Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Aulia Herdiyana
"Cognitive Behaviour Social Skill Training dirancang untuk meningkatkan fungsi kognitif dan keterampilan sosial pada klien skizofrenia. Meliputi keterampilan mengidentifikasi pikiran dan perilaku negatif, melawan pikiran negatif dengan tanggapan rasional, mengubah perilaku negatif dengan memilih perilaku baru (komunikasi dasar) untuk dilatih, keterampilan komunikasi untuk menjalin persahabatan, dan mengatasi situasi sulit, evaluasi manfaat latihan (McQuaid, 2000; Jumaini, 2009).
Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah diperolehnya gambaran hasil penerapan terapi Cognitive Behaviour Social Skill Training pada klien halusinasi dan isolasi sosial dengan menggunakan pendekatan model hubungan interpersonal Peplau di ruang Yudistira Rumah Sakit dr Marzuki Mahdi Bogor. Penerapan Cognitive Behaviour Social Skill Training dilakukan pada 17 klien di ruang Yudistira mulai 9 September- 12 November 2013.
Hasil terapi Cognitive Behaviour Social Skill Training meningkatkan fungsi kognitif dan perilaku sosial serta menurunkan tanda dan gejala pada klien yang mengalam halusinasi dan isolasi sosial. Berdasarkan hasil penelitian perlu direkomendasikan bahwa terapi Cognitive Behaviour Social Skill Training dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa yang dapat digunakan pada klien yang mengalam halusinasi dan isolasi sosial.

Cognitive Behaviour Social skills training was designed to improve cognitive function, communication and social skills for in schizophrenia clients. Covers the skills to identify negative thoughts and behavior, resist negative thoughts with rational responses, changing negative behavior by choosing a new behavior (basic communication) for training, communication skills to build friendships, and cope with difficult situations, evaluation of the benefits of exercise (McQuaid, 2000; Jumaini, 2009).
Objective this final assignment was to found describing result of Application of cognitive behaviour social skills training therapy management on Social isolation and hallucinations client with interpersonal relationship Peplau Model approach in RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor. Application of cognitive behaviour social skills training therapy was done to 17 clients since 9 September-12 November 2013.
Finding was revealed cognitive behaviour social skills training exactly effective to improves cognitive function and social behavior and reduce the signs and symptoms of hallucinations. Base on this finding, recommended cognitive behaviour social skills training become to specialist standard therapy in psychiatric nursing and may used for hallucinations and social isolation clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Yudistira
"Pendahuluan : Infeksi tuberkulosis masih menjadi salah satu permasalah kesehatan di negara Indonesia. Prevalensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 100 per 100.000 populasi. Infeksi tuberkulosis muskuloskeletal terjadi dari 10% - 15% seluruh kejadian infeksi tuberkulosis di negara-negara non-industri, termasuk negara Indonesia. Sel punca telah dikembangkan menjadi harapan dan tantangan yang baru dalam pengobatan berbagai macam penyakit. Aplikasi sel punca mesenkimal dalam mengobati infeksi tuberkulosis masih menjadi hal yang kontroversial. Sel punca mesenkimal dipercaya memiliki efek immunomodulator yang efektif dalam rangka eradikasi kuman / antigen. Di dalam penelitian ini, kami melakukan penelitian ko-kultur Mycobacterium tuberculosis bersama dengan sel punca mesenkimal di dalam satu medium tunggal. Di dalam penelitian ini kami mengevaluasi interaksi sel punca mesenkimal bersama dengan kuman Mycobacterium tuberculosis. Dan hasil ini akan menentukan efek sel punca mesenkimal terhadap pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis.
Metode : M.tuberculosis strain H37Rv dilakukan kultur pada medium LJ selama 14 hari, diikuti dengan optimasi di dalam medium RPMI dalam waktu 3 hari, Sementara kultur Sel Punca Mesenkimal dilakukan di dalam medium RPMI selama 13 hari. Dilakukan ko-kultur M.tuberculosis sebesar 0.5 McFarland (104 cfu/ml) dan Sel Punca Mesenkimal sebesar 5000 sel/cm2 dalam medium (RPMI) di dalam Tc Flask 25 cc. Kelompok kontrol adalah M.tuberculosis 0.5 McFarland dalam RPMI dan Sel Punca Mesenkimal 5000 sel/cm2 dalam RPMI. Dilakukan penilaian Bakteri Tahan Asam (BTA), kultur kuman Mycobacterium tuberculosis, dan Polymerase Chain Reaction (PCR) pada pengamatan hari ke-3, ke-7, dan ke-9.
Hasil : Hasil BTA, PCR, dan kultur MTB ditemukan positif (+) pada kedua kelompok, yaitu kelompok kontrol MTB dan kelompok ko-kultur (perlakuan) pada pengamatan hari ke-3, ke-7, dan ke-9. Hasil BTA, PCR dan kultur MTB pada kelompok kontrol Sel Punca Mesenkimal ditemukan negatif (-) pada pengamatan hari ke-3, ke-7, dan ke-9. Tidak didapatkan perbedaan nilai Cyclus Threshold PCR dari ketiga kelompok (kelompok kultur MTB, kelompok kultur SPM, dan kelompok kokultur) dengan p=0.04 pada hari ke-3, p=0.07 pada hari ke-7, dan p=0.07 pada hari ke-9. Sulit ditemukan jumlah sel hidup SPM pada grup ko-kultur dibandingkan dengan grup kontrol SPM pada pengamatan hari ke-3 (p = 0.05), ke-7 (p = 0.05), dan ke-9 (p = 0.04).
Kesimpulan: Pada penelitian ko-kultur Sel Punca Mesenkimal bersama Mycobacterium tuberculosis, tidak didapatkan bukti eradikasi kuman Mycobacterium tuberculosis oleh Sel Punca Mesenkimal.

Background : Tuberculosis infection remains one of major health problems in Indonesia. Tuberculosis prevalence in Indonesia reaches 100 per 100.000 population in 2009. Musculoskeletal tuberculosis accounts for 10% - 15% among of all tuberculosis notifications in non-industrialized world, including Indonesia. Stem cells have been developed as new hope and chalenge on medical aspect in treatments of various disease. Mesenchymal stem cells applications in treating tuberculous infections remain controversial. Mesenchymal stem cells are believed to have effective immunomodulator properties in order to antigen eradication. In this study, we performed co-culture study to evaluate interaction between Mycobacterium tuberculosis and Mesenchymal stem cells in a single medium. And the result will define the effect of Mesenchymal stem cells to Mycobacterium tuberculosis growth.
Methods : M.tuberculosis H37Rv strain were cultured in LJ medium for 14 days, followed by optimization in RPMI medium for 3 days, while BMSCs culture was performed in RPMI medium within 13 days. 0.5 McFarland (104 cfu/ml) of M.tuberculosis and 5000 cells/cm2 of MSCs were co-cultured in single medium (RPMI) within 25 cc Tc Flask , 0.5 McFarland M.tuberculosis in RPMI and 5000 cells/cm2 MSCs in RPMI are being our control groups. Acid fast staining bacillli (AFB), PCR, TB culture were evaluated between the 3 groups in day 3, day 7, and day 9 of observation.
Result : AFB, PCR, and TB culture were found positive (+) in both TB control group and also the co-culture group (+) on day 3, day 7, and day 9 of observation. While the AFB, PCR, and TB culture in MSCs control group were found negative (-) in day 3, day 7, and day 9 of observation. Cyclus threshold PCR values between co-culture group and control groups were not significantly different (p>0.05). Viable Mesenchymal Stem Cells are hardly found in co-culture group compared with MSCs control group. The difference was found to be significant between co-culture group and th MSCs control group. (p<0.05).
Conclusion : In co-culture study, Mesenchymal Stem Cells do not affect Mycobacterium tuberculosis growth. Instead, Mycobacterium tuberculosis growth are increased in co-culture with Mesenchymal Stem Cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indriana Hikmatul Maftukhah
"ABSTRACT
Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus adalah patogen yang paling sering dilaporkan menyebabkan infeksi, terutama di ICU. Saat ini kedua bakteri tersebut sudah resisten terhadap berbagai antibiotik. Kasus resistensi bakteri terhadap antibiotik merupakan suatu masalah serius dalam dunia kesehatan. Data Cancer for Disease Prevention menunjukkan bahwa terdapat 13.300 pasien meninggal akibat infeksi bakteri yang resisten. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk menemukan antibiotik baru. Senyawa yang berpotensi sebagai antibiotik baru adalah asam galat dan amil galat. Kedua senyawa mempunyai potensi terapeutik yang menguntungkan, yaitu sebagai antibakteri, antidiabetes, antiinflamasi, antijamur, antikanker, antioksidan, dan antivirus. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri senyawa asam galat dan amil galat terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Pengujian dilakukan dengan metode disk diffusion. Kemudian diukur diameter zona hambatan yang ditimbulkan. Pada penelitian ini terdapat 10 perlakuan, yaitu gentamisin 10μg sebagai kontrol posititf, etanol 96% dan NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif, dan 7 variasi konsentrasi senyawa asam galat dan amil galat. Konsentrasi senyawa yang digunakan sebesar 16 mg/L, 32 mg/L, 64 mg/L, 128 mg/L, 256 mg/L, 512 mg/L, dan 1024 mg/L. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan. Data dari hasil penelitian tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji nonparametrik Kruskal Wallis. Oleh karena hasil uji Kruskal Wallis signifikan, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Berdasarkan uji Mann-Whitney terdapat hubungan signifikan secara statistik pada setiap konsentrasi asam galat terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa (p=0,037), asam galat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus (p=0.034), amil galat terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa (p=0,034), dan amil galat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus (p=0.034) dengan zona hambat 0 mm. Nilai p<0,05 menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara tujuh konsentrasi senyawa asam galat ataupun amil galat dengan kontrol positif gentamisin. Perbedaan yang bermakna ini menunjukkan bahwa kedua senyawa tersebut tidak memiliki efek antibiotik secara signifikan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus.

ABSTRACT
The bacteria Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus are the pathogens most commonly reported to cause infection, especially in the ICU. At present the two bacteria are resistant to various antibiotics. The case of bacterial resistance to antibiotics is a serious problem in the world of health. Cancer for Disease Prevention data show that there are 13,300 patients dying from resistant bacterial infections. Therefore, research is needed to find new antibiotics. Potential compounds as new antibiotics are gallic acid and amyl gallic. Both compounds have beneficial therapeutic potential, namely as antibacterial, antidiabetic, anti-inflammatory, antifungal, anticancer, antioxidant, and antiviral properties. This study aims to examine the antibacterial activity of gallic acid and amyl gallic compounds against Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus. Testing is done by the disk diffusion method. Then the diameter of the resistance zone is measured. In this study there were 10 treatments, namely 10 μg gentamicin as positive control, 96% ethanol and 0.9% NaCl as negative control, and 7 variations in concentrations of gallic acid and amyl gallic compounds. Concentrations of compounds used were 16 mg / L, 32 mg / L, 64 mg / L, 128 mg / L, 256 mg / L, 512 mg / L, and 1024 mg / L. Each treatment is carried out three repetitions. Data from the results of the study were not normally distributed, so a Kruskal Wallis nonparametric test was conducted. Because the Kruskal Wallis test results are significant, followed by the Mann-Whitney test. Based on the Mann-Whitney test, there was a statistically significant relationship on each gallic acid concentration on the growth of Pseudomonas aeruginosa (p = 0.037), gallic acid on the growth of Staphylococcus aureus (p = 0.034), amyl gallic on the growth of Pseudomonas aeruginosa (p = 0.034), and gallic acid on the growth of Staphylococcus aureus (p = 0.034), amyl gallic on the growth of Pseudomonas aeruginosa (p = 0.034), and Amyl error for the growth of Staphylococcus aureus (p = 0.034) with inhibition zone of 0 mm. A p value <0.05 indicates a significant difference between the seven concentrations of gallic acid or amyl gallic compounds with positive control of gentamicin. This significant difference shows that the two compounds do not have a significant antibiotic effect in inhibiting the growth of the bacteria Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Ananda Krisna
"Tujuan penelitian skripsi ini adalah mengetahui hambatan pertumbuhan bakteri Haemophilus influenzae dan Streptococcus pyogenes oleh antibiotik senyawa X Penelitian menggunakan metode disc diffusion test sesuai dengan pedoman Clinical Standard Laboratory Institute CSLI Pada kultur H influenzae dan S pyogenes dilakukan intervensi dengan alkohol dan senyawa X dalam tujuh konsentrasi berbeda Diameter zona hambatan yang ditimbulkan senyawa X pada setiap konsentrasi berbeda bermakna dengan kontrol Namun tidak ditemukan hubungan linier antara konsentrasi senyawa X dengan diameter zona hambatan pertumbuhan kedua bakteri tersebut Dengan demikian penambahan dosis senyawa X tidak berhubungan dengan aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan H influenzae dan S pyogenes.

The aim of this research is to find whether H influenzae and S pyogenes rsquo growth can be restricted by giving substance X We used the disc diffusion test method suggested by Clinical Laboratory Standards Institute CSLI On the cultures of the two bacterias we applied alcohol and seven different concentrations of substance X using antibiotic discs For each concentration of substance X given on both bacteries rsquo culture there is a statistically meaningful difference in diameter of growth restriction zone compared to control However we did not find a linear correlations between substance X concentrations and the diameter of growth restrictions on both bacteries Therefore adding substance X concentrations will not be giving a greater growth restriction effect."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wildan Rabbani Kurniawan
"Pneumonia adalah penyakit ISPB yang mempunyai angka kematian yang masih cukup tinggi di dunia dan juga Indonesia Dua bakteri penyebab utama penyakit ini adalah Klebsiella pneumoniae serta Streptococcus pneumoniae Antibiotik adalah pengobatan utama untuk kasus akibat kedua bakteri tersebut Penggunaan antibiotik yang dilakukan secara luas dan tidak tepat guna menyebabkan munculnya pola peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik yang biasa diberikan sehingga dibutuhkan golongan antibiotik baru yang masih efektif Senyawa X merupakan sebuah senyawa yang mengandung struktur cincin oksazol dan diduga mempunyai potensi untuk menjadi sebuah senyawa antibiotik baru yang masih efektif melawan berbagai bakteri Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bioaktivitas dari Senyawa X terhadap kedua bakteri tersebut serta apakah terdapat hubungan antara penambahan dosis dengan bioaktivitasnya Sebanyak 3 kultur dari masing masing bakteri sebagai ulangan diberikan perlakuan dengan metode disk difussion test Disk kosong ini diisi dengan aquades sebagai baseline alkohol 90 sebagai kontrol negatif serta Senyawa X dengan konsentrasi 2 4 8 16 32 64 dan 128 mg L sebagai perlakuan Indikator bioaktivitas adalah diameter hambatan pertumbuhan dari kedua bakteri Secara deskriptif didapatkan bahwa Senyawa X cenderung mempunyai bioaktivitas terhadap kedua bakteri sedangkan uji hipotesis Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peningkatan dosis Senyawa X dengan peningkatan bioaktivitasnya pada bakteri Streptococcus pneumoniae p 0 003 Namun pada bakteri Klebsiella pneumoniae tidak ditemukan hubungan yang bermakna p 0 133 Hasil penelitian ini membuktikan Senyawa X memiliki bioaktivitas terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae dan Streptococcus pneumoniae Namun hubungan yang bermakna terhadap peningkatan dosis Senyawa X dan bioktivitasnya hanya terjadi pada bakteri Streptococcus pneumoniae.

Pneumonia is one of the Upper Airways Infections which still has increasing mortality rate in Indonesia Two common pathogens causing this disease are Klebsiella pneumoniae and Streptococcus pneumoniae Antibiotics are the main therapy in this case A wide and irrational usage of those antibiotics brings the increasing antibiotics resistant pattern of both pathogens So that a new and effective antibiotic are needed Substance X an ocsazoles containing substance is now assumed being an effective antibiotic among many pathogens Therefore this study aims to understand the bioactivity of Substance X to both pathogens and to understand the relationship between the increasing dosage and their effect on the Substance X bioactivity There were 3 cultures of both pathogens and each of them is given disk diffusion test method to conduct the experiment The blank disk were then filled with aquades baseline alcohol 90 negative control and Substance X with 2 4 8 16 32 64 And 128 mg L concentration tested group The indicator of bioactivity in this study measured in growth inhibition diameter of both pathogens Descriptively the experiment shows Substance X has bioactivity to both pathogens Another hypothesis then tested using Kruskal Wallis shows a significant relationship between the increasing dosage of Substance X and the increasing bioactivity on Streptococcus pneumoniae p 0 003 but not on Klebsiella pneumoniae p 0 133 This study then can be concluded that Substance X has bioactivity to both Klebsiella pneumoniae and Streptococcus pneumoniae But the significant relationship between increasing dosage and bioactivity of Substance X can only be found on Streptococcus pneumoniae.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayuwidia Ekaputri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Senyawa X yang merupakan senyawa turunan Forbazol terhadap hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Kerja Senyawa X dinilai dengan mengukur diameter hambatan pada kultur yang diberikan disc antibiotik berisi Senyawa X.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat hubungan bermakna antara pemberian Senyawa X dengan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli; dan (2) Tidak terdapat hubungan signifikan antara perbedaan konsentrasi pemberian Senyawa X dengan hambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus, sedangkan terdapat hubungan signifikan antara kenaikan konsentrasi pemberian Senyawa X pada konsentrasi 64 mg/L dan 128 mg/L dengan hambatan pertumbuhan pada Eschericia coli.

The aim of this research is to know the effect of X Compound which is the derivative of Phorbazol compound towards growth inhibition of Staphyloccocus aureus and Escheria coli. Activities of X Compound were evaluated by measuring the inhibition diameter of the bacteria cultures which were given antibiotic discs containing X Compound.
The research results show that: (1) there is significance correlation between addition of X Compound to the growth of Staphylococcus aureus and Escheria coli, and (2) there is no significance correlation between diference concentrations of X Compound to the growth inhibation of Staphylococcus aureus. However, there is significance correlation beween the concentration of 64 mg/L and 128 mg/L to the growth inhibition of Escheria coli.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahdi Dewin Marzaini
"Salmonella typhi merupakan etiologi dari demam tifoid dan Shigella flexneri merupakan etiologi dari shigellosis. Kedua bakteri ini menginfeksi manusia melalui jalur fekal-oral dan menginvasi sistem gastrointestinal. Penyebab tersering dari terjadinya infeksi ini adalah konsumsi makanan yang tidak higienis. Infeksi bakteri ini umumnya terjadi di negara berkembang. Bakteri ini sudah mengalami peningkatan resistensi antibiotik, karena itu penemuan antibiotik baru sangat diperlukan. Salah satu substansi yang berpotensi sebagai antibiotik baru adalah senyawa X. Dalam penelitian ini, senyawa X diujikan kepada kedua bakteri tersebut dengan menggunakan metode disk diffusion testing. Bakteri dibagi menjadi 9 kelompok sesuai dengan jenis intervensinya, yaitu akuades, alkohol 98% sebagai kontrol, dan 7 jenis senyawa X berkonsentrasi 2 - 128 mg/l. Masing-masing kelompok berjumlah 3 sampel.
Hasil penelitian berupa diameter hambatan pertumbuhan bakteri tersebut. Uji Post-Hoc pada Salmonella typhi menunjukkan bahwa senyawa X mampu menghambat pertumbuhan (p = 0,000 - 0,002) namun tidak terdapat perbedaan antara intervensi senyawa X dengan berbagai konsentrasinya (p = 0,191 - 0,982). Uji Kruskal-Wallis pada Shigella flexneri antara seluruh jenis intervensi menunjukkan bahwa senyawa X tidak mampu menghambat pertumbuhan dan tidak terdapat perbedaan antara intervensi senyawa X yang berlainan konsentrasi (p = 0,185).

Salmonella typhi and Shigella flexneri are the etiology of typhoid fever and shigellosis respectively. Both infect humans via the fecal-oral route, invade the gastrointestinal system, and are common in developing countries. Antibiotic resistance of these bacteria has been increased. One substance that is potential as a new antibiotic is substance X. In this study, substance X is tested on both bacteria using the disk diffusion testing. Bacteria are divided into 9 groups according to the type of intervention, namely distilled water, 98% alcohol as a control, and 7 types substance X (2-128 mg/l). Each group consists of 3 samples.
The results are the diameters of bacterial growth inhibition. Post-Hoc test on Salmonella typhi shows that substance X is able to inhibit growth (p = 0.000 to 0.002) but there were no differences between the interventions of substance X with various concentrations (p = 0.191 to 0.982). Kruskal-Wallis test in Shigella flexneri between all types of interventions shows that substance X is not able to inhibit the growth and there are no differences between the intervention of substance X with various concentrations (p = 0.185).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Agnes Elsha Maria
"Shigella dysenteria merupakan etiologi dari shigellosis. Bakteri ini menginfeksi manusia melalui jalur fekal-oral dan menyerang sistem gastrointestinal. Sementara itu, Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu etiologi tersering kasus infeksi nosokomial khususnya pada penggunaan alat-alat kesehatan. Infeksi yang disebabkan oleh kedua bakteri ini masih banyak ditemukan di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Tata laksana definitif dalam mengatasi penyakit yang disebabkan oleh kedua bakteri ini adalah pemberian antibiotik adekuat. Akan tetapi, telah terjadi peningkatan resistensi antibiotik terhadap kedua bakteri ini, sehingga sangat diperlukan penemuan kandidat antibiotik baru. Kandidat antibiotik baru yang berpotensi mengatasi permasalahan ini adalah asam galat dan propil galat.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian aktivitas asam galat dan propil galat dalam menginhibisi pertumbuhan kedua bakteri tersebut dengan menggunakan metode disk diffusion test dan menilai diameter zona hambat yang terbentuk. Terdapat 10 jenis perlakuan terhadap bakteri-bakteri ini yaitu gentamicin 10 μg sebagai kontrol positif, NaCl 0,9% dan alkohol absolut teknis 96% sebagai kontrol negatif, dan 7 jenis masing-masing senyawa asam galat dan propil galat dengan konsentrasi 16 - 1.024 mg/L. Penelitian ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan (triplo).
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada zona hambat yang terbentuk (zona hambat = 0 mm) pada setiap konsentrasi asam galat dan propil galat. Uji Post-Hoc pada hubungan antara kontrol positif dan setiap konsentrasi asam galat dan propil galat diperoleh nilai p< 0,05 menunjukkan bahwa asam galat dan propil galat tidak dapat menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dan Staphylococcus epidermidis secara signifikan.

Shigella dysenteria is the etiology of shigellosis. This bacteria infect humans through the faecal-oral route and attack the gastrointestinal system. Meanwhile, Staphylococcus epidermidis is one of the most common etiologies in nosocomial infections, especially in the use of medical devices. Infection caused by these bacteria is still widely found in developing countries, one of which is Indonesia. Definitive therapy in treating diseases caused by these bacteria is the use of adequate antibiotics. However, there has been an increase in antibiotic resistance to these bacteria, so it is necessary to find new antibiotic candidates. New antibiotic candidates that have the potential to overcome this problem are gallic acid and propyl gallate.
In this study, the activity of gallic acid and propyl gallate in inhibiting the growth of both bacteria was tested by using the disk diffusion test and assessing the diameter of the inhibitory zone formed. There are 10 types of interventions, namely 10 μg gentamicin as positive control, NaCl 0.9% and absolute alcohol 96% as negative control, and 7 variety concentrations of gallic acid and propyl gallate (16 - 1.024 mg/L). This research was carried out with 3 repetitions (triplo).
The results of this study showed that there was no inhibitory zone formed (inhibitory zone = 0 mm) at any concentration of gallic acid and propyl gallate. Post-Hoc test on the comparation between positive control and each concentration of gallic and propyl gallate obtained p < 0.05 showed that gallic acid and propyl gallate could not significantly inhibit the growth of Shigella dysenteriae and Staphylococcus epidermidis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Irsha Adhari
"Asam galat dan oktil galat adalah senyawa yang telah banyak digunakan di berbagai industri. Asam galat dikenal memiliki manfaat terapeutik potensial sebagai antibakteri, antivirus, antijamur, anti-inflamasi, dan anti kanker. Mirip dengan salah satu turunannya, octyl gallate. Turunan asam galat ini yang memiliki 8 rantai karbon alkil, berfungsi sebagai antibakteri, antifugal, dan antioksidan kuat. Tingginya kasus resistensi Salmonella thypi dan Streptococcus pneumoniae memberi peluang untuk asam galat dan oktil galat sebagai alternatif antibiotik baru. Pengujian dilakukan dengan metode difusi cakram diikuti dengan mengukur zona hambat yang terbentuk. Salmonella thypi dan Streptococcus pneumoniae diuji dengan asam galat dan oktil gallate dengan konsentrasi 16 mg / L, 32 mg / L, 64 mg / L, 128 mg / L, 128 mg / L, 256 mg / L, 512 mg / L, dan 1024 mg / L. Setiap tes diulang tiga kali (triplo). Dalam tes ini, gentamisin disc 10 μg digunakan sebagai kontrol positif. Hasil penelitian ini dinyatakan dalam satuan mm berdasarkan zona penghambatan setiap senyawa. Dari hasil pengujian menggunakan 7 konsentrasi yang berbeda, asam galat dan oktil galat belum mampu menghambat aktivitas Salmonella thypi dan Streptococcus pneumoniae, karena zona hambat yang diamati adalah 0 mm hingga konsentrasi 1024 mg / L.

Gallic acid and octyl gallate are compounds that have been widely used in various industries. Gallic acid is known to have potential therapeutic benefits as antibacterial, antiviral, antifungal, anti-inflammatory, and anti-cancer. Similar to one of its derivatives, octyl gallate. This gallic acid derivative which has 8 alkyl carbon chains, functions as an antibacterial, antifugal, and strong antioxidant. High cases of resistance of Salmonella thypi and Streptococcus pneumoniae provide opportunities for gallic acid and octyl gallate as alternatives to new antibiotics. Tests carried out by the method of disk diffusion followed by measuring the zone of inhibition formed. Salmonella thypi and Streptococcus pneumoniae were tested with gallic acid and octyl gallate at concentrations of 16 mg / L, 32 mg / L, 64 mg / L, 128 mg / L, 128 mg / L, 256 mg / L, 256 mg / L, 512 mg / L, and 1024 mg / L. Each test was repeated three times (triplo). In this test, a 10 μg gentamicin disc was used as a positive control. The results of this study are expressed in units of mm based on the zone of inhibition of each compound. From the test results using 7 different concentrations, gallic acid and octyl gallate have not been able to inhibit the activity of Salmonella thypi and Streptococcus pneumoniae, because the inhibited zone observed was 0 mm to a concentration of 1024 mg / L.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinny Chairunisa
"Siprofloksasin HCl, antibiotik golongan fluorokuinolon dengan profil bioavailabilitas yang buruk dan potensi efek samping, memerlukan solusi untuk meningkatkan aktivitas dan efikasinya. Liposom, sebagai pembawa obat telah terbukti meningkatkan aktivitas antibakteri dan menurunkan toksisitas banyak senyawa antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek enkapsulasi liposom pada aktivitas antibakteri siprofloksasin HCl terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hidrasi lapis tipis dan ekstrusi bertingkat untuk preparasi liposom siprofloksasin HCl dan metode dilusi cair untuk penentuan konsentrasi hambat minimum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (KHM) larutan siprofloksasin HCl terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 62,5 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 125 ppm. Untuk konsentrasi bunuh minimum (KBM) larutan siprofloksasin HCl terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 62,5 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 125 ppm sedangkan konsentrasi bunuh minimum suspensi liposom siprofloksasin HCl terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 31,25 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 62,5 ppm. Berdasarkan hasil uji in vitro tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa enkapsulasi liposom dapat meningkatkan aktivitas antibakteri siprofloksasin HCl terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa.

Ciprofloxacin HCl, a fluoroquinolone antibiotic which has poor bioavailability profile and many side effects, requires a way to enhance its activity and effication. Liposomes as drug carriers had been proven to improve the activity and decrease the toxicity of various antibiotics. This study aimed to determine the effect of liposome encapsulation on antibacterial activity of Ciprofloxacin HCl against Pseudomonas aeruginosa and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. The method used in this study was a thin layer hydration method and stepwise extrusion for preparation of ciprofloxacin HCl liposome and liquid dilution method for determination of minimum inhibitory concentration.
The result of this research showed that the minimum inhibitory concentration (MIC) for ciprofloxacin HCl solution againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 62,5 ppm and when againts Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 125 ppm. Minimum bactericidal concentration (MBC) for ciprofloxacin HCl solution againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 62,5 ppm and when againts Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 125 ppm while the minimum bactericidal concentration for ciprofloxacin HCl liposomal suspension againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 31,25 ppm and when againts Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 62,5 ppm. Thus, the conclusion that can be drawn is liposome encapsulation improved ciprofloxacin HCl’s antibacteria activity againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>