Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Nabila Aljufri
"Kuesioner dikembangkan untuk menilai kualitas hidup pada pengguna lensa kontak, dengan studi literatur, pendapat ahli (metode Delphi), dan debriefing kognitif. Validasi konstruk dilakukan dengan studi potong lintang yang melibatkan 350 pengguna lensa kontak berusia 18-39 tahun. Pada awal pengembangan terdapat 30 pertanyaan, namun atas masukan dari para ahli, kuesioner menjadi 31 item dengan sembilan faktor/ kelompok. Indeks validitas konten (CVI) dari hasil metode delphi adalah 97%. Face validity setelah debriefing kognitif adalah 90-100%. Validasi konstruk menggunakan analisis faktor eksploratori (EFA) dengan SPSS mengeliminasi enam pertanyaan, memperbaiki kuesioner menjadi 25 item dan enam faktor. Namun, analisis faktor konfirmatori (CFA) menggunakan AMOS menunjukkan bahwa model ini fit dengan baik. Pasca modifikasi, model lima faktor dengan 22 pertanyaan menunjukkan kecocokan yang baik (X = 358.741, RMSEA = 0.49, GFI = 0.917, CFI = 0.937, TLI = 0.926). Reliabilitas dinilai menggunakan konsistensi internal dengan Cronbach-α dengan hasil reliabel sebesar 0.833. Kuesioner akhir ini valid dan reliabel untuk menilai kualitas hidup berkaitan dengan penglihatan pada pemakai lensa kontak dan perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk menginterpretasikan berdasarkan hasil skor penilaian.
A pilot questionnaire was developed to assess quality of life (QoL) in contact lens users, by literature, expert opinions (Delphi method), and cognitive debriefing. A cross- sectional study involving 350 participants aged 18-39 was conducted to assess construct validity. The initial was 30-question but following expert input, the questionnaire expanded to 31 items with a nine-factor structure, achieving a content validity index of 97%. Face validity after cognitive debriefing was 90-100%. Exploratory factor analysis (EFA) using SPSS led to the exclusion of six questions, refining the tool to 25 items and a six-factor model. However, confirmatory factor analysis (CFA) using AMOS indicated that this model did not fit well. Ultimately, a five-factor model with 22 questions demonstrated good fit (X = 358.741, RMSEA = 0.49, GFI = 0.917, CFI = 0.937, TLI = 0.926). Internal consistency was confirmed with a Cronbach-αof 0.833. The final questionnaire is valid and reliable for assessing QoL in contact lens wearers, indicating a need for further studies to interpret QoL based on scoring outcomes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Laura Agnestasia Djunaedi
"Pembuatan kapsuloreksis secara kontinu dan kurviliniar menjadi salah satu langkah penting pada operasi bedah katarak yang dapat membantu menghasilkan luaran tajam penglihatan yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas Farra Eye Model sebagai model mata artifisial baru, dibandingkan dengan Kitaro pada pelatihan kapsuloreksis. Penelitian merupakan studi pilot acak terkontrol yang melibatkan 28 residen mata program pendidikan dokter spesialis (PPDS) yang belum melalui stase kornea, katarak, dan bedah refraktif (KBR) serta belum pernah menjalani pelatihan kapsuloreksis sebelumnya. Subjek dibagi kedalam dua grup dan menjalani pelatihan kapsuloreksis selama tiga hari sesuai dengan randomisasi jenis model mata artifisial. Selanjutnya, subjek diuji dengan melakukan pembuatan kapsuloreksis pada mata kambing. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna nilai ICO:OSCAR Phaco bagian kapsuloreksis, jumlah forcep grab, durasi, dan ukuran kapsuloreksis (p > 0.05) antar kedua grup. Namun, nilai yang lebih baik pada ICO:OSCAR Phaco, jumlah forcep grab, dan durasi kapsuloreksis didapatkan pada kelompok yang berlatih dengan Farra. Oleh karena itu, Farra Eye Model valid dan reliabel untuk digunakan sebagai metode pembelajaran kapsuloreksis.
Continuous curvilinear capsulorrhexis (CCC) is one of the important steps in cataract surgery. A round and central CCC leads to an optimal visual acuity outcome. This study evaluates the validity and reliability of the Farra Eye Model, a new artificial eye model, compared to Kitaro for capsulorhexis practice. A pilot randomized control study involving 28 ophthalmological residents who have not entered cataract division nor practiced anterior capsulotomy. Subjects were divided into two groups based on the artificial eye model and underwent capsulorhexis training for three consecutive days before had an examination in goat’s eye. Results show no significant differences in ICO:OSCAR Phaco, number of forceps grabs, duration, and capsulorhexis size between the two groups (p>0.05). However, a slightly better score of ICO:OSCAR Phaco, number of forceps grabs, and duration is found in subjects trained with the Farra Eye Model. Thus, the Farra Eye Model is valid and reliable for capsulorrhexis training."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library