Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartini Sunyoto
Abstrak :
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu dengan perdarahan antepartum di RSU dilakukan penelitian dengan rancangan case-control yang menggunakan data rekam medis di RSU se wilayah III Cirebon tahun 1992-1996 yang dipergunakan format MCM sebagai alat pengumpul data. Populasi adalah ibu hamil yang datang ke RSU dengan komplikasi perdarahan antepartum, diambil seluruh kasus kematian ibu PAP sebagai sampel yaitu 53 ibu PAP dan 263 ibu PAP yang tidak meninggal dan terpilih sebagai control. Digunakan analisa univariat, bivariat dan regresi logistik untuk memperkirakan OR dan 95% confidence interval serta interaksi digunakan untuk memerikasa efek modifikasi. Temyata yang berpotensi sebagai konfonding adalah persalinan dan kesiapan darah, umur kehamilan dan kegawatan serta frekuensi hamil dan kegawatan adalah persalinan dan kesiapan darah, umur kehamilan dan kegawatan serta frekuensi hamil dan kegawatan. Melalui penelitian ini didapat faktor penentu terhadap kematian ibu PAP adalah tindakan pengakhiran persalinan, pendidikan ibu, kondisi kegawatan saat tiba di RSU, status rujukan, umur kehamilan, frekuensi kehamilan dan kesiapan darah. Ternyata variabel persalinan menjadi faktor penentu utama terhadap kematian ibu dengan perdarahan antepartum di rumah sakit Umum, tepatnya ibu PAP yang datang ke RSU tidak diakhiri persalinan rnempunyai risiko kematian lebih besar dari pada yang diakhiri persalinan di RSU. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencegah kematian ibu PAP di RSU antara lain setiap ada kasus PAP diatas 35 minggu baru dapat di pulangkan setelah tindakan pengakhiran kehamilan; dan sarana tenaga, material khususnya untuk pembedahan dan pembiayaan serta prosedur tetap di RSU senantiasa menjadi perhatian pimpinan RSU dan Pemerintah Daerah untuk pemenuhannya. Untuk pelayanan kesehatan ekstemal RSU diharuskan segera merujuk ibu PAP tanpa melakukan manipulasi apapun serta memberikan pertolongan pertama untuk perdarahannya baik infus maupun transfusi. Selain itu agar senantiasa diupayakan pembatasan kehamilan yang dapat mempengaruhi kematian ibu khususnya ibu dengan PAP. Karena pendidikan ibu mempengaruhi kematian Ibu PAP maka pemberdayaan wanita menjadi panting agar wanita dapat mengambil keputusan sendiri, dapat mempersiapkan kelahiran dengan baik sehingga 2 keterlambatan dapat dihindari; dengan melibatkan keluarga masyarakat dan aparat.
It is found out through the research that the decisive factor responsible for the death of pregnant women with antepartum hemorrhage are the effort of breaking up the pregnancy with child birth, the educational back ground of the women, the condition of criticalness when they enter the hospital, the status of reference, the age of pregnancy, the frequent of pregnancy, and the readiness of blood. It is found out too that the child birth variable is the main decisive factor on the death of pregnant women with antepartum hemorrhage; the death risk is higher on the pregnant women with antepartum hemorrhage without child birth efforts in comparison to the others with child birth efforts. It can be concluded that, to prevent the pregnant women with antepartum hemorrhage from death, there should be the effort of breaking u[ the pregnancy with child birth, the availability dualified human resources and equipments for surgical operation, financing, and the regular procedure applied at the hospitals should always be paid attention by the head of the hospitals and the local goverment. For the external health service, the hospitals should immediately refer to the pregnant women with antepartum hemorrhage without making any manipulation and give them the first aid for their bleeding. In addition, there should be efforts to restrict pregnancies which may cause death to the pregnant women with antepartum hemorrhage. Since the educational back ground influences the death of the pregnant women with antepartum hemorrhage, the women's education should be increased in order that they can make their own decisions in the anticipation of their child birth involving the families, sorroundings, and goverment agencies.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pendi Tjahja Perdjaman
Abstrak :
Seperti diketahui bahwa penempatan bidan di pedesaan berkaitan dengan pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan. Apabila aspek manajemen dari Pedoman Pembinaan Teknis Bidan di desa dilaksanakan dengan manajemen yang efektif dan efisien maka akan dapat meningkatkan produktifitas bidan di desa sesuai dengan tugas dan fungsinya. Penelitian ini menggunakan Analisis Kualitatif yaitu wawancara mendalam dan triangulasi sumber dengan pendekatan siklus pemecahan masalah. Apabila terdapat kesenjangan manajemen dalam aspek input, proses dan output maka akan dicarikan alternatif pemecahannya untuk disarankan kepada pelaksana program. Hasil temuan penelitian analisis manajemen pembinaan teknis bidan di desa tahun 1995/1996 masih belum sepenuhnya sesuai dengan buku Pedoman Pembinaan Teknis Bidan di Desa yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1994. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti mengajukan saran kepada pelaksana program untuk perbaikan yaitu : 1. Setiap kegiatan pembinaan teknis bidan di desa oleh puskesmas harus didokumentasikan agar aspek manajemen dapat menjadi bukti pendukung. 2. Pemerintah perlu melakukan pendidikan dan latihan aspek manajemen untuk dokter dan bidan puskesmas. 3. Pihak Dinas Kesehatan Dt II harus berupaya untuk menyediakan dana, tenaga dan sarana bagi puskesmas yang berkaitan dengan pembinaan teknis bidan sebagai konsekuensi adanya Pedoman. 4. Dinas Kesehatan Dt. II harus lebih meningkatkan peranannya di dalam pembinaan bidan di desa sesuai dengan tugas dan fungsinya agar aspek pengendalian terhadap puskesmas menjadi lebih berfungsi.
Management aspect of technical supervision of midwife in the village has to use effectively and efficiently in order to increase a midwife productivity in accordance to her function. The research uses Qualitative method; in-depth interview and triangular resource approaches. The Health Center and Health Office of Sambas Regency would get recommendations for improving the management aspect of technical supervision of midwife in the village. The result of Health Center?s technical supervision of midwife at Sambas Regency on 1995/1996 is not appropriate in accordance to Technical Supervision Manual Book from Health Department. I would like to suggest some recommendation in order to improve the Health Center's technical supervision management, as follows : 1. The management will able to give some evidences if the activity of midwife technical building in health center is documented. 2. The government has to hold a management training to doctors and midwives at health center. 3. Chief of Health office of Sambas Regency has to prepare the fund, human resources and tools to support the activity in accordance to manual book. 4. Health Office of Sambas Regency has to increase the activity in technical supervision according to its function.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library