penilaian bangunan gedung hijau merupakan salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada sektor bangunan dan industri. Menurut sebuah studi dari penggunaan sertifikasi bangunan gedung hijau, LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) oleh USGBC (United States Green Building Council) ditemukan bahwa pemakaian energi, karbon, air dan juga penghasilan limbah dapat dihemat dalam rentang 30 sampai 97%.
Greenship merupakan sebuah alat penilaian bangunan gedung hijau yang diluncurkan pada tahun 2010 di Indonesia oleh Green Building Council Indonesia. Penilaian Greenship berdasarkan 6 kriteria, yaitu tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air, daur hidup dan sumber daya material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruangan, dan manajemen lingkungan bangunan. Green Mark merupakan alat penilaian bangunan gedung hijau yang diinisiasikan oleh Building and Construction Authority Singapura dan diluncurkan pada tahun 2005. Green Mark menilai beberapa kriteria, yaitu efisiensi energi, efisiensi air, perlindungan lingkungan, kualitas lingkungan dalam ruang dan fitur-fitur lain.

Perbandingan alat penilaian bangunan gedung hijau antara Greenship dan Green Mark pada 2 bangunan perkantoran di Indonesia menjadi subjek untuk mengetahui efektivitas alat penilaian di suatu negara. Dalam kesimpulannya, alat penilaian bangunan gedung hijau pemerintahan singapura, Green Mark menunjukan poin penilaian yang lebih besar apabila dibandingkan dengan alat penilaian lokal, Greenship dengan catatan membutuhkan beberapa data pada sisi manajemen bangunan.

Climate change has attracted countries in the whole world, proven by an agreement that been produced in Conference of Parties 21 which participated countries agree to decrease the increase of temperature below 2°C by 2020. Green Building rating tools are a solution to decrease greenhouse gasses (GHG) in building and industry sector. According to a study by USGBC, the application of green building certification can reduce the energy, carbon, and water use, also the waste produce can be saved by 30 to 97%.
Greenship is a green building rating tool which launched in Indonesia by the year of 2010 by Green Building Council Indonesia. Greenship rating tool criteria is divided into 6 criterias, which are appropriate site development, energy efficiency and conservation, water conservation, mateial resources and cycle, and building environmental management. Green Mark is a green building rating tool which initiated by Building and Constrution Authority Singapore and launched in 2005. Green Mark assesed building by 5 criterias which are energy efficiency, water efficiency, environmental protection, indoor environmental quality, and other features.
The comparison of green building rating tools between Greenship and Green Mark in 2 office buildings is a case object to be analyzed to know the effectiveness of a green building rating tool in a country. In conclusion, Green Mark rating tool showed a higher point when compared to Greenship as a local rating tool with a need of data from building environment management criteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Kuncahyo
"Proses karbonisasi secara hidrotermal atau hydrothermal carbonization (HTC) merupakan proses termokimia pada temperatur yang relatif rendah untuk meningkatkan fasa padatnya yang biasa disebut HTC. Proses ini dapat mengkonversikan berbagai jenis biomassa menjadi serupa lignit bahkan sub- bituminous dengan massa tertinggal sekitar 35-60%. Karbon yang hilang sangat tinggi pada proses ini dikarenakan senyawa organik terlarut pada fasa cair dan hanya sedikit gas yang diproduksi. Proses ini sangat dipengaruhi oleh jenis biomassa serta kondisi operasi yang meliputi waktu tinggal serta temperature. Temperatur operasi HTC sekitar 180- 250°C di tekanan subkritik dengan waktu tinggal yang pendek. Hasil dari konversi biomasa MSW bisa digunakan untuk bahan bakar yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan.

The hydrothermal carbonization (HTC) is a thermochemical process at relatively low temperatures to increase its solid phase commonly called HTC. This process can convert various types of biomass into similar lignite even sub-bituminous with masses left around 35-60%. The missing carbon is very high in this process due to the dissolved organic compounds in the liquid phase and only a few gases are produced. This process is strongly influenced by the type of biomass and operating conditions that include time and temperature. HTC operating temperature is about 180-250 °c at the pressure of sub-critic with short stay time. Results of the biomass conversion of MSW can be used for renewables and environmentally friendly"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadhil Nugraha
"Berdasarkan pekiraan para analis, beberapa dekade mendatang air tawar akan menjadi salah satu sumber daya yang paling langka di dunia. Semakin banyak juga negara yang akan mengkonsumsi air yang telah didesalinasi. Kelangkaan ini terjadi karena 97,7% air yang tersedia di muka bumi mengandung garam. Hanya 2,3% yang tidak mengandung garam, itupun 99,5% dari jumlah tersebut berbentuk es, air tanah, dan atmosfir. Dengan presentase jumlah air laut yang sangat melimpah, kebutuhan air untuk kelangsungan hidup manusia dapat terpenuhi dengan menggunakan metode desalinasi. Pada penelitian ini akan menggunakan desalinasi terbarukan, yaitu metode desalinasi menggunakan throttling valve dan menggunakan air dingin (secondary product) sebagai refrigeran untuk mendinginkan ruangan. Pada penelitian ini juga akan dibahas tentang bagaimana pengaruh tekanan kompresor dan tekanan cyclone terhadap konsumsi energi spesifik dan kalor pendinginan untuk membuktikan seberapa mampu dan efisien metode desalinasi terbarukan dalam menghasilkan air aquadest yang nantinya diharapkan dapat membantu ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air.

Based on analysts, decades of upcoming freshwater will be one of the rarest resources in the world. More and more countries are going to consume water that has been desalinated. This scarcity occurs because 97.7% of the water available on Earth contains salt. Only 2.3% do not contain salt, and 99.5% of the amount is ice, groundwater, and atmosphere. With a large percentage of seawater, water needs for human survival can be fulfilled using desalination methods. In this research will use renewable desalination, namely desalination method using throttling valve and use cold water (secondary product) as a refrigerant to cool the room. In this study will also be discussed on how specific energy consumption and cooling heat are affected by compressor pressure and cyclone pressure to prove how capable and efficient the method of renewable desalination in producing aquadest water is expected to help water availability to meet water needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Pasha Wibisono
"Menurut perkiraan para analis, beberapa dekade yang akan datang air tawar akan menjadi salah satu sumber daya yang paling langka di dunia serta banyak negara akan mengkonsumsi air yang telah didesalinasi. Kelangkaan ini terjadi karena meskipun 1/3 bumi adalah air, tetapi 97,7% air yang tersedia di bumi mengandung garam. Hanya 2,3% sisanya yang tidak mengandung garam, itupun 99,5% dari jumlah tersebut berbentuk es, air tanah, dan atmosfir. Dengan metode desalinasi, kebutuhan air untuk keberlangsungan hidup manusia dapat terpenuhi dengan memanfaatkan presentase jumlah air laut yang sangat melimpah. Pada penelitian kali ini, metode desalinasi yang digunakan yaitu metode desalinasi menggunakan throttling valve dan menggunakan secondary product atau air dingin sebagai refrigeran yang digunakan untuk mendinginkan ruangan.pada penelitian ini juga akan membahas tentang bagaimana pengaruh temperatur keluar heat exchanger 1 dan tekanan cyclone terhadap konsumsi energi spesifik dan kalor pendinginan untuk membuktikan seberapa efisiek metode desalinasi terbarukan dalam menghasilkan air aquadest yang nantinya diharapkan dapat membantu ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air.

According to forecasts, analysts estimate the coming decades of freshwater will be one of the world’s rarest resources and many countries will consume water that has been desalinated.This scarcity occurs because although 1/3 earth is water, but 97.7% of the water available on Earth contains salt. Only 2.3% of the remainder do not contain salt, and 99.5% of the amount is ice, groundwater, and atmosphere. With desalination method, the need for water for human survival can be fulfilled by utilizing a large percentage of sea water amount. In this study, desalination method used is desalination method using throttling valve and use secondary product or cold water as refrigerant used to cool room. In this study will also discuss on how the impact of temperature heat exchanger 1 and Cyclone pressure on specific energy consumption and cooling temperatures to prove how efficient the method of renewable desalination in producing aquadest water is expected to help water availability to meet the water needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Ihsan Kamal
"Saat ini, energi panas yang terbuang dari kondensor Air Conditioner kebanyakan hanya menjadi limbah energi yang terbuang ke lingkungan. Energi panas tersebut berpotensi sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk proses pemanasan. Pada penelitian ini energi panas tersebut dimanfaatkan untuk memanaskan air menggunakan penukar kalor jenis double pipe dengan refrijeran hidrokarbon yang ramah lingkungan sebagai salah satu upaya dalam mengurangi dampak pemanasan global. Kedua alat ini dapat digabungkan menjadi satu sistem yang disebut sebagai Air Conditioner Water Heater (ACWH). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mencari tahu dampak dari retrofitting refrijeran R290 pada sistem ACWH dengan memvariasikan temperatur evaporasi pada sistem. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pengambilan data berupa waktu pemanasan air, tekanan kompresor, dan temperatur pada sistem dilakukan saat temperatur air keluar storage mencapai 50 ˚C yang kemudian diolah untuk mendapatkan nilai konsumsi listrik dan COP pada sistem. Hasil penelitian menunjukan, untuk memanaskan air hingga 50˚C refrijeran R290 membutuhkan waktu antara 25 menit hingga 27 menit, dan mengonsumsi listrik antara 0,32 kWh hingga 0,42 kWh. Selain itu COP sistem saat temperatur air mencapai 50˚C bernilai 2,4 hingga 4,4.

The heat energy that is wasted from the Air Conditioner condenser is currently only a waste of energy that is wasted into the environment. The heat energy has the potential as an energy source that can be used for the heating process. In this study, the heat energy is used to heat water using a double pipe heat exchanger with an environmentally friendly hydrocarbon refrigerant as an effort to reduce the impact of global warming. These two tools can be combined into a single system known as Air Conditioner Water Heater (ACWH). The purpose of this study was to find out the impact of retrofitting refrigerant R290 on the ACWH system by varying the evaporation temperature in the system. The method used in this research is experimental. Data retrieval in the form of water heating time, compressor pressure, and temperature in the system is carried out when the temperature of the water exiting the storage reaches 50 C which is then processed to obtain the value of electricity consumption and COP in the system. The results showed, to heat water up to 50˚C refrigerant R290 takes between 25 minutes to 27 minutes, and consumes electricity between 0.32 kWh to 0.42 kWh. In addition, the COP of the system when the water temperature reaches 50˚C is worth 2.4 to 4.4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Emanuel Kefi
"Sistem ACWH memiliki 2 kondensor yang berfungsi untuk memanaskan air dan membuang panas ke lingkungan yang masing-masing memiliki katup in/out pada pipa refrigerant. Dalam sistem ACWH seluruh refrigerant akan dialirkan ke DPHE untuk didinginkan, sehingga bukaan katup DPHE 100% terbuka, sementara aliran refrigerant ke air condenser tertutup. Media pendingin pada DPHE bersumber dari tangki penyimpanan yang di insulasi, jika air tidak digunakan untuk mandi berarti air akan bersirkulasi secara terus menerus dan terus mengalami peningkatan temperatur karena menyerap panas dari refrigerant sehingga panas tersimpan dalam tangki. Temperatur media pendingin terus meningkat menyebabkan pertukaran panas pada sistem tidak maksimal sehingga terjadi penurunan efisiensi kompresor serta peningkatan tekanan dan temperatur discharge. Untuk mengatasi peningkatan tekanan dan temperatur pada kompresor, panas pada sistem harus dilepaskan ke lingkungan sehingga refrigerant harus dialirkan ke air condenser untuk melepaskan panas ke lingkungan. Refrigerant tidak sepenuhnya dialirkan ke air condenser karena panas tetap dibutuhkan ke DPHE untuk memanaskan air, sehingga katup pada kedua kondensor tetap dibuka dengan perbandingan tertentu sesuai dengan kondisi. Katup pada DPHE akan tertutup ketika air panas sudah mencapai temperatur yang diminta. Pada saat ini katup masih dikontrol secara manual sehingga akan tidak efektif ketika digunakan. Untuk mengatasi kendala tersebut katup ini akan dikontrol secara otomatis dengan input command berdasarkan analisis karakter perpindahan panas pada beberapa bukaan katup berbeda pada masing-masing kondensor. Hasil percobaan yang didapatkan hasil tercepat untuk pemanasan air adalah dengan membuka katup ke DPHE 100% dan menutup katup ke kondensor air cooled dengan waktu pemanasan air 31 menit, tetapi terjadi over pressure dan over heat pada discharge kompresor yang mencapai tekanan >25 bar. Sementara pada bukaan 50% DPHE dan 50% air condenser, waktu pemanasan air dari 28°C ke 55°C mencapai 56 menit. Pada mode 3 & 4 dilakukan pengaturan katup ketika temperatur discharge kompresor mencapai 60°C, terlihat penurunan tekanan secara signifikan dalam beberapa saat. Variasi terbaik dari 4 percobaan diatas adalah diawali dengan 100% DPHE dan 75% DPHE, 25% kondensor saat temperature discharge kompresor mencapai 60°C. Hal ini dikarenakan memiliki laju perpindahan panas yang baik dan tekanan discharge terkendali karena Sebagian tekanan dialirkan ke kondensor. Jika tekanan melebihi 16 bar maka bukaan katup DPHE dikurangi dan membuka katup air condenser.

The ACWH system has 2 condensers which serves to heat water and dissipate heat to the environment, both has an in/out valve on the refrigerant pipe. In the ACWH system, all refrigerant will flow to the DPHE to be cooled, so that the DPHE valve opening is 100% open, and the refrigerant flow to the air condenser is closed. The cooling medium in DPHE comes from an insulated storage tank, if the water is not used for bathing it means the water will circulate continuously and the temperature will continue to increase because it absorbs heat from the refrigerant and heat will be stored in the tank. The temperature of the cooling medium continues to increase causing the heat exchange in the system to be not optimal, and causing decrease in compressor efficiency and an increase in discharge pressure and temperature. To overcome the increase in pressure and temperature in the compressor, the heat in the system must be released to the environment so that the refrigerant must be flowed into the air condenser to release heat to the environment. Refrigerant is not completely flowed into the air condenser because heat is still needed to the DPHE to heat the water, so the valves on both condensers are still opened with a certain ratio according to conditions. The valve on the DPHE will close when the hot water has reached the required temperature. At this time the valve is still controlled manually, so it will be ineffective when used. To overcome these obstacles, this valve will be controlled automatically with an input command based on the analysis of the heat transfer character at several different valve openings in each condenser. The experimental results obtained the fastest results for heating water are to open the valve to 100% DPHE and close the valve to the water cooled condenser with a water heating time of 31 minutes, but there is over pressure and over heat on the compressor discharge which reaches a pressure of >25 bar. Meanwhile, at 50% DPHE and 50% air condenser openings, the water heating time from 28°C to 55°C reaches 56 minutes. In mode 3 & 4, the valve is adjusted when the compressor discharge temperature reaches 60°C, a significant drop in pressure is seen in a few moments. The best variation from the 4 experiments above is starting with 100% DPHE and 75% DPHE, 25% condenser when the compressor discharge temperature reaches 60°C. This is because it has a good heat transfer rate and the discharge pressure is controlled because some of the pressure is supplied to the condenser. If the pressure exceeds 16 bar then the DPHE valve opening is reduced and the air condenser valve opens."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandes Satria Pratama
"Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki kelembaban dan temperatur yang tinggi. Indonesia memiliki rata-rata kelembaban antara 60%-90%. Berdasarkan data ini, masih cukup tinggi. Berdasarkan standar ASHRAE, nilai relative humidity antara 40%-60% adalah nilai optimal untuk kesehatan manusia serta dapat meminimalisir penyebaran virus (Condair Ltd., 2007). Untuk meningkatkan kualitas udara, pengering cair atau liquid dehumidification menjadi teknologi alternatif yang lebih hemat energi. Liquid desiccant dehumidifier menggunakan heat exchanger tipe fin and tube. Pendistribusian ionic liquid yang tepat dapat meningkatkan rasio kebasahan pada fin and tube heat exchanger. Fenomena ini dapat meningkatkan penyerapan uap air oleh ionic liquid. Pada Liquid Desiccant Dehumdifier fin and tube heat exchanger akan dialiri ionic liquid secara vertikal. Pada penelitian ini menggunakan 2 pola dengan diameter lubang 1,0 mm, 1,5mm dan 2,0mm. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa pola dua dengan diameter 1,0 mm dapat membasahi 71 fin (89,75%) dengan rasio kebasahan setiap fin-nya adalah 22,53% dari panjang fin.

Indonesia is a tropical country that has a high level of humidity and temperature. Indonesia has an average relative humidity of 60%-90%, According to ASHRAE standards, relative humidity 40%-60% is the optimal number that is good for human health that can minimize the spread of the virus (Condair Ltd., 2007). To improve air quality, liquid dehumidification can be an alternative technology that is more energy efficient. In a liquid dehumidifier, it is common to use a fin and tube heat exchanger. The proper distribution of ionic liquid can optimize the wetting ratio in the fin and tube heat exchanger. Distribution of ionic liquid can increase the wetting ratio of fin and tube heat exchanger. This phenomenon can increase the absorption of water vapor by the ionic liquid. In the Liquid Desiccant Dehumidifier, the fin and tube heat exchanger will be flowed by the ionic liquid vertically. Based on research result obtained, with diameter 1,0 mm gained better results with 71 fins are wetted and wetting ratio is 22,53% each fin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Farras
"Energi fosil yang ada dibumi merupakan sumber daya alam yang sering digunakan oleh masyarakat hal itu mengakibatkan menipisnya sumber daya alam yang kita miliki hal ini membuat para peneliti melakukan penelitian untuk mendapatkan sumber energi alternatif yang lebih bersih dan aman bagi lingkungan. Salah satu energi terbarukan yang banyak diminati oleh para peneliti ialah energi radiasi matahari. Instrumen yang dapat mengkonversikan energi radiasi matahari menjadi energi panas ialah Solar collector. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian dengan memvariasikan tilt angle dari solar collector yang ada di sistem sesuai dengan Standar ASHRAE 93-2003. Solar collector yang digunakan ialah pabrikan Jiangsu sunrain dengan rekomendasi flowrate-nya sebesar 3.6 lpm. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah Efisiensi thermal dari solar kolektor pada sudut kemiringan solar collector 15° menghasilkan efisiensi thermal maksimum sebesar 94% dan energi matahari yang dapat dimanfaatkan oleh solar kolektor yang paling besar ialah menggunakan sudut kemiringan solar collector sebesar 15° sebesar 2.36 kW.

Fossil energy on earth is a natural resource that is often used by the community, this results in the depletion of our natural resources, this makes researchers research to obtain alternative energy sources that are cleaner and safer for the environment. One of the renewable energy that is in great demand by researchers is solar radiation energy. Instruments that can convert solar radiation energy into heat energy are solar collectors. Therefore, the researchers researched by varying the tilt angle of the solar collector in the system following ASHRAE Standard 93-2003. The solar collector used is the Jiangsu sunrain manufacturer with a recommended flowrate of 3.6 lpm. The results obtained from this study are the thermal efficiency of the solar collector at a tilt angle of 15° solar collector produces a maximum thermal efficiency of 94% and the solar energy that can be utilized by the largest solar collector is to use the solar collector tilt angle of 15° at 2.36 kW."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>