Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Syavira Ayuningtias
"Penelitian ini mengeksplorasi pembentukan push and pull factors dan proses transformasi kognitif yang melatarbelakangi disengagement narapidana teroris. Menjadi hal yang penting untuk melihat apakah push and pull factors dipengaruhi oleh peran program deradikalisasi atau dapat muncul karena faktor-faktor lain di luar program deradikalisasi, seperti dukungan keluarga dan lingkungan. Sebab, ketika proses kemunculan tersebut dapat ditemukan, pendekatan yang bertujuan untuk mendorong proses disengagement individu dapat dilakukan secara optimal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam kepada 5 narapidana teroris Lapas Kelas IIA Salemba. Hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan teori Social Bonds and Informal Social Control Theory, Cognitive Transformation Theory, dan Differential Association Theory. Ditemukan bahwa efek pemenjaraan yang memicu refleksi diri dan keterikatan dengan keluarga merupakan faktor utama yang mendorong disengagement. Program deradikalisasi hanya berdampak signifikan pada sebagian narapidana, sementara yang lainnya lebih dipengaruhi oleh kontrol keluarga dan refleksi diri. Disengagement mencapai puncaknya ketika individu tidak lagi memandang jihad dalam kerangka sempit dan beralih ke jalur legal serta regulasi yang ditetapkan oleh undang-undang untuk mewujudkan cita-cita penegakan syariat Islam.
This study explores the formation of push and pull factors and the cognitive transformation process underlying the disengagement of terrorist inmates. It is crucial to determine whether these factors are influenced by the deradicalization program or if they emerge due to other factors outside the program, such as family support and environment. Identifying the sources of these factors can optimize approaches aimed at encouraging individual disengagement. This research employs a qualitative approach with in-depth interviews of five terrorist inmates at Class IIA Salemba Prison. The findings are analyzed using Social Bonds and Informal Social Control Theory, Cognitive Transformation Theory, and Differential Association Theory. The study reveals that the deterrent effect of imprisonment, triggering self-reflection, and familial attachment are the primary factors driving disengagement. The deradicalization program has a significant impact only on some inmates, while others are more influenced by family control and self-reflection. Disengagement peaks when individuals no longer view jihad through a narrow lens and instead adhere to legal pathways and regulations established by law to achieve the goal of implementing Islamic law."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Diany Khaeria Rahmi
"Wilayah Poso di Sulawesi Tengah, Indonesia, telah lama menjadi titik fokus kegiatan Islam radikal, yang memberikan dampak signifikan terhadap penduduk setempat, termasuk anak-anak. Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang berafiliasi dengan ISIS, telah memainkan peran penting dalam sejarah konflik dengan menyebarkan ideologi ekstremis melalui semangat berjihad mendukung eksistensi Daulah Islamiyah. Tantangan penanggulangan ekstremisme dan radikalisme berbasis kekerasan juga diperkuat oleh berdirinya pondok-pondok pesantren sebagai tempat berlindung jaringan teror dan pusat radikalisasi mendukung berkembangnya terorisme regeneratif. Tulisan ini berusaha mengeksplorasi strategi yang memaksimalkan kelebihan dan peluang, serta meminimalisir efek dari timbulnya ancaman dan kelemahan yang ditemukan dalam rangkaian proses deradikalisasi dan rehabilitasi anak-anak dari keluarga jaringan teror. Program moderasi melalui pendidikan bertujuan untuk membangun resiliensi, mengintegrasikan dan mempersiapkan anak-anak untuk menerima pemahaman moderat, dan membekalinya dengan ilmu yang bermanfaat sehingga kembali ke masyarakat sebagai warga negara yang damai dan produktif. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksploratif, mengaplikasikan kerangka teoritis terkait relevansinya dengan pola radikalisasi melalui proses belajar dan pengaruh unit sosial, hingga menganalisis program deradikalisasi yang ramah anak. Penelitian ini menemukan bahwa pelaksanaan program deradikalisasi dan rehabilitasi terhadap anak perlu menerapkan metode komprehensif yang holistik, detail dan berkesinambungan, ditujukan pada pemenuhan kebutuhan yang variatif sesuai dengan latar belakang dan pengalaman anak sehingga aspek emosional, psikologis, dan pendidikan bisa berjalan beriringan.
The Poso region in Central Sulawesi, Indonesia, has long been a focal point for radical Islamic activity, which has had a significant impact on residents, including children. The East Indonesian Mujahideen (MIT), which is affiliated with ISIS, has played an important role in the history of the conflict by spreading extremist ideology through the spirit of jihad to support the existence of the Islamic State. The challenge of overcoming violent extremism and radicalism is also strengthened by the establishment of Islamic boarding schools as shelters for terror networks and radicalization centers that support the development of regenerative terrorism. This article seeks to explore strategies that maximize strengths and opportunities and minimize the effects of threats and weaknesses found in the series of deradicalization and rehabilitation processes for children from terror network families. The moderation program through education aims to build resilience, integrate and prepare children to receive moderate understanding and equip them with useful knowledge to return to society as peaceful and productive citizens. The research methodology used in this research is exploratory research, applying a theoretical framework related to its relevance to radicalization patterns through learning processes and the influence of social units, to analyzing child-friendly deradicalization programs. This research found that the implementation of deradicalization and rehabilitation programs for children needs to apply comprehensive methods that are holistic, detailed, and sustainable, aimed at meeting varied needs according to the child's background and experience so that emotional, psychological, and educational aspects can go hand in hand."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Kemal Nouval Hamzani
"Penulisan ini mengangkat permasalahan diskriminasi yang dialami minoritas di ranah politik dengan studi kasus ujaran kebencian yang dialami Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjelang Pilkada Jakarta 2017. Melalui penulisan ini, penulis bertujuan untuk menjelaskan apa yang menjadi sebab ujaran kebencian terhadap Ahok, seorang Tionghoa dan Kristen, di Indonesia menjelang Pilkada Jakarta 2017. Metode penulisan ini menggunakan analisis konten berupa tweet yang mengandung unsur kebencian terhadap Basuki Tjahaja Purnama dalam periode September 2016-April 2017 dan publikasi jurnal dari beberapa ahli, dengan landasan teori group threat. Hasil analisis menunjukkan bahwa ujaran kebencian ke Basuki Tjahaja Purnama didorong oleh empat perasaan yang menjurus pada prasangka rasial, yakni (1) perasaan superioritas; (2) perasaan bahwa kelompok minoritas secara intrinsik berbeda dan asing; (3) perasaan kepemilikan atas bidang, hak istimewa, dan keuntungan tertentu; serta (4) ketakutan dan kecurigaan terhadap kelompok minoritas akan mengusik hak prerogatif mereka. Kebaruan penulisan ini adalah menggunakan analisis naratif untuk melihat keterkaitan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya untuk mengetahui sebab sebuah fenomena
This paper raises the problem of discrimination experienced by minorities in the political sphere with a case study of hate speech experienced by Basuki Tjahaja Purnama or Ahok ahead of the 2017 Jakarta Regional Election. Through this writing, the author aims to explain what is the cause of hate speech against Ahok, a Chinese and Christian, in Indonesia ahead of the 2017 Jakarta regional election. This writing method uses content analysis in the form of tweets containing elements of hatred against Basuki Tjahaja Purnama in the period September 2016 - April 2017 and journal publications from several experts, based on group threat theory. The results of the analysis showed that hate speech to Basuki Tjahaja Purnama was driven by four feelings that lead to racial prejudice, namely (1) feelings of superiority; (2) a feeling that minority groups are intrinsically distinct and foreign; (3) a feeling of ownership over certain fields, privileges, and advantages; and (4) fear and suspicion of minority groups will undermine their prerogatives. The novelty of this writing is to use narrative analysis to see the relationship between one event and another to find out the cause of a phenomenon."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ikbar Raihan Rasyiq
"Semenjak tahun 1980-an, gelombang keberangkatan WNI ke luar negeri untuk bergabung dengan kelompok terorisme internasional terus terjadi hingga sekarang. Mereka yang melakukan hal tersebut disebut sebagai Foreign Terrorist Fighters (FTF), lalu kembali ke Indonesia menjadi returnees. Terdapat kekhawatiran returnees akan menciptakan potensi ancaman teror domestik. Penelitian ini membahas strategi untuk menanggulangi para returnees FTF yang dianalisis melalui desistance from terrorism melalui identifikasi faktor-faktor yang memungkinkan mantan pelaku returnees FTF berhenti dari kejahatan terorisme. Selain itu digunakan juga social control theory untuk memperdalam analisis secara kriminologis. Studi kasus yang diambil adalah keluarga DJW beranggotakan 26 orang yang merupakan returnees FTF yang pernah berangkat ke Suriah bergabung dengan ISIS. Hanya empat narasumber yang dipilih karena dinilai menjadi penggerak keberangkatan keluarga DJW. Melalui pendekatan penelitian kualitatif dan melakukan wawancara mendalam, terungkap keluarga DJW tidak terdapat potensi ancaman karena pengaruh kekecewaan terhadap ISIS dan pengaruh proses kepulangan dari pemerintah Indonesia. Terdapat 12 dari 13 faktor desistance from terrorism pada narasumber keluarga DJW yang menempatkan keempat narasumber pada tipologi Quaternary Desistance
Since the 1980s, the wave of Indonesian nationals departing abroad to join international terrorist groups has continued to occur. Those who engage in such activities are known as Foreign Terrorist Fighters (FTF) and later return to Indonesia as returnees. Concerns have been raised about the potential domestic terrorism threat posed by these returnees. This research discusses strategies to address FTF returnees, focusing on desistance from terrorism by identifying factors that enable former FTF returnees to cease engaging in terrorist activities. Additionally, the social control theory is employed to enhance criminological analysis. The case study selected for this study is the DJW family, consisting of 26 individuals who were FTF returnees who traveled to Syria to join ISIS. Only four key informants were chosen as they were considered instrumental in motivating the DJW family's departure. Through a qualitative research approach and in-depth interview method, it was revealed that the DJW family does not pose a potential threat due to their disillusionment with ISIS and the influence of the repatriation process facilitated by the Indonesian government. Out of the 13 desistance factors, 12 were found to be present among the DJW family informants, placing them within the Quaternary Desistance typology."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tambunan, Yosua Andre
"Kurangnya perhatian dan stigma terhadap anak-anak korban terorisme membuat rantai yang tidak putus terhadap aksi terorisme. Lembaga pendidikan dan rehabilitasi yang ditujukan kepada anak korban terorisme juga tidak sepenuhnya berhasil dan terkadang menjadi faktor pendukung dari keberlanjutan terorisme. Anak dari Khairul Ghazali mengalaminya langsung yang membuat dirinya membangun Pesantren Al-Hidayah. Pesantren ini digunakannya untuk melakukan deradikalisasi dan mengembalikan kehidupan sosial anak-anak korban terorisme. Tugas karya akhir ini membahas bagaimana proses dan strategi deradikalisasi yang dilakukan di Pesantren Al-Hidayah dengan menggunakan analisis dari social bond theory milik Hirschi. Metode utamanya menggunakan analisis data sekunder terhadap hasil penelitian dan jurnal terdahulu. Dilakukan juga wawancara bersama Khairul Ghazali, namun hanya sebatas penguat argumentasi dari data sekunder yang digunakan. Hasilnya ditemukan bahwa keempat elemen ikatan sosial yaitu
attachment, commitment, involvement, dan belief mampu memberikan pemahaman baru dan mencegah anak-anak korban terorisme disana memiliki ideologi radikalisme dan ekstremis. Strategi yang diterapkan di Pesantren Al-Hidayah yaitu green school, lifeskill, kelas tahfiz, dan trauma healing, secara holistik juga masuk kedalam ikatan sosial oleh Hirschi yang membantu anak-anak untuk kembali ke kehidupan normal di masyarakat.
The lack of attention and stigma towards child victims of terrorism creates an unbroken chain of acts of terrorism. Educational and rehabilitation institutions aimed at child victims of terrorism are also not entirely successful and sometimes become a supporting factor for the continuation of terrorism. The son of Khairul Ghazali experienced it firsthand, which made him build the Al-Hidayah Islamic Boarding School. He uses this pesantren to deradicalize and restore children's social life from terrorists. This final project discusses the processes and strategies for deradicalization carried out at the Al-Hidayah Islamic Boarding School using an analysis of Hirschi's social bond theory. The main method uses secondary data analysis on the results of previous research and journals. Interviews were also conducted with Khairul Ghazali, but only limited to strengthening arguments from the secondary data. The results found that the four elements of social bonding, namely attachment, commitment, involvement, and belief, could provide new understanding and prevent children who were victims of terrorism from having radicalism and extremist ideologies. The strategies implemented at the Al-Hidayah Islamic Boarding School, namely green school, life skills, tahfiz classes, and trauma healing, are also holistically included in social bonds by Hirschi, which help children to return to normal life in society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library