Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harjo Seputro
"Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composite/ MMCs) sebagai salah satu material yang terus menerus dikembangkan dan disempurnakan sifat-sifatnya merupakan bahan alternatif pengganti logam yang potensial. Alasan utama untuk mengembangkan MMCs adalah karena kemampuannya untuk memberikan serangkaian sifat yang bisa disesuaikan untuk aplikasi tertentu. Substitusi komponen yang ada dengan material komposit, memiliki potensi besar untuk menghemat berat.
Karakteristik MMCs dipengaruhi oleh temperatur infiltrasi dan ukuran partikel penguat. Oleh karena itu penelitian ini menekankan pada pengaruh temperatur infiltrasi dan ukuran partikel penguat terhadap karakteristik MMCs. Material yang digunakan adalah Al 6063 sebagai matrik dan serbuk ZrO2 sebagai penguat.
Pada penelitian ini, temperatur infiltrasi yang digunakan adalah 725°C, 750°C, 775°C, dan 800°C dengan ukuran partikel 100 mesh, 325 mesh dan 100 + 325. Proses pembuatan MMCs pada sebuah wadah/talam (tray) dengan metode Infiltrasi Spontan Tanpa Tekanan. Terhadap hasil fabrikasi diamati pengaruh temperatur infiltrasi dan ukuran partikel penguat terhadap densitas, porositas, kekerasan, ekspansi termal, dan jumlah reaksi produk yang terbentuk.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan nilai densitas, kekerasan dan jumlah (berat) reaksi produk yang terbentuk pada partikel penguat yang lebih halus dan temperatur infiltrasi yang makin meningkat. Sebaliknya terjadi penurunan laju keausan, dan porositas pada partikel penguat yang lebih halus dan temperatur infiltrasi yang makin meningkat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T8975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masyhuri Rahman
"Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composite, MMCs) adalah kombinasi dari dua material atau lebih dengan matrik adalah logam yang dikembangkan untuk memperbaiki sifat logam; kekuatan pada temperatur tinggi, kekerasan, tahanan listrik, kestabilan pada temperatur tinggi. Aluminum sebagai matrik komposit dikembangkan karena ringan, murah, dan mudah difabrikasi. Infiltrasi spontan tanpa tekanan adalah salah satu proses fabrikasi komposit matrik logam dalam kondisi cair yang sedang dikembangkan karena lebih ekonomis, tidak memerlukan peralatan yang rumit. Karakteristik komposit matrik logam dapat dipengaruhi oleh temperatur infiltrasi, kandungan dopant (Magnesium), % Vr penguat dan waktu tahan saat infiltrasi.
Pada penelitian ini, dilakukan pengaruh temperatur infiltrasi, dan kandungan Magnesium saat infiltrasi dari komposit matrik logam dengan Al sebagai matrik, dan Al2O3 sebagai penguat terhadap karakterisasi dari komposit tersebut meliputi ekspansi thermal, kekerasan (BHN), metalografi, laju keausan, densitas dan porositas. Temperatur infiltrasi yang digunakan adalah 800°C, 900°C, 1000°C, 1100°C, 1200°C dengan volume Al2O3 50% dan dengan waktu tahan saat infiltrasi 10 jam, sedangkan kandungan Magnesium yang dipakai adalah 4, 8, 10, 12 % berat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur dan kandungan Mg semakin banyak molten Al infiltrasi ke dalam preform A12O3. Dari penelitian ini didapatkan bahwa temperatur 1100°C diperoleh karakterisasi komposit yang optimum.

Metal Matrix Composite (MMCS) is combination from two material or more with metal as matrix developed to improve the nature of metal; strength at high temperature, hardness, electric resistance, stability at high temperature. Aluminum as a composite matrix developed because is light, cheap, and easy to fabrication. Pressure less infiltration is one of the fabrication process of metal matrix composite in a melt condition which is developing because more economic, no need complicated equipments. Characteristic of metal matrix composite can be influenced by infiltration temperature, dopant content (Magnesium), % Vf reinforcement and time hold up infiltrate.
This research aim is to study the effect of temperature infiltration, as well as magnesium content on characterization of AVA1203 metal matrix composite i.e.; thermal expansion, hardness, wear resistance, porosity and density as well as metallography. The infiltration temperature used various from 800 to 1200°C and A1203 particle reinforcement was 50%Vf. The magnesium content was also various from 4% to 12% wt and holding time was 10 hours.
The results show that higher magnesium content produced more Al molten infiltrated into Al203 preform. It is found that the optimum performance of composite produced at 1100°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Prihandoko
"Bahan elektrolit yang dapat menghantarkan Li-ion dipilih elektrolit padat LTAP (Lithium Titanium Alumunium Phospat) yang mempunyai konduktivitas sekitar 10^-4 S.cm^-1 . LTAP dibuat dengan metoda metalurgi serbuk mencampurkan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan (Li2CO3, TiO2, Al2O3 dan NH4HPO4) dihaluskan, dikalsinasi, kemudian dijadikan pelet dan disinter. Pelet LTAP akan digerus dan dihaluskan, kemudian dicampur dengan bahan galas dalam prasio berat 1:1 untuk membentuk slurry. Bahan gelas yang digunakan merupakan gelas jendela. Dengan metoda sheet casting dan sintering, slurry akan dibuat menjadi lembaran komposit galas elektrolit. Sintering dilakukan pada temperatur di alas temperatur transisi gelas. Kemudian lembaran elektrolit didinginkan secara cepat di suhu kamar. Variasi lama pemanasan dan penambahan Li2O dilakukan untuk meningkatkan konduktifitas lembaran elektrolit.

Electrolyte material with conductible Li-ionic is a solid-state electrolyte of LTAP (Lithium Titanium Aluminum Phosphate) that has conductivity of If T4 1. LTAP was produced by powder metallurgy method including mixing, calcinations and sintering process of these materials i.e. Li2CO3, TiO2, Al2O3 and NH4HPO4. The LTAP pellet is mixed with glass materials i.e., windows glasses to make a composite material with glasses as a matrix. The weight ratio of the mixing is 1: 1. The mixed slurry was malted a thin film composite by sheet casting method. Then the thin film is heated as a at temperature transition of glass. The heated composite then normal cooled in air, the addition of Li2O is to increase the conductivity of this composite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jumiadi
"Pembuatan komposit matrik logam paduan aluminium dengan penguat alumina telah banyak dilakukan oleh para Peneliti melalui teknik pengadukan leburan logam (stir-casting). Alasan penelitian bidang Metal Matrix Composite dengan sistem stir-casting adalah karena mudah dikontrol dan memungkinkan terjadinya pencampuran secara merata dan homogen. Dalam penelitian ini dilakukan percobaan pembualan MMCs melalui teknik pengadukan Iogam (melt-stirring). Sebagai matrik digunakan Iogam aluminium jenis Al-Mg-Si tipe 6063 dan sebagai penguat menggunakan serbuk alumina (Al2O3) dan dopan berupa Magnesium (Mg) sebesar 10%. Dalam percobaan pembuatan MMC., kecepatan pengadukan yang digunakan adalah 700 rpm sedangkan lama pengadukan bervariasi yaitu 2 menit, 5 menit dan 10 menit, fraksi volume yang digunakan adalah 5%, 10% dan 15%. Pengamatan meliputi pengaruh lama pengadukan dan persen fraksi volume terhadap berat jenis, porositas, ekspansi termal, laju keausan, kekerasan dan reaksi produk yang terbentuk. Hasil percobaan menunjukkan bahwa lama pengadukan dan persen fraksi volume berpengaruh terhadap perolehan jumlah partikel Al2O3 yang terdispensi dan terjadi peningkatan sifat-sifat mekanis serta terbentuk spinel sebagai hasil reaksi produk pembasahan (Welling).

Al-A1203 Metal Matrix Composites has been produced by stir casting and has been investigated by some researchers. The selected for producing MMC by stir casting is easily to control the process as well as to End homogenous particle dispense is the matrix. In this research Al-Mg-ls 6063 type was selected as a matrix while Al2O3 ceramic particulate is as reinforcement and the dopant used is Magnesium (Mg) with the amount of 10%. The stirring rate used is 700 rpm while stirring time various from 2, 5 and I0 minutes. The effect of stirring time and volume fraction ( Vf % Al2O3 ) on characterized of MMC has been studied and it is found that such effect significantly influence the particle gain which is shown by particle disperse on the matrix and improving properties by forming spinal as wetting reaction between reaction and reinforcement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T10704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz
"Aplikasi dari baja perkakas sebagai material cetakan dingin amatlah memegang peranan strategis dalam dunia industri. Dikarenakan baja perkakas untuk aplikasi cetakan dingin dapat digunakan untuk membentuk material pada kondisi dingin, sehingga jika dilihat dari aspek kualitas, kuantitas dan safety akan lebih baik jika dibandingkan membentuk material baja perkakas pada temperatur tinggi. Agar diperoleh baja perkakas cetakan dingin kualitas tinggi, maka terus dilakukan berbagai penelitian, salah satu caranya adalah dengan mengatur komposisi kimia, perlakuan panas, agar diperoleh material baja perkakas yang berkualitas tinggi, dengan biaya pembuatan yang murah. Karakteristik dari baja perkakas dapat diatur sesuai dengan kebutuhan aplikasi pemakai. Pengaturan karakteristik dari baja perkakas yaitu dengan cara mengatur komposisi kimia, mengatur proses perlakuan panas, dan media pendinginan setelah tempering. Baja perkakas dapat memiliki sifat ? sifat khusus, dengan cara mengatur kuantitas dari paduan yang menyusun dari baja perkakas tersebut, seperti mengatur jumlah dari vanadium, silikon, molibdenum dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, material baja perkakas diatur komposisi paduannya dengan menambahkan unsur paduan Si yang berbeda yaitu 0,8%wt, 2,0%wt, dan 3,0%wt Si pada setiap material baja perkakas dengan unsur paduan lainnya ditambahkan dengan perbandinganan tetap untuk setiap material baja perkakas dan tidak diberikannya unsur vanadium untuk material baja perkakas lainnya, untuk mengetahui perbandingan sifat mekanis setelah ditambahkan unsur paduan Vanadium. Kemudian baja perkakas tersebut dilakukan perlakuan quench temper dengan penggunaan temperatur temper yang berbeda yaitu 600ºC, 640ºC, dan 690ºC dan sphroidized anneal dengan menggunakan temperatur 810ºC. Dengan variabel yang digunakan adalah penambahan unsur paduan dan perlakuan panas yang dilakukan maka akan diketahui pengaruhnya terhadap sifat mekanis, yaitu kekerasan, laju aus, dan kuat tarik, sifat mampu las serta struktur mikro material baja perkakas. Dalam penelitian ini disimpulkan dengan penambahan unsur paduan Si maka sifat mekanis meningkat, dan untuk membandingkan baja perkakas yang diberikan unsur paduan vanadium dan yang tidak, baja dengan paduan vanadium sifat mekanis yang dimiliki lebih tinggi. Sedangkan untuk variabel perlakuan panas yang diberikan dengan semakin tingginya temperatur temper maka sifat mekanis akan menurun sehingga didapati baja perkakas yang lebih tangguh. Untuk sifat mampu las material baja perkakas diperoleh hasil bahwa nilai weldability nya rendah dikarenakan adanya endapan karbida keras seperti SiC pada baja perkakas hasil dari penelitian.
The application of tool steel as cold pressing die have very important role in many strategic industry. The strategic role of tool steel for cold work materials can be used as for forming materials in the cold condition, so that if we seen in many quality, quantity and safety aspects more better if we compared in forming materials in high temperature. Many researches have been done gradually to get tool steels for high quality cold work. One of the way how to engineered the materials to become better with change their chemical composition, heat treatment, to get high quality materials with lower cost. The characteristic of tool steel materials can be modified with change their chemical compositions and change their tempering and used proper quenching media. With changed alloys quantity, like modify content of vanadium, silicone, molybdenum and the other alloys, tool steel materials exactly have spesific characteristics.Tool steel has special properties regarding to requirement of process in processing fundamental material become ready for use product or thus, the special influenced by existence of alloying element and treatment passed to tool steel. At this research, tool steel materials are arranged by alloy composition. Added alloying element Si which different composition there are 0,8%wt, 2,0%wt, and 3,0%wt for each appliance steel material with other alloying element is added with balance comparison for every tool steel materials and without element of vanadium for other tool steel material to know comparison of mechanical properties after added alloying element Vanadium. Then the tool steel is done with heat treatment quench temper with usage of different temper temperature those are 600ºC, 640ºC, and 690ºC and spheroidized anneal by using temperature 820ºC. With variable applied is addition of alloys materials and heat treatment done hence will be known the influence to mechanical properties, that is hardness, wear resistant, weld ability, tensile strength and tool steel material microstructure. The conclusion of these research are several addition of alloying element Si cause increasing mechanical properties, and compare appliance steel given alloying element of vanadium and another steel without adding vanadium, steel with mechanical properties vanadium alloy owned higher. While for variable heat treatment given increasing height of temper temperature hence mechanical properties will change is discovered tool steel which more tough. The effect of second phase, carbide phase will cause poor weldability for tool steel materials, carbide phase and second phase are very hard and very britle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26157
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Ayu Rizkiyani
"Bantalan (bearing) merupakan salah satu komponen penting pada industry otomotif yang membutuhkan material dengan properties yang baik. Peningkatan properties dari suatu komponen dapat dilakukan dengan pemilihan material yang tepat. Komposit merupakan material alternatif yang dapat digunakan, dengan menggabungkan sifat-sifat unggul dari suatu material yang dapat menghasilkan material baru dengan properties yang lebih baik. Komposit alumunium grafit yang digolongkan dalam Metal Matrix Composite dapat digunakan sebagai pilihan yang potensial untuk menghasilkan bearing dengan kualitas yang lebih baik karena memiliki sifat mekanis dan fisik yang sesuai untuk kebutuhan industri otomotif. Keunggulan utama dari komposit ini adalah memiliki densitas yang rendah sehingga berat komponen akan semakin ringan, disamping itu juga memiliki ketahanan aus yang baik, kekuatan dan kekerasan yang tinggi.
Pada penelitian ini, komposit alumunium grafit dihasilkan dengan metode metalurgi serbuk dengan tahapan proses dari karakterisasi serbuk hingga sintering. Digunakan pula serbuk Cu (tembaga) sebagai wetting agent. Dengan variable yang digunakan adalah %Vf grafit maka akan diketahui pengaruhnya terhadap sifat mekanis, yaitu kekerasan, densitas/porositas, laju aus, dan kuat tekan serta struktur mikro material komposit alumunium grafit ini. Kadar grafit yang digunakan adalah 0,5%, 1%, 3%, 5%, dan 7%.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa penambahan kadar grafit akan menaikkan properties diantaranya kekerasan, kuat tekan, dan densitas serta menurunkan porositas dan laju aus. Namun, peningkatan properties ini hanya akan tercapai apabila wetting agent yang digunakan mencukupi untuk membasahi grafit. Kadar optimum penambahan grafit adalah 1%Vf dimana nilai kekerasan dan densitas mencapai nilai tertinggi dan laju aus serta porositas pada nilai terendah.
Dari hasil pengujian, nilai densitas optimum yaitu sebesar 2,30 gr/cm3 diperoleh pada sampel sinter maupun non-sinter dengan 1%Vf Grafit. Nilai kekerasan optimum diperoleh pada sampel hasil sinter dengan kadar grafit sebesar 1%Vf sebesar 65 BHN, sedangkan kuat tekan optimum pada kadar grafit 7% yaitu 549 MPa. Nilai porositas minimum diperoleh pada sampel sinter dengan variable %Vf Grafit 0,5% yaitu sebesar 11,23%. Nilai laju aus minimum diperoleh pada sampel hasil sinter dengan %Vf Grafit 1% yaitu sebesar 4 x 10-5 mm3/mm. Pada pengamatan struktur mikro terlihat bahwa penambahan grafit akan meningkatkan porositas. Hasil SEM dan EDS menunjukkan adanya 3 fasa yaitu, fasa matriks, Al2O3 dan terbentuknya fasa intermetalik AlCu2.

Bearing is one of important components in automotive industry which is requiring good properties. By combining the best properties from each material and produce a new amterial with better properties, composite being an alternative materials. An aluminum MMC reinforced graphite posses a number of mechanical and physical properties that make them attractive for automotive applications, such as bearing to produce parts with better quality. Primary advantages of using this material are its low-density that will produce light weight component, with better wear resistance, higher strength and hardness.
In this reasearch, aluminum graphite composite was produced by powder metallurgy methode which started from powder characterization until sintering process. Copper powders were added as wetting agent. Graphite content from 0.5%, 1%, 3%, 5%, to 7%Vf were used as variable of this reasearch to observe the effect of graphite addition on mechanical properties, those are hardness, density/porosity, wear rate, compressive strength, and microstructure of aluminum graphite composite.
The result shows that graphite addition increased compressive strength, hardness, and the number of porosity but decrease density and wear rate. But it would be achieved if wetting agent is sufficient to wet graphite. The optimum properties achieved at addition of 1%Vf graphite which hardness and density are the highest meanwhile wear rate and porosity are the lowest.
The optimum density is 2.30 gr/cm3 which is reached at 1%Vf graphite content for both sintered and non-sintered samples. The highest hardness is 65 BHN from 1%Vf, sintered sample. The highest compressive strength is 549 MPa achieved at 7%Vf graphite content. Minimum porosity obtained at 0.5%Vf is 11.23%. And wear rate value is 4 x 10-5 mm3/mm reached at 1%Vf sintered sample. Microstructures observation shows that graphite addition increased the number of porosity. SEM and EDS data show that there are 3 phases on sintered sample, i.e matrix phase, Al2O3 phase and intermetallic AlCu2 phase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41755
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dendy Arif
"Wood Polymer Composite (WPCs) adalah material komposit yang terdiri atas polimer sebagai matriks dan kayu sebagai bahan penguat (reinforcement). WPCs terus menerus dikembangkan dan disempurnakan sifat-sifatnya sebagai building material sehingga dapat dijadikan material alternatif pengganti kayu.
Peneltian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ukuran bahan pengisi terhadap karakterikstik komposit polipropilena serbuk kayu. Material yang digunakan adalah resin polipropilena dan serbuk kayu karet yang masingmasing bertindak sebagai matriks dan bahan pengisi, dan PPMA (Polipropilena Maleat Anhidrat) sebagai coupling agent. Ukuran serbuk kayu yang digunakan adalah tanpa bahan pengisi, 1410 µm, 100 µm, 365 µm, 250 µm. Proses pembuatan WPCs menggunakan metode palletizing dan injecton molding dengan temperatur sebesar 190°C. Komposit yang dihasilkan diuji untuk menegetahui nilai MFR (Melt Flow Rate), sifat termal (temperatur leleh dan temperatur kristalisasi) sifat mekanis (tensile strength at yield, fleksural, izod impact energy dan kekerasan).
Hasil penelitian menunjukkan semakin kecil ukuran bahan pengisi maka MFR, temperatur melting, temperatur kristalisasi, tensile strength at yield, fleksural, dan kekerasan semakin meningkat. Sebaliknya, cenderung terjadi penurunan nilai izod impact energy dengan semakin kecilnya ukuran bahan pengisi.

Wood Polymer Composite (WPCs) is consisted of two elements that different in nature, polymer as matrix and wood as filler (reinforcement). WPCs have been continually improved in order to get better properties as building material and alternative wood substitute.
The aim is to study the effect of filler size on characteristics WPCs. Resin polypropylene and rubber wood powder are used in this research as a matrix and filler respectively, and PPMA (Polypropylene Maleate Anhydrate is also used as a coupling agent. Filler size that used in this study are without filler, 1410 µm, 100 µm, 365 µm, 250 µm. The process of making PCs through palletizing and injection molding method at temperature 190°C. Then, the composite products are analyzed in order to know the effect properties of this composite such as MFR (Melt Flow rate), thermal properties (melting temperature and crystallization temperature), mechanical properties (tensile strength at yield, flexural, izod impact energy and hardness), fracture type and chemical composition.
The result shows that MFR (Melt Flow rate), thermal properties (melting temperature and crystallization temperature) and mechanical properties (tensile strength at yield, flexural, izod impact energy and hardness) have a tendency to increase as decreasing of filler size. In the other hand, izod impact energy decreased.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41725
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhian Ekawati
"Material komposit matriks aluminium grafit saat ini banyak digunakan karena sifatnya yang ringan dan memiliki kekuatan mekanis yang baik. Salah satu aplikasi yang mulai dikembangkan adalah untuk aplikasi tribologi, yakni material self-lubricating bearing dimana keunggulan material komposit ini ialah memiliki berat jenis yang ringan dibandingkan dengan material bronze bearing sehingga mampu menghemat penggunaan bahan bakar dari kendaraan.
Pada penelitian ini digunakan material komposit matriks aluminium dengan penguat berupa grafit 1% Vf, dan tembaga 0,5% Vf sebagai wetting agent. Metode yang digunakan ialah metalurgi serbuk dengan tekanan kompaksi sebesar 300 bar, variabel temperatur sinter 500°C, 550°C, 600°C, 650°C, dan 700°C dengan waktu tahan sinter selama 60 menit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh temperatur sinter terhadap sifat mekanis dari material komposit aluminium grafit. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kekerasan (ASTM E-10), laju aus dengan metode Ogoshi, kuat tekan (ASTM E-9-89a), densitas dan porositas (ASTM 373-88), serta pengamatan struktur mikro dengan mikroskop optik dan SEM (Scanning Electron Microscope) dan uji komposisi dengan EDS (Energy Disperse Spectroscopy).
Dari hasil pengujian didapatkan kondisi optimum pada temperatur sinter 700°C dimana nilai kekerasan mencapai 78 BHN, nilai laju aus mencapai 13,8 x 10-6 mm³/mm, nilai kuat tekan mencapai 589 N/mm², nilai densitas mencapai 2,14 gram/cm³, dan nilai porositas mencapai 21,56%. Sedangkan dari hasil pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik dan SEM didapatkan adanya fasa intermetallic, dan pada pengujian komposisi menggunakan EDS didapatkan fasa matriks aluminium, Al2O3, dan intermetallic AlCu2. Hasil ini membuktikan bahwa sampel reinforced sinter memiliki sifat mekanis yang lebih baik dibandingkan dengan sampel unreinforced maupun reinforced non sinter.
Untuk aplikasi material bearing, nilai kekerasan dan laju aus yang didapat pada hasil penelitian ternyata masih belum memenuhi persyaratan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan proses pengerasan lebih lanjut atau penambahan kadar grafit untuk meningkatkan sifat mekanis dari material komposit aluminium grafit.

Nowadays, aluminum graphite composite has been widely use because of lightweight and good mechanical properties. One of the applications of using aluminum graphite composite is for tribological application, such as self lubricating bearing which is having an advantage that aluminum graphite composite has lower density than bronze bearing, so that it can reduce the using of fuels on the vehicles.
Material used in this experiment is aluminum matrix composite with 1% Vf graphite as a reinforced, and 0.5% Vf copper as a wetting agent. Powder metallurgy was used as a method to make an aluminum graphite composite material. Using pressure of 300 bars and sintering temperature variable from 500°C, 550°C, 600°C, 650°C to 700°C for 60 minutes. The aim of experiment is to analyze the effect of sintering temperature on mechanical properties of aluminum graphite composite. Mechanical tests are hardness testing (ASTM E-10), wear rate testing with Ogoshi technique, compression testing (ASTM E-9-89a), density and porosity. Micro structure was analyzed both optical microscope and scanning electron microscope (SEM), while energy disperse spectroscopy (EDS) to analyze the chemical composition of phases produced during sintering.
The optimum condition was sintering temperature at 700°C with hardness of 78 BHN, wear rate of 13,8 x 10-6 mm3/mm, compression of 589 N/mm², density 2,14 gram/cm³, and porosity 21,56%. Meanwhile, micro structure analyzed using optical microscope and SEM found an intermetallic phase, it is confirmed by EDS which is the micro structure containing of aluminum matrix phase, Al2O3, and intermetallic AlCu2.
These results prove that reinforced sinter sample has better mechanical properties than unreinforced and reinforced non sinter sample. Indeed for bearing material application, the hardness and wear rate in this experiment has not yet achieved. That is why, need further process to harden the material or by increasing the graphite content.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41754
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amar Bramantiyo
"Tingginya penggunaan material polimer dengan matriks komposit (PMC) dalam berbagai aplikasi akhir ? akhir ini menimbulkan permasalahan baru terkait dengan ketebatasan sumber daya dalam memenuhi kebutuhan yang terus berkembang dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Salah satu jalan keluarnya adalah mencoba mencari material PMC alternatif yang lebih ramah lingkungan serta memiliki kekuatan yang baik yaitu material komposit dengan matriks polimer berpenguat serat alam.
Salah satu matriks untuk material PMC yang sering digunakan dan mudah dalam proses fabrikasinya adalah resin poliester tidak jenuh, matriks ini kemudian ditambahkan serat rami yang merupakan salah satu serat alam dengan kapasitas produksi dunia mencapai 100,000 ton pertahun.
Pada penelitian ini ingin diketahui pengaruh fraksi volum serat rami terhadap kekuatan impak, kekuatan tekuk dan kekuatan tekan material komposit. Fraksi volum rami yang digunakan antara 15% - 35% dengan interval 5%. Proses fabrikasi dilakukan dengan menggunakan metode hand lay up, yang dikombinasikan dengan penambahan tekanan selama proses curing. Hal ini dikarenakan metode hand lay up merupakan metode paling sederhana dalam proses pembuatan komposit walaupun memiliki beberapa catatan tekait kualitas material komposit yang dihasilkan berupa ketidak-merataan matriks dan ketidaklurusan serat.
Penambahan konsentrasi serat rami terhadap material komposit rami ?poliester secara umum memberikan pengaruh berupa peningkatan ketahanan impak dan kekuatan tekuk. Sedangkan untuk kekuatan tekan walaupun dari grafik hasil pengujian terlihat adanya peningkatan, namun kekuatan tekan material komposit rami ? poliester masih sangat rendah jika dibandingkan dengan material lain bahkan dibawah kekuatan material poliester murni. Hal ini dikarenakan rendahnya kualitas material komposit hasil fabrikasi dengan metode hand lay up.
Nilai optimum konsentrasi serat pada penelitian ini terdapat pada konsentrasi serat rami 35 % Vf. Yaitu dengan kekuatan impak rata ? rata sebesar 82.38 KJ/m2, kekuatan tekuk rata ? rata sebesar 125 MPa dan kekuatan tekan rata?rata sebesar 80.22 MPa.

The highly use of polymer matrix composite (PMC) in various application this days has caused another issues like environment and limited natural resources. One of the way out is to find alternative PMC materials which have good properties and also environment friendly like natural fiber reinforced composite (NFRC)
Polyester is one of PMC matrix which has widely use in composite with various fiber and jute as fiber is natural fiber which production scale in the whole country extend one hundred million tons in one year.
The purpose of this research is to know effect of jute fiber concentration on mechanical properties of jute polyester composite such as impact resistance, flexural strength and compressive strength. For fabrication, hand lay up process combining compressive load during curing time is used. This is because the hand lay up is the most simply method in accordance to making PMC. Although this method has some notes related to quality product such as fiber misalignment and matrix distributed.
The addition of jute concentration in jute ? polyester composite has increased the value of impact resistance and flexural strength. While for compressive test decreased because of fabrication product by hand lay up method has low quality surface performance, compressive strength of jute polyester composite is very low compare to another materials even pure unsaturated polyester resin has higher compressive strength than jute ? polyester composite.
The optimum volume fraction in this research is held by 35 % Vf of jute fiber concentration with impact resistance 82.38 KJ/m2, Flexural strength rate 125 MPa and compressive strength of material 80.22 MPa."
2008
S41674
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Syarif
"Komposit polimer berpengisi serbuk kayu (WPC) merupakan bahan komposit alternatif. Dalam hal ini, polipropilena (PP) yang bersifat getas dapat dikombinasikan dengan material sisa seperti serbuk kayu dari pohon karet yang sangat murah sebagai bahan pengisi sekaligus sebagai penguat. Sehingga WPC dapat menjadi pilihan yang solutif untuk memperoleh material baru berkekuatan tinggi dengan harga yang terjangkau.
Konsentrasi penelitian ini adalah pada penggunaan polipropilena dengan MFR 8 gr/10menit sebagai matriks, serbuk kayu karet dengan ukuran 18 mesh sebagai pengisi komposit, dan PPMA sebagai zat penggabung. Variabel tetap yang digunakan untuk membedakan tiap formulasi adalah berat bahan pengisi, yaitu 0%, 5%, 10%, 20%, 30% fraksi berat.
Untuk mengetahui perbedaan karakteristik dan ikatan interface masing-masing formulasi, maka dilakukan beberapa pengujian. Dan hasilnya menunjukkan bahwa penambahan serbuk kayu meningkatkan performa mekanik dan thermal, seperti suhu leleh, suhu kristalisasi, MFR, kekuatan tarik, fleksural dan kekerasan. Dimana kenaikan tersebut sebanding dengan semakin banyaknya persentase serbuk kayu yang ditambahkan ke dalam matrik. Namun konsekuensinya penambahan serbuk kayu membuat harga impaknya semakin turun. Pengamatan struktur mikro dengan menggunakan SEM menunjukkan bahwa pembasahan antara PP dan serbuk kayu, terjadi dengan cukup baik.
Ketika proses pelletasi ditemui adanya perbedaan warna yang dicurigai sebagai akibat adanya zat pencemar (kontaminan). Untuk membuktikan hal tersebut, dilakukan pengujian kandungan kimia dengan EDX. Hasilnya menunjukkan bahwa formulasi dua (5% serbuk kayu dalam fraksi berat) tercemar oleh colorant TiO2, dan formulasi empat (20% serbuk kayu dalam fraksi berat) tercemar oleh impak modifier, berupa etilena.

Wood Polymer Composite (WPC) is one of alternative material composites. In this case, polypropylene (PP), which is little brittle, able to combine with remnant material, such as rubber wood flour as a filler component. So WPC can be used as new high strength material with low price.
The aim of this research is for obtaining WPC material from polypropylene with MFR 8 gr/10minutes as a matrix, rubber wood flour of 18 mesh size as a filler, and PPMA as coupling a agent. The variable of filler weight is 0%, 5%, 10%, 20%, 30% weight faction.
Characteristic of WPC and the interface bonding of each formulation, have been studied. And the result indicate that the addition of wood flour increase the mechanical and thermal performance, such as melt temperature, crystallization temperature, MFR, tensile strength, flexural and hardness. The increasing mechanical and thermal properties are a line with the increment of wood flour?s percentage, while the consequence of wood flour addition, make the impact value and melt flow ability are progressively down. Microstructure observation by using SEM indicate that bonding system between PP and wood flour are good.
In palletizing process, there are color difference which is suspected as the effect of contaminant existence. So it need to do chemical analysis for proving that statement. The result indicate that formulation with 5%wt wood flour was impured by colorant TiO2, while formulation with 20%wt wood flour was impured by impak modifier, which is formed by ethylene.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41640
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>