Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Farhanah
"Anemia merupakan salah satu penyebab dari sebagian permasalahan gizi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data Riskesdas, prevalensi kejadian anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 11,7% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 22,7% pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berusia 15-18 tahun. Jumlah sampel penelitian sebanyak 1113 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 28,4%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia (p=0,030). Namun,tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi TTD, daerah tempat tinggal, paparan asap rokok, status pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pendidikan remaja, dan jumlah anggota keluarga.

Anemia is one of causes the nutrition problems in the world, especially in developing countries like Indonesia. According data of Riskesdas, the prevalence of anemia on adolescent girl in Indonesia was 11,7% in 2007 dan increased to 22,7% in 2013. This study aims to determine the factors associated to anemia on adolescent girl in Indonesia. This study using cross sectional study design based on data of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018. The sample in this study, were all adolescent girls aged 15-18 years there are 1113 respondents. The result of this study showed the prevalence of anemia in adolescent girls aged 15-18 years in Indonesia was 28,4%. The statistical test result show a significant relationship between nutritional status with anemia (p= 0,030). However, there was no significat relationship between iron supplement consumption, area of residence, exposure of cigarette smoke, father’s employment status, mothers education, adolescent education dan number of family members.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Della Patrisia Pramesti
"Latar Belakang: Prevalensi stunting di Provinsi DKI Jakarta dan beberapa kabupaten/kota di dalamnya masih berada di atas 20 berdasarkan beberapa riset berbeda di tahun 2013, 2015, dan 2016. Stunting masih menjadi masalah gizi di wilayah tersebut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita 6-59 bulan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2016.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional ini menggunakan data sekunder yaitu data Pemantauan Status Gizi 2016. Penelitian ini menggunakan sampel sejumlah 1562 balita untuk menganalisis 10 faktor risiko stunting.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting dalam penelitian ini sebesar 21.1. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian stunting diantaranya adalah usia balita POR = 1.62, 95 CI = 1.23-2.12, jumlah balita dalam rumah tangga POR = 3.24, 95 CI = 1.08-9.71 , dan pendidikan ibu POR = 1.52, 95 CI = 1.18-1.95.
Kesimpulan: Prevalensi stunting di Provinsi DKI Jakarta dalam penelitian ini masih diatas 20 dan hanya ada tiga faktor risiko yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan kejadian stunting.

Background: The prevalence of stunting in DKI Jakarta Province and some districts were still above 20 based on different researches in 2013, 2015, and 2016. Stunting was still a nutritional problem in the region.
Objective: This study aimed to determine the factors that associated with stunting among children aged 6 59 months in DKI Jakarta Province 2016.
Methods: This quantitative research with cross sectional study design used secondary data, Pemantauan Status Gizi 2016. This research used 1562 children under five years as samples to analyze the 10 risk factors of stunting.
Results: This study showed that the prevalence of stunting in this study was 21.1. The analysis result showed that significant factors related to stunting were child rsquo s age POR 1.62, 95 CI 1.23 2.12, number of children under five years in household POR 3.24, 95 CI 1.08 9.71, and mothers education POR 1.52, 95 CI 1.18 1.95.
Conclusion: The prevalence of stunting in DKI Jakarta Province in this study is still above 20 and there are only three risk factors that have statistically significant association with stunting.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Awaliya Fitri
"Anemia merupakan kondisi konsentrasi hemoglobin (hb) darah lebih rendah dari
normal, dan telah memengaruhi berbagai populasi termasuk remaja putri. Remaja putri
usia 10-14 tahun memiliki risiko tinggi untuk mengalami anemia yang dapat
memengaruhi perkembangan kognitif dan motorik seperti gangguan kapasitas fisik dan
kinerja dalam belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi anemia
dan faktor-faktor yang berhubungan berdasarkan status menstruasi, perilaku konsumsi
makanan hewani, perilaku konsumsi makanan berlemak, status gizi, perilaku konsumsi
tablet tambah darah, status pendidikan, status pekerjaan ayah, dan daerah tempat tinggal
pada remaja putri usia 10-14 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data
sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-14 tahun di Indonesia
sebesar 25,4%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian anemia pada penelitian ini
adalah status menstruasi (p value= 0,035) dan konsumsi makanan hewani (p value=
0,002). Perlu adanya program edukasi dan konseling remaja putri mengenai kesehatan
seperti gizi seimbang dan anemia agar remaja putri lebih sadar akan kesehatannya.

Anemia is a condition of hemoglobin (hb) concentration lower than normal, and
has affected various populations including adolescent girls. Adolescent girls ages 10-14
years have a high risk for anemia which can affect cognitive and motoric development
such as impaired physical capacity and work performance. This study aims to determine
the prevalence of anemia and related factors based on menstrual status, consumption of
animal foods behavior, consumption of fatty food behavior, nutritional status, iron
supplements consumption behavior, education status, father's employment status, and
area of residence in adolescents girls ages 10-14 years in Indonesia. This study uses
secondary data obtained from Riskesdas 2018 with a cross sectional study design. The
results of the study stated that the prevalence of anemia in adolescent girls ages 10-14
years in Indonesia was 25.4%. Variables that have a significant relationship with the
incidence of anemia in this study are menstrual status (p value = 0.035) and consumption
of animal foods (p value = 0.002). It needs educational programs and counseling on health
for adolescent girls such as balanced nutrition and anemia, so they can aware for their
health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheyla Nisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi protein hewani, status gizi, dan faktor lainnya dengan kejadian anemia pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia tahun 2018. Desain penelitian menggunakan metode cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret – juli 2020. Populasi pada penelitian ini adalah wanita usia subur berusia 16 – 49 tahun di Indonesia. Total sampel sebanyak 11.250, namun yang termasuk kedalam kriteria inklusi sebanyak 4.245 sampel. Variabel yang diteliti yaitu konsumsi protein hewani, status gizi, penggunaan alat kontrasepsi, paritas, pendidikan responden, pekerjaan kepala keluarga dan wilayah tempat tinggal. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menyatakan prevalensi anemia pada WUS di Indonesia sebesar 21,4%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara status gizi (p = 0,031), penggunaan alat kontrasepsi (p = 0,001), paritas (p = 0,002), dan pendidikan responden (p = 0,001) dengan kejadian anemia pada WUS. Sedangkan tidak ada hubungan antara konsumsi protein hewani, pekerjaan kepala keluarga, dan wilayah tempat tinggal dengan kejadian anemia pada WUS. Untuk mengurangi angka kejadian anemia pada WUS di Indonesia, disarankan untuk dilakukan kerjasama lintas sektor dalam mengembangkan intervensi yang tepat dan memberikan intervensi khusus mengenai bahaya anemia.

This study aims to determine the relationship between animal source foods consumption, nutritional status, and other factors with anemia among women of childbearing age (CBA) in Indonesia. A cross-sectional study was conducted using data from the Riskesdas 2018 in March - July 2020. The population in this study is women of childbearing age aged 16 - 49 years in Indonesia. Data of a total CBA was 11.250 samples, and 4.245 samples were included to the analysis. The variables studied is the animal source food consumption, nutritional status, contraceptives use, parity, respondent education, occupation of head of household and type of residence. Bivariate analysis was conducted using chi square test. The results of this study stated the prevalence of anemia in CBA was 21,4%. Statistical analysis found that there was a relationship between nutritional status (p = 0,031), contraceptives use (p = 0,001), parity (p = 0,002), and respondent education (p = 0,001) with anemia among CBA. While, there is no relationship between the animal source foods consumption, occupation of head of household, and type of residence with anemia among CBA. To reduce this incidence, multisectoral cooperation is recommended to develop appropriate interventions and provide specific interventions regarding the negative impact of anemia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"ABSTRAK
Menyusui merupakan salah satu intervensi dari gerakan 1000 hari pertama kehidupandengan target selama 2 tahun, tetapi target ini masih jauh dari kenyataan yang ada. Secaraglobal 74 anak disusui sampai usia 1 tahun, di Afrika 70 anak disusui sampai usia 1tahun, di Amerika 45 anak disusui sampai uisa 2 tahun dan di Indoneisa 56,7 anakdisusui sampai usia 23 bulan, sedangkan targetnya 80 anak disusui sampai uisa 1 tahundan 60 sampai usia 2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubunganpekerjaan ibu dengan lama menyusui di Indonesia tahun 2013. Desain penelitian adalahcross-sectional. Sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki anak usia 0-23 bulan denganmenggunakan data Riskesdas tahun 2013. Data dianalisis dengan survival analisis secaraunivariabel, bivariabel dan multivariabel. Ibu tidak bekerja 65,05 , umur ideal 76,95 , berstatus kawin 99,81 , berpendidikan tamat SLTA 30,67 , melahirkannormal 90,38 dan ekonomi kaya 22,38 . Secara bivariat terdapat hubungan yangbermakna antara pekerjaan ibu p=0,023 dan proses lahir p=0,004 dengan lamamenyusui di Indonesia tahun 2013. Secara multivariable diketahui tidak hubunganpekerjaan ibu dengan lama menyusui setelah dikontrol variabel covariat di Indonesiatahun 2013. Direkomendasikan kepada Kemenkes agar memperkuat kegiatan konselorASI serta melakukan pelatihan kepada tenaga yang ada didaerah dan melakukan advokasidengan dinas tenaga kerja. BKKBN agar melakukan advokasi dengan pemerintah daerahuntuk memberikan informasi tentang pentingnya menyusui sebagai salah satu jeniskontrasepsi dan peneliti selanjutnya agar mengeksplorasi variabel yang lebih kompleks.

ABSTRACT
Breastfeeding is one of the interventions of the first 1000 day movement of life with atarget of 2 years, but this target is still far from reality. Globally 74 of children arebreastfed to 1 year of age, in Africa 70 of children are breastfed to 1 year of age, inAmerica 45 of children are breastfed to 2 years of age and in Indonesia 56.7 ofchildren are breastfed until the age of 23 months, while the target is 80 childrenbreastfed to 1 year of age and 60 to 2 years of age. This study aims to determine therelationship of mother 39 s work with the duration of breastfeeding in Indonesia in 2013. Theresearch design is cross sectional. The sample of the research is the mother who haschildren aged 0 23 months using Riskesdas data in 2013. The data were analyzed withunivariable, bivariable and multivariable survival analysis. Mother not working 65.05 , ideal age 76.95 , married status 99.81 , high school graduated 30.67 ,normal 90.38 and rich 22.38 . Bivariat, there were significant relationship betweenmother work p 0,023 and birth process p 0,004 with duration of breastfeeding inIndonesia year 2013. Multivariable is known not relationship of mother 39 s job with longbreastfeeding after controlled by covariat variable in Indonesia 2013. Recommended tothe Ministry of Health to strengthen the activities of ASI counselors and to train theexisting personnel in the area and to advocate with the labor service. BKKBN to advocatewith local governments to provide information on the importance of breastfeeding as onetype of contraception and subsequent researchers to explore more complex variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Lastyana
"Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh kembang anak di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi pada masa emas ini bersifat irreversible (tidak dapat pulih), sedangkan kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Wasting adalah suatu keadaan kekurangan gizi akut pada balita. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) merupakan indeks antropometri yang mengindikasikan terjadinya wasting. Wasting secara langsung disebabkan karena asupan gizi inadekuat dan penyakit infeksi pada anak sedangkan secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, pola asuh, ketersedian pangan serta faktor budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder Program Perencanaan Gzi (PPG) 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa variabel status garam beryodium, jenis kelamin dan asupan zat besi berhubungan secara signifikan dengan kejadian wasting pada balita dengan (p = 0,027, 0,039 dan 0,013) pada α = 0.05. Hasil uji multivarat menunjukkan bahwa variabel status garam beryodium dan jenis kelamin balita merupakan faktor dominan kejadian wasting pada balita. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan perlu adanya pembaharuan program yang terintegrasi dan multisektoral untuk menanggulangi kejadian wasting pada balita, terutama program-program untuk balita.

The nutritional status of children under five is an important thing that every parent should know. The need for more attention to the development of children at the age of five is based on the fact that malnutrition during this golden period is irreversible, while malnutrition can affect children's brain development. Wasting is a condition of acute malnutrition in toddlers. Body weight for height (BW / TB) is an anthropometric index that indicates the occurrence of wasting. Wasting is directly caused by inadequate nutritional intake and infectious diseases in children, while indirectly it can be influenced by socio-economic factors, parenting styles, food availability and cultural factors. This research is a quantitative study using secondary data from the 2019 Gzi Planning Program (PPG). The research design used is cross-sectional. The results of the bivariate analysis using the chi square test showed that the variables of iodized salt status, gender and iron intake were significantly associated with the incidence of wasting in children under five (p = 0.027, 0.039 and 0.013) at α = 0.05. The results of the multivariate test showed that the variables of iodized salt status and the gender of the children under five were the dominant factors in the incidence of wasting in children under five. Therefore, the government, in this case the health department, needs an integrated and multisectoral program renewal to tackle the incidence of wasting in toddlers, especially programs for toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Aulia Ramadhan
"Stunting mempengaruhi perkembangan kognitif yang menyebabkan gangguan kognitif untuk jangka panjang. Status gizi yang rendah pada anak yang masih dalam perkembangan otaknya akan berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika perubahan kondisi stunting dalam kelompok balita usia 3-5 tahun terhadap kemampuan kognitif usia 10-12 tahun. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder berbasis komunitas (Community based study) dikenal dengan nama Indonesian Family Life Survey (IFLS), yang merupakan survei longitudinal atau populasi tetap kohort yang awalnya mencakup 13 provinsi di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data IFLS 4 (2007) dan IFLS 5 (2014). Didapatkan sebanyak 459 anak yang merupakan sampel tindak lanjut IFLS 4 dan IFLS 5. Perhitungan bobot koreksi digunakan dalam analisis ini. Teknik analisis yang digunakan adalah chi square dan regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan terdapat beberapa kelompok, yaitu kelompok anak yang dapat memperbaiki kondisi stunting sebanyak (15,92%), kelompok terjadi stunting pada masa anak sebanyak (14,40%) dan kelompok terjadi stunting pada masa balita dan tetap stunting sebanyak (8,26%), sisanya adalah anak-anak yang tumbuh normal (61,42%). Hasil analisis lebih lanjut menggunakan regresi logistik ganda bahwa kelompok terjadi stunting pada masa balita dan tetap stunting dengan adjusted OR 1,52 (CI : 0,728 - 3,195), kelompok terjadi stunting pada masa anak dengan adjusted OR 1,17 (CI : 0,629 - 2,187) dan kelompok anak yang dapat memperbaiki kondisi stunting dengan adjusted OR 1,69 (CI : 0,894 - 3,220) berisiko memperoleh kemampuan kognitif kurang dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh normal setelah dikontrol status pekerjaan ibu, kebiasaan makan protein hewani, riwayat penyakit diare dan pendidikan pra SD. Berdasarkan temuan dari penelitian ini, meningkatkan pelaksanaan skrining secara rutin status gizi balita sampai dengan usia anak sekolah 7-12 tahun dapat mengurangi dampak dan memberikan intervensi lebih awal terhadap anak tersebut. Meningkatkan program food family terutama mengenai konsumsi makanan mengandung protein hewani seperti telur, ikan, daging dan susu. Menambah alat ukur tes IQ untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak seperti Raven’s Intelligence Test dimulai dari usia 7 tahun. Meningkatkan program pencatatan dan informasi kesehatan remaja dalam My Health Report Book terutama mengenai pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Stunting affects cognitive development has led to long-term cognitive impairment. undernourished status in children who were developing their brains will have an impact on the low quality of human resources. The purpose of this study is to determine the dynamics of changing conditions of stunting in the 3-5 year age group on cognitive abilities at 10-12 years of age in Indonesia. This research is a community-based secondary data analysis known as the Indonesian Family Life Survey (IFLS), which is a longitudinal or fixed population cohort survey that originally covered 13 provinces in Indonesia. The data used in this study are IFLS 4 (2007) and IFLS 5 (2014) data. There were 459 children who were follow-up samples of IFLS 4 and IFLS 5. Calculation of correction weight was used in this analysis. The analysis technique used is chi-square and multiple logistic regression. The analysis results have several categorized participants as stunted in a toddler but not childhood (catch-up) (15.92%), stunted in childhood (14.40%), stunted in a toddler and childhood (8,26%), and not stunted (61.42%). The analysis results used multiple logistic regression that stunted in a toddler and childhood adjusted OR 1.52 (CI: 0.728 - 3.195), stunted in childhood adjusted OR 1.17 (CI: 0.629 - 2.187), and stunted in a toddler but not childhood (catch-up) adjusted OR 1.69 (CI: 0.894 - 3.220) have risk were ability cognitive lower compared as not stunted when adjusted for mother’s work status, animal protein eating habits, history of diarrhea and attended preschool. Based on findings from this study, increasing the implementation of the routine screening of nutritional status of toddlers until school children at 10-12 years of age can reduce the impact and provide early intervention against the children. Increase the food family program, especially regarding the consumption of foods containing animal protein such as eggs, fish, meat, and milk. Adding an IQ test measuring tool to improve children's cognitive abilities such as the Raven's Intelligence Test starting at the age of 7 years. Increasing the health recording and information program in My Health Report Book, especially regarding monitoring child growth and development"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library