Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagas Wahyu Andika
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji konsep koherensi dan kompleksitas dalam penempatan billboard sebagai elemen pembentuk estetika kota. Keberagaman pada penempatan billboard menciptakan ruang estetika kompleks dalam perkotaan, mempengaruhi pengalaman visual manusia terhadap lingkungan kota. Penelitian ini juga mengeksplorasi bagaimana pola pada tata letak billboard berperan dalam membentuk visual estetika kota, dengan fokus pada koherensi dan kompleksitas yang tercipta dari penempatan elemen-elemen kota tersebut. Keseluruhan penataan billboard di Las Vegas Strip menunjukkan keseimbangan antara keteraturan dan kompleksitas, menciptakan daya tarik visual yang kuat dan pengalaman estetika yang mendalam bagi pengunjung. Penelitian ini menekankan pentingnya keseimbangan dalam penataan elemen kota untuk mencapai estetika visual kota yang baik dan pengalaman perkotaan yang menarik bagi manusia. ......This study examines the concept of coherence and complexity in billboard placement as an element of urban aesthetics. The diversity in billboard placement creates a complex aesthetic space within urban environments, influencing human visual experiences of the cityscape. The research also explores how patterns in billboard layout contribute to the formation of urban visual aesthetics, focusing on the coherence and complexity generated by the placement of urban elements. The overall arrangement of billboards on the Las Vegas Strip demonstrates a balance between order and complexity, creating a strong visual appeal and a profound aesthetic experience for visitors. This study emphasizes the importance of balance in the arrangement of urban elements to achieve good visual aesthetics and an engaging urban experience for people.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Vincentiya
Abstrak :
Skripsi ini mengenai hubungan antara aktor, dalam konteks ini antara stranger dengan stranger, dan aktor dengan lingkungan sekitarnya.  Dengan adanya perubahan makna dari stranger yang awalnya stranger adalah, orang yang tidak termasuk dalam lingkungan tempat seseorang tinggal, menjadi orang lain yang memiliki kesamaan umum dengan seseorang tersebut. Karena, sekarang kita berada pada tahap appearance dari spectacle, yang mana kita akan menilai sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat atau tampak, skripsi ini menggunakan teori coding appearance, yang mana aktor akan beraktivitas berdasarkan tiga hal, yaitu: lokasi (location), appearance, dan sikap (behavior). Para aktor ini akan bersikap dan membawa properti menyesuaikan dengan ruang publik (lokasi), sebaliknya ruang publik juga dapat memengaruhi aktor dalam bersikap dan properti yang dibawa. Lalu, interaksi yang terjadi antar-stranger dalam ruang publik ini dapat terlihat dari keberadaan shield of privacy yang tidak bisa dilihat secara fisik namun, dapat diukur secara keruangan. ......This study focusing in the relationship between actor, in this context stranger with stranger, and actor with the surrounding. Stranger then was categorized by those who did not live in someons living territory, and now stranger categorized as the people who have the same commonness with someone. With the state of appearance in spectacle, where we judge based on what we see (what appear in front of us), this study mainly use the theory about coding appearance, where actor will act based on three things: location, appearance, and behavior. They behave (behavior) and bring property (appearance) as what supposed in that public space (location), also the public space may affect the behavior and appearance of the actor. In the same location, interaction between stranger could be seen in the existence of shield of privacy, that is not physical but it is there with a measurement in space.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katisha Putrinaya
Abstrak :
Berlayar menggunakan kapal sudah semakin jarang dilakukan masyarakat abad ini untuk menempuh perjalanan luar kota, pulau, maupun negara. Namun tersebut sangat sering dilakukan di masa lalu, terlebih Indonesia adalah negara maritim. Hal ini terjadi pada Pelabuhan Tanjung Priok, ketika dibuat sebagai pusat pelayaran dan perdagangan Batavia sejak 1877. Hal ini membuat kawasan Tanjung Priok yang semula berupa rawa terus berkembang, dan semakin ramai dipadati. Pelabuhan juga memiliki fasilitas Stasiun sebagai penunjang transportasi publik. Lama-kelamaan, pelabuhan mulai mengalami penurunan jumlah penumpang. Kondisi area sekitar pelabuhan pun menjadi terbengkalai dan rawan akan kriminalitas. Dari perubahan tersebut, akan dicari tahu bagaimana pembangunan tak terkendali memadati kawasan sekitar sehingga menyisakan ruang-ruang terbengkalai. Melalui fenomena urban blight yang dihadapi tanjung priok sebagai kawasan pelabuhan, penulisan skripsi ini akan membahas bagaimana perubahan struktur urban pada kawasan pelabuhan menjadikannya kawasan terbengkalai. Walaupun keadaan sekitar kian terpuruk, Pelabuhan Tanjung Priok masih aktif melayani pelayaran penumpang dan barang. Bahkan, Pelabuhan terus mengalami perkembangan dalam bongkar muat barang dan peti kemas. Hal ini juga akan dipertanyakan dan dikaitkan dengan keadaan Tanjung Priok yang saat ini terbengkalai ......To travel by ships is rarely done by people nowadays. But that way was very obvious in the past, especially Indonesia has been a maritime country. This happened at the Port of Tanjung Priok, when it was created as a shipping and trade center of Batavia since 1877. This made the Tanjung Priok area which was originally swamp, continue to grow, and increasingly crowded by the immigrant. The port also has station to support public transport facility to the city. Eventually, the port began to experience a decline in the number of passengers. The condition of the area around the port becomes neglected and prone to crimes. From these changes, I will find out how uncontrolled development was making the area densed fastly that it leaves abandoned spaces. Through urban blight faced by Tanjung Priok as a port area, this thesis will discuss how changes in urban structure of the port area make it a derelict area. Even though the situation is getting worse outside, Tanjung Priok Port is still actively serving the shipping of passengers and goods. In fact, the port continues to experience the developments in the loading and unloading of goods and containers. This will also be questioned and related to the current condition of Tanjung Priok.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Ratriananda
Abstrak :
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan merupakan kota satelit pertama di selatan Jakarta dan merupakan wilayah yang terencana. Akan tetapi sejak sepuluh tahun terakhir terjadi perubahan pesat dengan kemunculan komersial, kafe dan restoran hampir di setiap jalan lingkungan dan kolektor yang berada dan menggantikan fungsi hunian. Kemunculan secara cepat "ruang publik" komersil yang eksklusif, atau ruang publik semu berupa kafe dan restoran merupakan salah satu penanda terdapatnya gentrifikasi pada suatu kawasan. Consumer class lifestyle mengubah kondisi wilayah yang tergentrifikasi dan berkontribusi terhadap kenaikan harga lahan sehingga warga yang sejak dulu tinggal di situ tak mampu lagi dan akhirnya pindah ke tempat lain. Bila dilihat sekilas, hal ini mirip dengan apa yang terjadi di Kebayoran Baru. Akan tetapi wilayah tersebut sejak awal sudah menjadi lingkungan kaum menengah ke atas sehingga yang terjadi di wilayah tersebut merupakan gentrifikasi gelombang ke dua. Melalui penelusuran arsip dan pengamatan lapangan secara spasial, kajian ini akan mencoba memahami transformasi spasial tersebut dan kaitannya dengan social production of public space yang demokratis. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan is the first satellite city in the southern part of Jakarta and is a planned area. In the last ten years, there has been a rapid transformation within the area due to the land use change from what is predominantly residential to commercial; cafes and restaurants in almost every street. The rapid growth of these commercial and exclusive “public space” or quasi-public space in the form of cafes and restaurants is one of the signs of gentrification. Consumer class life-style changes the condition of the gentrified neighbourhood and contributes to the increase of the land value, making it unaffordable for the residents and causing them to seek housing areas with lower cost. This is similar to what has been happening in Kebayoran Baru. However, the area has always been a relatively middle-class neighbourhood from the beginning. This indicates that what is currently happening in Kebayoran Baru is actually second wave gentrification. Through archival studies and spatial on-site observation, this research aims to understand the spatial transformation and its relation to social production of public space that considers democracy.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timbul Arianto
Abstrak :
ABSTRACT
Skripsi ini akan membahas tentang stereotip yang berkembang mengenai permukiman informal: slum dan squatter memengaruhi langkah pihak otoritas kota dalam hal ini Pemerintah DKI Jakarta mengambil langkah menangani permukiman yang ada di tengah kota jakarta yang kemudian beberapa permukiman tersebut dianggap kumuh dan tidak layak dijadikan tempat tinggal.
ABSTRACT
This thesis will disscuss the developing stereotype about informal settlement: slum and squatter that influenced the step of the citys authorities in this case the Goverment of DKI Jakarta takes steps to deal with settlement that are in the middle of Jakarta which then some of this settlement are considered slums and are not appropriate as a place to live.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Andara Siskania Alyani
Abstrak :
Sense of place rsquo; merupakan sebuah konsep mendasar dalam disiplin urban design. Pada tatanan praktis/professional, sense of place lebih banyak ditekankan pada aspek fisik sebuah ldquo;tempat rdquo;, yang merupakan atribut utama mereka. Akan tetapi, kajian akademis menyatakan bahwa sense of place merupakan konsep multidimensi yang melampaui hanya atribut fisik sebuah lokasi. Di sisi lain, inisiatif tactical urbanism yang sedang berkembang populer, merupakan sebuah gerakan dan alternatif yang muncul dari komunitas sebagai respon terhadap metode formal spasial perencanaan yang kaku dan cenderung mono-dimensi ke arah sistem perencanaan yang lebih responsif terhadap kebutuhan dan keseharian pengguna. Dalam tactical urbanism, semua berfokus pada satu hal, yaitu: tindak an atau action. Di Indonesia, sense of place selain sebagai tujuan akhir perancangan formal, ia sebetulnya sangat erat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Ruang kota dalam skala mikro pada keseharian masyarakat Indonesia, seperti street corner/pojokan jalan, hawkers spaces maupun negosisasi pemanfaatan ruang trotoar, yang dapat dikatakan sebagai aksi tactical urbanism, berperan besar dalam menciptakan sense of place suatu tempat. Skripsi ini berfokus kepada bagaimana secara khusus sebuah kawasan publik yang didesain dengan prinsip mono-dimensi fisik dalam penggunaan atau implementasinya berinteraksi dengan tindakan lsquo;tactical urbanism rsquo; para penggunanya, sehingga dapat tercipta sense of place yang berbeda.
Sense of place is a mandatory concept and aim within urban design. In the realm of formal city planning, sense of place is likely correlated with physical feature of a city. However, academic studies shows that sense of place is multidimensional, which involves factors that is beyond mere physical attributes. In the other hand, tactical urbanism as an emerging concept which describes intervention that is implemented in a city, is conceived as public's opportunistic response to formal spatial planning. Being associated as interventions throughout the city, one of tactical urbanism's main character is its bottom up nature which responds certain issues that lie behind the movement. Moreover, tactical urbanism focuses on action. In Indonesia, negotiation of micro scale spaces such as pedestrian, street corners, and hawker spaces can be considered as tactical urbanism action, as it defines the character of an area which eventually generates certain sense of place. The focus of this study is to investigate the creation of sense of place within a public realm that undergoes tactical urbanism initiation by interrogating whether the factors of tactical urbanism contribute to enhancement of a certain area's sense of place.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Lutfiyah
Abstrak :
Skripsi ini bertujuan untuk meredefinisi konsep co-housing yang ada sesuai dengan konteks lokal di Jakarta. Kampung Muka sebagai salah satu komunitas secara tidak langsung telah menerapkan beberapa prinsip co-housing sesuai dengan konteks lokal. Nilai partisipatoris yang menjadi salah satu prinsip co-housing selanjutnya dijadikan pembelajaran akan bagaimana penerapannya di Kampung Muka. Nilai partisipatoris yang dipelajari berdampak pada negosiasi ruang yang diharapkan mampu mengeluarkan pemahaman baru kepada masyarakat terkait konsep co-housing yang sesuai dengan konteks lokal. ...... This thesis aims to redefine co housing concept adapted to local context in Jakarta. Kampung Muka as one of community based domestic space indirectly has applied some co housing principles according to the local context. Participatory, as one of that principle, furthermore being learned on how its used in Kampung Muka. The participatory that has been learned affects the negotiating of spaces which expected to suggest new understanding to the society about co housing concept according to the local context.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Namirah Zahra
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas bagaimana kajian spasial pejalan kaki terhadap kontestasi maknajalan dan fungsi ruang jalan dengan melihat konteks ruang jalan di Tanah Abang.Memahami realita kota Jakarta, khususnya Tanah Abang dengan pendekatan messyurbanism, bahwa kondisi kota dan masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan kota GlobalSouth dimana salahsatu kararkteristiknya ruang jalan tidak hanya digunakan untukkendaraan tetapi juga fungsi lain yang melibatkan aktor informal. Jalan Jatibaru menjadiruang pertemuan beragam aktor/kepentingan/pengguna diantaranya; pejalan kaki dari/keStasiun Transit Tanah Abang; PKL; mikrolet. Pergerakan barang, orang dan kendaraanmemberikan kontestasi pemaknaan dan fungsi jalan antar pengguna didukung denganmelihat sejarah jalan sebagai ruang sosial dengan beragam aktor menggunakan ruangjalan. Pembahasan mencakup tentang ruang sosial, messy urbanism, traffic evaporation,jalan sebagai ruang publik, persaingan pejalan kaki dan automobile terhadap ruang jalanpublik. Metode yang digunakan diantaranya etnografi spasial, metode pendekatan emik,dan pemetaan ruang dan waktu serta foto untuk menelusuri praktik spasial penggunaterhadap kontestasi makna dan fungsi ruang Jalan Jatibaru melalui pemetaan penggunadan narasi spasial pejalan kaki. Kepentingan/pengguna yang menjadi fokus pemetaanadalah pejalan kaki, mikrolet, PKL, dan pemerintah.
ABSTRACT
This thesis discusses how pedestrian defines contestation meaning of street and itspurpose by experiencing it in Tanah Abang. Understanding the realities of Jakarta,particularly Tanah Abang by using messy urbanism approach, that city and its people arenot distant from Global South cities where one of the characteristics is street space notonly used for the automobile but also another function involve informal actor. Jatibarustreet becomes a meeting space by diverse actors user pedestrian from to Tanah Abangtransit station hawkers mikrolet. The movement of goods, people, and vehicle give themeaning and purpose between street user supported by seeing street history as socialspace with diverse actors are using its space. The discussion over social space, messyurbanism, traffic evaporation, street as public space, contestation between pedestrian andautomobile to a public street. Methods are used through spatial ethnography, emicapproach, space time mapping also taking photos for investigating user rsquo s spatial practiceof contesting meaning and function of Jatibaru street through user mapping andpedestrian rsquo s spatial narrative. The interest of objective observation is pedestrian, mikrolet,hawkers, and government authority.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Shabrina
Abstrak :
Kampung kota merupakan salah satu kawasan kota yang menjadi pilihan bertinggal bagi masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah. Fenomena berhuni di kampung kota identik dengan citra kepadatan dan pemukiman kumuh. Namun, masih banyak masyarakat yang memilih untuk tetap tinggal di kawasan ini dan menolak untuk direlokasi. Fenomena ini menjadi isu yang menarik untuk dibahas lebih dalam. Hunian adalah bagian dari rekam jejak kehidupan penghuni yang memiliki makna. Pemahaman terkait makna hunian dapat dilihat melalui tahapan yang telah dilalui penghuni dalam proses berhuni. Proses perlu dilihat jauh ke belakang, karena wujud fisik hunian yang terlihat pada masa kini memiliki keterhubungan dengan tindakan dimasa lalu. Isu ini dapat dianalisis melalui pendekatan assemblage. Bagaimana penghuni menyusun setiap komponen hunian dalam masa pembangunan dan perubahan. Komponen material melewati tahapan pendefinisian territory yang dilakukan melalui proses territorialization dan deterritorialization, sehingga membentuk assemblage hunian. Berdasarkan hasil tinjauan teori dan analisis studi kasus, proses berhuni dalam konteks kampung kota dipengaruhi oleh tindakan penghuni yang memiliki otoritas. Tindakan aktor dilatar balakangi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga hunian menjadi sebuah produk dan sebuah proses yang terus berjalan. Faktor internal berupa life-cycle, sedangkan faktor eksternal berupa bencana kebakaran. Dalam merealisasikan tindakan perubahan, aktor dibatasi oleh kemampuan ekonomi yang dimilikinya. ......Kampung kota is one of the urban areas, which is chosen by the people with low economic income to live in. The phenomenon of the housing process in kampung kota is identical with the image of density and slums. However, there are people who still choose to live in this area and refuse to be relocated. This phenomenon is an interesting issue to discussed. House is part of the occupants life record, that has meaning for its inhabitants. We cannot judge a house as it is seems today. The present is always related to the past. This issue can be analyzed through an assemblage approach. How residents make every component of the house during the period of housing development. Through the process of coding, territory is being defined by the arranggement  of material components, which are carried out through the process of territorialization and deterritorialization. This process formed a house assemblage. Based on the results of a theoretical review and case study analysis, the housing process in the kampung kota is influenced by the actions of residents who have authority. Actors act based on the internal and external factors, therefore house becomes a product and also a process at the same time. Internal factors in the form of life-cycle, while external factors in the form of a conflagration. In the attempt of house assembling, the actor is limited by his economic capabilities. 
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Novie Stella
Abstrak :
ABSTRAK
Beberapa makanan yang diproduksi di area kampung oleh pengusaha berbasis rumah atau orang-orang yang berkumpul untuk usaha industri rumah tangga industri makanan dalam negeri. Proses produksi dan distribusi makanan akan menciptakan sebuah rute yang menimbulkan adanya area pusat. Proses dari makanan tersebut memiliki trajektori yang areanya sampai berada di luar wilayah kampung. Kisaran proses makanan direpresentasikan oleh teori spasial trajektori untuk melihat proses produksi makanan dan menunjukkan sistem spasial yang merupakan bagian dari mobilitas makanan. Observasi terhadap rute makanan dilakukan dengan memperhatikan flow, network, dan motion yang menggunakan metode sintaksis ruang. Hasil dari penelitian dengan menggunakan metode sintaksis ruang akan menunjukkan trajektori spasial dari sebuah produk yang melebihi area kampung yang dapat menjadikannya area pusat yang penting.
ABSTRACT
Foods produced in the kampung area by home base entrepreneurs or people who gather for home industry food domestic industry. Food production and distribution process creates a route that generates a hub. The processing of this food has a trajectory that is beyond the local territory in a kampung. The range of food processes are represented by a theory of spatial trajectories to see the process of food production and show the spatial system which is a part of food mobility. Observation of food routes is carried out by paying attention to flow, network, and motion using space syntax methods. The results of this research using space syntax methods will show spatial trajectory of the product exceed beyond kampung area, which makes it an important hub.
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>