Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90 dokumen yang sesuai dengan query
cover
David
"Ginjal adalah organ yang rentan akan hipoksia, di mana hipoksia menimbulkan kerusakan sel secara ireversibel. Namun, gejala kerusakan ginjal baru muncul setelah stadium lanjut. Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan meningkatkan antioksidan untuk mengimbangi stres oksidatif akibat hipoksia. Efek antioksidan dari kombinasi ekstrak 200 mg/kgBB akar kucing (Acalypha indica Linn) dan 150 mg/kgBB pegagan (Centella asiatica) telah diteliti mampu meningkatkan aktivitas spesifik enzim glutation peroksidase (GPx) pada ginjal pascahipoksia. Dengan desain eksperimental menggunakan 5 hingga 8 ekor tikus Sprague Dawley perkelompok, sampel berupa kedua ginjal dihipoksia menggunakan kadar oksigen lingkungan sebesar 10%. Aktivitas spesifik GPx dalam ginjal dengan durasi pemberian kombinasi herbal selama 3, 7, dan 14 hari diukur menggunakan kit RANSEL dari RANDOX, kemudian dibandingkan dengan aktivitas spesifik GPx pada kontrol positif berupa pirasetam, kontrol negatif berupa akuades, dan tikus standard sebagai kontrol tikus sehat. Rerata aktivitas spesifik dinilai secara statistik dengan One-Way Anova yang dilanjutkan dengan Post Hoc. Terdapat kemaknaan kuat bahwa pemberian kombinasi herbal meningkatkan aktivitas spesifik GPx dibandingkan kontrol negatif (p<0,05), dengan peningkatan tertinggi pada pemberian kombinasi herbal selama 7 hari. Dengan demikian, pemberian kombinasi herbal memiliki efek yang bermakna dalam meningkatkan respons tubuh akan hipoksia, dilihat dari peningkatan aktivitas spesifik GPx, terutama pemberian selama 7 hari.

Kidneys are susceptible for hypoxia, which causes cell damage irreversibly. However, the impairment symptoms appear in the later stage. This condition can be anticipated by increasing antioxidants to balance oxidative stress caused by hypoxia. Antioxidant effect of combined 200 mg/kgBW akar kucing (Acalypha indica Linn) and 150 mg/kgBW pegagan (Centella asiatica) extract have been proven to elevate glutathione peroxidase (GPx)’s activity in post-hypoxic mice kidneys. Using experimental design consisted of 5 to 8 mice pergroup, the sample, being two kidneys, was made hypoxic with 10% environmental oxygen concentration. The specific activity of GPx while given combined herbal for 3, 7, and 14 days was measured with RANSEL kit from RANDOX. Then, it was compared with piracetam, aquadest, and standard mice as positive, negative, and healthy control respectively. Spesific activity mean for each group was measured statistically using One Way Anova followed with Post Hoc. There was strong significance that combined herbal increased spesific activity of glutathione peroxidase compared to negative control (p<0,05), with the highest increment was on 7 days. In conclusion, the combined herbal gave significant effect in increasing body’s response on hypoxia, shown by increasing spesific activity of glutathione peroxidase, especially while given for 7 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Alya Winarto
"Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1a) adalah faktor transkripsi yang bertanggung jawab pada kondisi hipoksia seperti preeklampsia. Studi ini membandingkan konsentrasi HIF-1a pada kehamilan preeklampsia di bawah 32 minggu gestasi dan kehamilan normal. Sebagai penelitian observasional potong lintang pendahuluan, 10 sampel digunakan untuk masing-masing grup. Konsentrasi HIF-1a diukur menggunakan kit enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang insignifikan (p>0.05) antara konsentrasi HIF-1a pada kehamilan preeklampsia awal dan kehamilan normal walaupun terdapat kecenderungan untuk konsentrasi yang lebih tinggi pada kehamilan preeklampsia awal. HIF-1a kemungkinan tidak terlibat pada perkembangan preeklampsia awal. Sebaliknya, konsentrasi HIF-1a pada plasenta dipengaruhi oleh kerusakan syncytiotrophoblast akibat modifikasi arteri spiralis yang inadekuat dan berujung pada kurangnya jumlah HIF-1a.

Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1a) is a transcription factor that is expressed by cytotrophoblast in the placenta during hypoxic condition of preeclampsia. This study compares the level of placental HIF-1a in preeclampsia pregnancies under 32 weeks old of gestation and normal pregnancies. As an observational cross-sectional preliminary study, 10 samples were used for each group. The level of placental HIF-1a was measured by using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) kit. Statistical analysis revealed insiginificant difference (p>0.05) of placental HIF-1a concentration between the early preeclampsia pregnancies and the normal ones although there’s a tendency of the level being higher for the former. HIF-1a might not be involved in the development of early preeclampsia. Instead, its level in the placenta is affected by the syncytiotrophoblast damage due to inadequate spiral arteries remodeling that leads to a reduced amount of HIF-1a."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herniwaty
"ABSTRAK
Telah dilakukan isolasi dan pemurnian antibodi anti-AFP manusia dari serum kelinci yang diinduksi dengan cairan amnion manusia. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan antibody anti-AFP murni dari cairan amnion manusia yang dipergunakan untuk keperluan reaksi imun silang. Alfa-fetoprotein manusia diisolasi dan dimurnikan dari 100ml cairan amnion manusia dengan menggunakan kolom Cibacron-blue (F3GA). Setiap kali pemurnian dengan kolom Cibacron-blue dielusi dengan dua macam dapar yaitu dapar A dan dapar B. Protein AFP yang telah diisolasi dideteksi dengan cara elektroforesis (SDS-PAGE) untuk mengetahui barat molekul protein AFP tersebut. Alfa-fetoprotein yang telah diisolasi dikumpulkan untuk diliofilisasi, dan selanjutnya digunakan sebagai kontrol positif pada uji ELISA. AFP hasil liofilisasi untuk imunisasi kelinci. Amnion hasil liofilisasi adalah 1530,4 mg. Imunisasi kelinci dilakukan sebanyak 5 kali dengan selang waktu penyuntikan 10 hari. Penyuntikan dilakukan secara subkutan, dosis tiap kali penyuntikan adalah 1 mg amnion/ml yang dibagi menjadi 5 lokasi penyuntikan. Imunisasi pertama menggunakan ajuvan lengkap Freund. Serum kelinci hasil imunisasi dideteksi dengan uji ELISA untuk mengetahui keberhasilan imunisasi. Serum kelinci tersebut dimurnikan dengan kolom imunoafinitas CNBr yang dibebani AFP manusia. Fraksi tertinggi eluat kolom imunoafinitas dikumpulkan dan dipakai untuk uji ELISA pada penentuan titer antibody. Uji ELISA tersebut menggunakan serum laki-laki normal sebagai kontrol negative. Titer antibody anti-AFP manusia sebelum dimurnikan adalah 1024000 dan titer antibody anti-AFP manusia yang telah dimurnikan adalah 8000. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa antibody anti-AFP manusia cukup murni dan dapat digunakan untuk uji reaksi silang. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Febriana Sari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S31264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessy Hardjo
"Untuk mencapai kehamilan sehat dibutuhkan interaksi dalam kandungan yang baik antara ibu hamil dengan janin. Apabila terjadi gangguan, maka masalah pada kehamilan yang bersifat fatal seperti preeklamsia dapat terjadi. Banyak studi telah menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara rusaknya proses aktivasi invasi trofoblas dan masalah pada maternal vascular endothelium. Peranan penting sebuah faktor transkripsi bernama Hif-1⍺ penting untuk regulasi oksigen khususnya dalam kondisi hipoksia, dan dipercaya juga berperan penting pada terjadinya preeklamsia di kehamilan. Pada studi ini, 20 sampel jaringan plasenta terdiri dari 10 sampel dari kehamilan preeklamsi dan 10 sampel dari kehamilan normal dianalisis menggunakan ELISA untuk melihat peranan protein HIF-1⍺ dan diinterpretasikan untuk menunjukkan hipoksia pada kehamilan preeklamsi. Hasil dalam studi ini menemukan bahwa tidak ada hasil yang signifikan ketika dianalisa secara statistic (p>0,05), namun ada kecenderungan bahwa kadar HIF-1⍺ lebih tinggi dibanding kadar HIF-1⍺ yang ditemukan dalam plasenta kehamilan normal.

Healthy pregnancy requires successful appropriate interaction established between mother and the fetus. When this fails to occur, problems in pregnancy such as a life- threatening disorder called preeclampsia may occur. Many studies have shown high correlation between the development of preeclampsia with faulty trophoblast invasion and spiral artery remodelling at early weeks of gestation, that consequently led to placental ischemia. Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1⍺), an essential transcription factor for oxygen regulation induced in hypoxic environment, is believed to be important in the course of this disease. However, the exact mechanism of the pathogenesis of preeclampsia is still elusive. In this study, 20 tissue samples composed of 10 preeclamptic placenta and 10 normal pregnancy placenta were examined using ELISA Kit, with the aim to assess the HIF-1⍺ protein level and determine whether it could be used to demonstrate presence of persistent hypoxia in preeclampsia. The results demonstrated that there is no statistically significant difference between the HIF-1⍺ level in preeclamptic and normal placenta (p>0.05), but there is an evident tendency of the level in preeclampsia placenta to be elevated."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Tendi
"Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal. Penyebab dari terjadinya penyakit ini bervariasi termasuk karena adanya stres oksidatif. Oleh karena itu, salah satu cara pencegahan terjadinya penyakit ini adalah dengan mengurangi stres oksidatif dengan menggunakan obat atau senyawa yang dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan salah satunya katalase. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh durasi pemberian kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica) terhadap perubahan aktivitas spesifik enzim katalase dalam ginjal tikus yang mengalami hipoksia. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan kontrol positif berupa pemberian pirasetam, kontrol negatif berupa pemberian akuades dan kelompok yang lain dengan perlakuan pemberian kombinasi ekstrak selama 3 hari, 7 hari dan 14 hari. Penelitian menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan jumlah sampel sebesar 40 ekor. Setelah dilakukan analisis, ternyata tidak terdapat perbedaan bermakna pada semua kelompok yang diujikan (p=0.702). Dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak ini dengan durasi 3 hari, 7 hari dan 14 hari memiliki efek yang hampir sama dengan kontrol positif (pirasetam).

Chronic kidney disease is a disease that can be fatal. The cause of this disease is vary, including oxidative stress. Therefore, one of the way to prevent this disease to develop is to decrease the amount of oxidative stress by using drug or substance that can increase the activity of antioxidant enzymes such as catalase. This research is about the effect of the duration of using extract combination between Akar Kucing (Acalypha indica Linn) and Pegagan (Centella asiatica) on the specific change of catalase enzyme activity in hypoxic rat's kidney. This research uses an experimental design with positive control using pirasetam, negative control using aquades and the other groups with the using of extract combination for 3 days, 7 days and 14 days. The analysis will be done with Kruskal-Wallis analysis and the samples are 40 rats' kidneys. The result show that there is no difference between all of the experimental groups (p=0.702). As a conclusion, use of this extract combination for 3 days, 7 days and 14 days has an almost same effect with the positive control (pirasetam)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leslie Melisa
"ABSTRAK
Pendahuluan : Ginjal sensitif terhadap hipoksia karena memerlukan sekitar 20-25% dari total cardiac output harian. Hipoksia berperan penting dalam patogenesis penyakit ginjal kronis karena dapat memicu peningkatan stres oksidatif. Glutation (GSH) sebagai salah satu antioksidan intraseluler terbanyak dapat mencerminkan tingkat stres oksidatif di tingkat seluler (parameter stres oksidatif). Efek antioksidan dari akar kucing dan pegagan diduga dapat mengurangi pengunaan GSH oleh sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi pemberian teroptimal dari kombinasi kedua herbal tersebut dalam menanggulangi stres oksidatif.
Metode : Tikus diinduksi hipoksia selama 7 hari kemudian dibagi dalam 5 kelompok (kontrol positif yang diberikan pirasetam, kontrol negatif yang diberikan akuades, eksperimen 1, 2, dan 3 yang masing-masing diberikan kombinasi akar kucing 200 mg/kgBB dan pegagan 150 mg/kgBB selama 3, 7, dan 14 hari). Kadar GSH diukur setelah perlakuan.
Hasil & Diskusi: Data hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik (p<0,05). Namun berdasarkan rerata kadar GSH tiap kelompok, kelompok eksperimen 2 dan 3 menunjukkan kadar GSH yang lebih tinggi berturut-turut 12,8% dan 10,1% daripada kontrol positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kombinasi kedua herbal selama 7 dan 14 hari efektif dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi pada sel ginjal pascahipoksia. Durasi optimal pemberian kombinasi herbal adalah 7 hari.

ABSTRACT
Introduction : Hypoxia has an important role in the pathogenesis of chronic kidney disease because it can trigger oxidative stress. The antioxidant effect of akar kucing and pegagan is hypothetized to help reduce the utilisation of GSH (an intracellular antioxidant) in cells. This research aims to find the optimal duration of the combined extract of akar kucing and pegagan for overcoming the oxidative stress in kidney cells.
Method : After hypoxia, rats were divided into 5 groups (positive control - piracetam, negative control - aquades, experimental 1, 2, and 3 - a combination of 200 mg/kgBW akar kucing and 150 mg/kgBW pegagan each for 3, 7, and 14 days respectively). GSH level as the parameter of oxidative stress was then measured.
Discussion : The results from this research are not statistically significant. However, if compared by means of each study group, the 2nd and 3rd experimental group show higher GSH levels (12,8% and 10,1% respectively) than that of the positive control group. Thus, the combined extract of akar kucing and pegagan for 7 and 14 days prove to be effective in handling the oxidative stress in post-hypoxic kidney cells. The optimal duration is 7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soni Hartono
"Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan fungsi ginjal yang ireversibel. Stres oksidatif merupakan salah satu faktor utama dalam perkembangan penyakit ginjal kronik. Terdapat beberapa agen terapeutik yang dapat digunakan untuk menekan stres oksidatif, diantaranya adalah antioksidan. Beberapa herbal telah menunjukkan efek antioksidan dan dapat digunakan sebagai agen terapeutik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efikasi pemberian kombinasi Acalypha indica Linn pada dosis 200mg∙kgBB-1 dan Centella asiatica pada dosis 150mg∙kgBB-1 selama 3 hari, 7 hari, dan 14 hari untuk menekan stres oksidatif pada ginjal tikus Sprague dawley yang telah mengalami kondisi hipoksik selama 7 hari.
Efek dari herbal ini akan dibandingkan dengan plasebo dan Pirasetam dengan dosis 50mg∙kgBB-1 selama 7 hari, serta tikus yang tidak mengalami hipoksia. Kadar malondialdehida (MDA) pada ginjal tikus tersebut digunakan untuk mengukur tingkat peroksidasi lipid. Hasil menunjukkan bahwa pemberian herbal ini menunjukkan perbedaan bermakna (P<0.05) antara tikus yang diberikan kombinasi herbal ini selama 7 hari dengan tikus yang tidak mengalami hipoksia, tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok-kelompok tikus lain. Disimpulkan bahwa kombinasi Acalypha indica Linn dan Centella asiatica tidak mampu menurunkan kerusakan akibat peroksidasi lipid.

Chronic kidney disease is the irreversible damage on kidney function. Oxidative stress is a major factor on the progression of chronic kidney disease. A number of therapeutic agents could be used to supress oxidative stress, such as antioxidants. Some herbals have been shown to have antioxidant property and could be used as therapeutic agents. The aim of this study was to test the efficacy of a combined supplementation of Acalypha indica Linn at 200mg∙kgBW-1 and Centella asiatica at 150mg∙kgBW-1 for 3 days, 7 days, and 14 days to supress oxidative stress in the kidneys of Sprague dawley mice that have been exposed to hypoxic condition for 7 days.
The effect of these herbals was compared to placebo and Piracetam at 50mg∙kgBW-1 for 7 days, as well as mice not exposed to hypoxic condition. Malondialdehyde (MDA) concentration on the kidneys of these mice was used to measure the extent of lipid peroxidation. The result showed that supplementation of these herbals caused a significant difference (P<0.05) between mice given the herbals for 7 days vs mice not exposed to hypoxic condition, but no other significant difference is found among the mice. It is concluded that combined supplementation of Acalypha indica Linn and Centella asiatica did not manage to reduce lipid peroxidation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Amanda Nabilah
"ABSTRAK
Pendahuluan: Cengkih (Syzygium aromaticum) mengandung eugenol dipercaya
memiliki efek antioksidan untuk menangkal paparan radikal bebas. Penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan efek antioksidan cengkih terhadap kerusakan fungsi hati
tikus Wistar yang diinduksi oleh CCl4 dengan melihat kadar Malondialdehida (MDA)
hati sebagai hasil peroksidasi lipid. Metode: Tiga puluh enam tikus Wistar yang
berusia 12 minggu dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kontrol negatif (CCl4), kontrol
positif (CCl4 + α-tokoferol), dan 4 kelompok dengan pemberian CCl4 dan cengkih
selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Hasil: Digunakan uji One-way ANOVA
dengan uji perbandingan post hoc LSD. Didapatkan rerata kadar MDA (nmol/mg
protein) kontrol positif (0.0140), kontrol negatif (0.0098), 1 hari (0.0370), 3 hari
(0.0660), 5 hari (0.0849) dan 7 hari (0.0968). Terdapat perbedaan bermakna (p <0.05)
antar kelompok pada uji One-way ANOVA. Berdasarkan uji post hoc LSD,
peningkatan kadar MDA dibandingkan kontrol negatif signifikan (p<0.05) pada
cengkih 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Kesimpulan: Peningkatan kadar MDA
menandakan adanya peningkatan stress oksidatif pada kelompok yang diberikan
cengkih. Dengan demikian, cengkih bersifat hepatotoksik karena menyebabkan
kerusakan membran lipid.

ABSTRACT
Introduction: Clove (Syzygium aromaticum) contains eugenol as its main compound
known for its antioxidant effect against free radicals. This study was conducted to
investigate the antioxidant effect of Clove against CCl4-induced Wistar rats
hepatotoxicity by measuring liver Malondialdehyde (MDA) level as one of occuring
products of lipid peroxidation. Methods: Thirty–six Wistar rats at the age of 12–
weeks were divided into six groups: positive control (given CCl4 and α-tocopherol),
negative group (CCl4 only), and 4 groups were given CCl4 and clove extract for 1 day,
3 days, 5 days, and 7 days each. Results: One-way ANOVA with post hoc
comparisons (LSD) were performed across all groups. There was a significant
difference (p<0.05) in mean MDA level (nmol/mg protein) between positive control
(0.0140), negative control (0.0098), 1 day of clove (0.0370), 3 days clove (0.0660), 5
days clove (0.0849) and 7 days clove (0.0968). The mean MDA levels are
significantly higher (p<0.05) in groups that were given 1, 3, 5, and 7 days of clove
extract respectively than the negative control group. Conclusions: Higher MDA levels
in clove-given groups indicated increased oxidative stress caused by clove. Therefore,
clove has hepatotoxic effects in Wistar rats instead of antioxidant effects"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>