Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nidya Permatadewi Laksmana
"ABSTRAK
Anak-anak merupakan pribadi yang memiliki perspektif yang unik dalam melihat sebuah ruang. Namun, anak-anak sering dianggap sebagai pribadi yang tidak kompeten dalam mengambil keputusan. Hal ini berdampak pada kurangnya pelibatan anak-anak dalam proses desain walaupun mereka adalah pengguna utama dari desain. Skripsi ini bertujuan untuk memahami lebih jauh bagaimana akhirnya proses desain yang melibatkan anak-anak dapat menghasilkan ruang yang baik untuk anak-anak. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perancangan partisipatorisdimana pendekatan ini memberiruang untuk semua orang berbicara dan menyampaikan pendapat mereka. Pendekatan desain ini memungkinkan anak-anak untuk terlibat dalam proses desain. Dengan melibatkan anak-anak dalam prosesnya, karakteristik komponen permainanseperti apa yang hadirdan bagaimana karakteristik tersebut dapat membantu anak-anak dalam tumbuh dan berkembang secara fisik dan mental. Ruang bermain anakdi lingkungan mereka akan menjadi fokusan utama dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan kecenderungan anak-anak yang tidak lagi memiliki ketergantungan untuk berkegiatan di lingkungan sekitarnya. Hal itu bertolak belakang pada kenyataan bahwa bereksplorasi dalam konteks lingkungan sekitar dibutuhkan oleh anak-anak untuk membantu tumbuh kembang mereka.

ABSTRACT
Children are individuals that have their unique perspective on how they see some space. However, children are often seen as individuals who are not competent in making decisions. This has an impact on the lack of involvement of children in the design process even though they are the main users of the design. This thesis aims to understand how the design process that involves children can produce good space for children. Participatory designis an approach that gives voice for everyone to speak and express their own opinions. This design approach allows children to be involved in the design process. By involving children in the process, what kind ofplay component characteristics emerge, and how these characteristics can help children grow and develop physically and mentally. Children's playroomsintheir environment will be the main focus in writing this thesis. This is due to the tendency of children who no longer tend to engage with their surrounding environment. In fact, exploring their surrounding environment is needed by children to help their growth and development."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Maudy Clevanya Suprayogi
"Perkembangan kota sering menyebabkan ketidakpedulian mengenai kondisi ekologis kota dan menyebabkan kota menderita karena kurangnya area hijau. Sebagai ruang yang menyediakan fungsi ekologis terhadap sekitarnya, kurangnya ruang terbuka hijau mengakibatkan kurangnya penyerapan tanah, dan menghasilkan ketidakstabilan ekologis. Taman Maju Bersama sebagai program ruang terbuka hijau terbaru yang disediakan oleh pemerintah daerah Jakarta, diharapkan dapat memperbaiki kondisi ekologis lingkungan dan dengan keberadaanya tersebar di seluruh Jakarta, taman-taman tersebut diharapkan dapat memberikan perbaikan terhadap kondisi ekologis kawasan kota. Diskusi ini akan membahas satu Taman Maju Bersama yang beroperasi, terletak pada Kampung Pedaengan di Jakarta Timur, untuk mengevaluasi apakah desain mencerminkan prinsip-prinsip Ecological Democracy oleh Randolph T. Hester (2006) untuk menghasilkan fungsi ekologisnya. Oleh karena itu, penelitian ini menyiratkan bagaimana Taman Maju Bersama Pedaengan menyediakan tempat untuk melakukan kegiatan bersama alam yang juga berkelanjutan dan memberi masyarakat rasa memberi masyarakat rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap taman sehingga menumbuhkan rasa kesatuan antara masyarakat dan lingkungnannya, yang mengarah pada perbaikan ekologi.

Urban development often leads to the ignorance of the ecological conditions in the city and causes the city to suffer from the lack of green area. As a space that provides ecological functions towards its surrounding, lack of green open spaces resulted in the lack of land absorption, hence ecological instability. Taman Maju Bersama as the newest green open space program provided by Jakartas local government, are expected to be able to improve the ecological conditions of the neighbourhood and with its existence spread throughout Jakarta, the parks are expected to provide improvements towards the ecological conditions of the city. The discussion will address one operating Taman Maju Bersama that is located in Kampung Pedaengan in East Jakarta, to evaluate whether the design reflects the principles of Ecological Democracy by Randolph T. Hester (2006) to generate its ecological functions. Therefore, the study implies how Taman Maju Bersama Pedaengan provides a place to conduct activities alongside nature that is also sustainable and gives the community a sense of belonging and responsibility to the park so that it fosters a sense of oneness between the community and its environment, which leads towards ecological improvement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linga Luana Zhafirah
"Ruang publik yang baik merupakan hak setiap penduduk kota. Namun, perempuan seringkali mengalami ketidakadilan di ruang publik. Para feminis berpendapat bahwa kota dirancang oleh pria untuk pria, dan mengabaikan kebutuhan perempuan, salah satunya ketersediaan toilet publik. Sedangkan, di jaman sekarang perempuan memiliki partisipasi besar di ruang publik. Maka itu, tersedianya toilet publik bagi mereka penting untuk menunjang kegiatannya. Perempuan memiliki rasa takut akan kejahatan yang lebih tinggi dari pria akibat banyaknya kasus kekerasan terhadap mereka. Toilet publik menjadi salah satu tempat yang berbahaya bagi perempuan. Hal ini membatasi kebebasan mereka bergerak di ruang publik. Maka itu, defensible space penting untuk mencegah terjadinya kejahatan, karena defensible space berperan sebagai pencegahan terjadinya kejahatan melalui desain. Kota Tua adalah kawasan wisata populer di Jakarta yang merupakan peninggalan jaman penjajahan Belanda. Namun, Kota Tua kurang aman karena angka kejahatan di sana relatif tinggi. Ini bertolak belakang dengan upaya pemerintah untuk menjadikan Kota Tua destinasi wisata. Maka, skripsi ini bertujuan untuk melihat apakah toilet publik di Kota Tua rawan kejahatan dan memicu rasa takut akan kejahatan pada perempuan, dan apakah ada konsep defensible space disana untuk mencegah terjadinya kejahatan?

City needs to provide public space with good quality. It is every residents rights to have access to physical space in the city. However, women still experience inequalities in public spaces when it comes to living in a city. Feminists often argue that cities are made for men by men, and tend to neglect the needs of womens public toilet provision. Whereas women have more complicated mobilization in a city than men, hence public toilets are necessary to support their activities. Women have a higher fear of crime in public space than men due to widespread of violence against them. Public toilets are one of the places that can be dangerous for women. This hinders them from using public space in a city freely. Hence, defensible space concept is necessary to prevent possible unwanted incidents. Kota Tua (Jakarta Old Town) is a neighborhood in Jakarta that traces back to the Dutch colonial era in the 17th century. It is now one of Jakartas heritage sites and is restored and revitalized to be one of Jakartas popular tourism site since 2006. However, research found that Kota Tua is not a friendly place for its high crime rate. This contradicts with the governments attempt to promote Kota Tua as Jakartas tourism destination. Therefore, this paper tried to see if public toilets in Kota Tua provide safety for women or not, and whether it is defensible.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Lirenzsa
"Menurut BPS 2017, Tambora merupakan salah satu area terpadat di Jakarta dengan jumlah penduduk 260.100 orang di dalam area seluas 5,4 km2. Salah satu hal yang menonjol di Tambora adalah keberadaan industri konfeksi berbasis hunian sebagai salah satu aktifitas ekonomi informal yang lazim ditemukan. Di dalam satu gang, kita dapat menemukan beberapa hunian yang melakukan kegiatan industri konfeksi di dalamnya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana para aktor dalam industri konfeksi berbasis hunian menegosiasi ruang untuk memenuhi kegiatan bekerja dan bertinggal dalam ruang yang terbatas. Mereka menegosiasi ruang dengan cara melakukan satu kegiatan di area yang sama terus-menerus, membagi-bagi fungsi ruang, dan meletakan objek-objek tertentu yang mendefinisikan kegiatan. Para pemilik usaha membangun rumah bertingkat dan secara ukuran lebih besar untuk menginjeksi aktifitas bekerja tanpa mengganggu privasi yang dibutuhkan oleh tiap keluarga. Proses negosiasi diekspansi hingga ke ruang publik sebagai respon dan adaptasi terhadap kesesakan di dalam hunian. Studi dilakukan untuk menonjolkan hubungan antara proses interupsi domestik dengan industri konfeksi berbasis hunian hingga ke area publik yang membentuk respon serupa sebagai karakteristik satu permukiman. Karakteristik yang terbentuk dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola permukiman dan memperbaikinya dengan menonjolkan industri konfeksi berbasis hunian sebagai salah satu kekhasan Tambora.

With the population is 260.100 (BPS 2017) and covers the area of 5.4 km2, Kampung Tambora was one of the highest density urban areas in Jakarta. This settlement is well known for its confection home-based industry that supports the livelihood of the community. In one alley, we can find several houses run the business of confection industry. Inside the house, women and men work and live together by means of negotiation with the limited space. This study aims to understand how all actors in confection home-based industry negotiate the space, as they have to fulfill both the domestic and working needs in a limited space. The study shows how they negotiate using spatial practice, placement of space function, and arrangement of objects to define the activities. They also create multi-stories house to inject working activities without interrupting the privacy of domestic needs. The negotiation process expanded into the communal alley as their way to adapt and cope with crowding. Therefore, this study also reveals how the domestic activities inside the house spatially interrupted the alley, which is considered as the public domain. As similar response done by other houses, this process of negotiation characterized the way of living at Kampung Tambora. The finding of this study in Kampung Tambora can be used to identify the pattern of home-base industry settlement and improve the living condition of similar type of settlements in other high dense kampungs in Jakarta.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Salsabila
"Perkampungan di Jakarta terbentuk dari hunian masyarakat setempat. Salah satu kampung di pesisir Jakarta, Kampung Marlina, menghadapi ancaman jangka panjang yang disebabkan oleh adanya proyek infrastruktur banjir pesisir pantai. Infrastruktur tersebut menjaga kawasan pemukiman tepi pantai serta berperan dalam pemekaran ruang kampung. Berdasarkan kondisi tersebut, penduduk setempat menerapkan unsur formal dan non-formal dalam keseharian mereka. Unsur non-formal yang menjadi ciri khas wilayah Kampung Marlina antara lain: faktor sosial-ekonomi, kehidupan para nelayan, dan banjir pesisir yang sering terjadi. Serangkaian analisa mengenai hubungan antara waktu, ruang, dan pengguna mengidentifikasikan adanya produksi spasial yang spesifik di kampung tersebut. Produksi spasial ini harus dapat mengadaptasikan nilai penggunaan ruang dengan kehadiran teknologi anti-banjir guna memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat.

In Jakarta, kampungs exist from the community that dwells. Kampung Marlina, situated on Jakarta's coast, confronts a long-term threat of coastal flooding infrastructures. While guarding the waterfront settlement areas, the infrastructure implementation also plots over the kampung's spatial expansion. Following the condition, locals incorporate formality and informality into their daily routines. The unique socio-economic elements of its fisherfolks and coastal flooding recurrences unfold as Kampung Marlina's localities. A set of analyses regarding time, space, and users allows the identification of specific spatial production of Kampung Marlina. Here, spatial production necessitates appropriating readily available anti-flooding technologies and exchanging them for other use-values to meet the community's daily needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Ayu Siti Fathimah
"Neoliberalisme merupakan sebuah paham ekonomi-politik yang penerapannya banyak memberi pengaruh pada segala aspek di masyarakat, seperti pada bidang ekonomi, politik, sosial, dan bahkan arsitektur. Penerapan kebijakan dengan nilai neoliberal dalam konteks spasial, seperti arsitektur dan urban ini, bisa tercerminkan dalam kondisi ruang publik di masa ini. Penerapan neoliberalisasi ruang publik pun berpotensi memiliki dampak kualitas publicness suatu ruang publik. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan proses neoliberalisasi yang terjadi pada ruang publik, melakukan studi bagaimana penerapan nilai neoliberal yang terjadi pada elemen-elemen publicness, dan menganalisis bagaimana hubungan penerapan neoliberalisasi tersebut pada publicness ruang publik. Untuk mencapai poin-poin tujuan tersebut, tulisan ini akan menggunakan Taman Tribeca di Mal Central Park Jakarta sebagai studi kasus. Pembahasan dilakukan dengan melakukan studi lapangan dengan menggunakan metode studi literatur sebagai landasan poin-poin yang akan diulas dari studi kasus. Setelah dilakukan analisis pada Taman Tribeca, ditemukan bahwa penerapan neoliberalisasi banyak diwujudkan melalui komodifikasi dan dengan memprioritaskan kepentingan ekonomi. Hal ini terlihat dari keberadaan tenants di titik-titik tertentu pada taman. Secara keseluruhan, ditemukan bahwa perwujudan neoliberalisasi ini tercermin pada publicness taman ini dan memiliki keterkaitan dengan kualitas publicness yang terjadi.

Neoliberalism is an ideology which implementations has impacted various aspects in society, such as on aspects of economy, politics, social, and architecture. Implementation of policies with neoliberal values in spatial context, such as in architecture and urban contexts, can be reflected through the the current condition of public space. Implementation of process of neoliberalization in public space could potentially have an impact on the quality of publicness on a certain public space. Therefore, this study aims to identify the implementation of the process of neoliberalization that occurs in public space, study the ways of how neoliberal values are reflected on dimensions of publicness, and analyze how the implementations of the process of neoliberalization in public space correlates with the quality of publicness in said space. To achieve the goals of this study, Tribeca Park in Central Park Mall Jakarta is used as a study case to be analyzed. The discussion done in this study is done through methods of field study and literature study as the basis of the points that are reviewed in this discussion. As the result of the analysis done in Tribeca Park, it is found that the implementation of neoliberalization is commonly realized through commodification and by prioritizing economic interests. This finding is shown through the presence of tenants in certain points inside the park. Overall, this study found that the realization of neoliberalization in Tribeca Park is reflected on the quality of publicness in the park and correlates with the quality of publicness that exists in the park"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shadrina Amalia Adwani
"Saat ini, banyak kota yang sedang mengalami urbanisasi yang pesat. Fenomena ini terutama banyak terjadi di daerah pinggiran kota-kota besar dan dapat dikategorikan sebagai urban sprawl seperti yang telah terjadi di Depok, Indonesia. Akibat fenomena ini, banyak lahan dan danau yang semula berperan sebagai kawasan resapan air diubah dan direklamasi sehingga beralih fungsi menjadi kawasan terbangun. Fenomena ini kemudian menimbulkan masalah dan tantangan ekologis baik terhadap Depok maupun kota utamanya, Jakarta yang terutama terjadi terhadap tata air perkotaan. Masalah tata air perkotaan sendiri tidak dapat ditangani secara terpisah berdasarkan lokasinya di daerah tertentu, hal ini perlu ditangani secara keseluruhan dari daerah aliran sungai (DAS) dari hulu ke hilir. Tesis ini bertujuan untuk menunjukan kerusakan ekologis pada sistem tata air yang disebabkan oleh konversi lahan akibat perluasan perkotaan di Depok. Tesis ini akan lebih jauh menyoroti penurunan jumlah ruang terbuka hijau (RTH) di Depok yang jumlahnya terus menurun dari tahun ketahun, yang dimana RTH juga berfungsi sebagai daerah resapan air. Karena adanya masalah alih fungsi lahan, hal ini menghambat target Depok untuk mencapai 30% RTH berdasarkan regulasi yang ada.

Many cities are going through a massive urbanization. However, the many cases of urbanization happen in the fringes of the main cities and can be classified as an urban sprawl which one of the examples is in Depok, Indonesia. Due to this phenomenon, many lands and lakes that initially have the role of water recharge area are converted and reclaimed into a built-up area. This phenomenon then generates ecological issues and challenges to both the sprawl, Depok, and the main city, Jakarta, especially on the urban water system. The problem of the urban water system itself cannot be treated separately based on its location in particular districts. It needs to be addressed as a whole flow from the upstream to the downstream. This thesis aims to address the ecological damages in the water system caused by land conversion due to urban sprawling of Depok. This thesis further highlights the declining amount of urban open space (RTH) in Depok that acts as a water recharge area over the subsequent year due to land conversion and hindering its goal of reaching 30% urban open space (RTH) regulation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidina Rizki Chairunissa
"Budaya kafe adalah industri yang berkembang di kota-kota di seluruh dunia,
tidak terkecuali dengan ibu kota metropolitan Indonesia, Jakarta. Namun, spektrum sosioekonomi
Jakarta yang luas dan asuhan pasca-kolonial menggeser budaya kota Jakarta
menuju konteks urban dan sosial yang unik. Kesenjangan besar antara kelompok sosialekonomi
telah menciptakan masyarakat yang tersegregasi secara sosial, dan hal ini
diperkuat oleh rangka urban Jakarta yang dimodernisasi secara prematur. Hal ini
berdampak pada berkembangnya kafe-kafe di Jakarta sebagai tempat ketiga dan persepsi
terhadap kafe-kafe tersebut dari masyarakat Jakarta yang tersegregasi, Oleh karena itu,
skripsi ini mempelajari persepsi kafe sebagai tempat ketiga di antara warga Jakarta dan
bagaimana persepsi tersebut menyimpang epanjang spektrum sosial-ekonomi Jakarta —
bagaimana kafe itu berperilaku dalam konteks urban Jakarta yang unik. Skripsi ini juga
mempertanyakan persepsi terhadap kafe di antara warga Jakarta dan apakah kafe-kafe
tersebut telah memenuhi peran mereka sebagai tempat ketiga. = Cafe culture is a growing industry in cities all around the world, and the
metropolitan capital of Indonesia, Jakarta is no exception to this phenomenon. However,
Jakarta’s broad socio-economic spectrum and post-colonial upbringing shifts the its
culture to its unique urban and social context. The large gaps between socio-economic
groups have created a socially segregated society that is continuously reinforced by the
city’s prematurely modernized urban formula. This impacts Jakarta’s burgeoning of cafes
as a third place and how it is perceived by the segregated clusters of Jakartans societies.
This undergraduate thesis studies the perception of cafes as third-places among Jakartans
and how it deviates along Jakarta’s socio-economic spectrum—how the cafe behaves in
the unique urban fabric of Jakarta. It questions the perception towards cafes among
Jakartans and whether or not that they have fulfilled their role as a third-place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library