Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Astarini Sutikno R.
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaunang, Kundap O.M.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T38536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristina R. Pratiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan profil kepribadian Five-Factor Model Personality Traits (FFM) pada gay dan pria heteroseksual. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan jumlah 106 responden yang semuanya berkelamin laki-laki, 51 responden dengan orientasi seksual heteroseksual dan 55 berorientasi gay. Peneliti menggunakan kuesioner adapatasi dari NEO Personality Inventory-Revised untuk mengukur profil individu dalam Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience, Agreeableness, dan Conscientiousness. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan profil yang signifikan antara kedua orientasi seksual. Neuroticism tinggi pada gay, Agreeableness tinggi pada pria heteroseksual, dan pada ketiga dimensi lainnya tidak ditemukan perbedaan. Beberapa kelemahan dari penelitian ini ialah kuesioner yang dianggap peneliti masih perlu beberapa perbaikan dan juga metode pengambilan data oleh peneliti yang kurang memberikan privacy pada responden. Untuk penelitian yang akan datang, peneliti menganjurkan agar kuesioner diperbaiki dan digunakan untuk distribusi responden yang lebih luas.

The aim of this study is to examine a comparison between gay's and heterosexual's personality profiles in Five-Factor Model Personality Traits. This study is quantitative study with the total of 106 subjects, 51 subjects were men who have sexual orientation as heterosexual and the other 55 subjects were gay men. The study used NEO Personality Inventory-Revised adaptation questioner, which designed to measure individual profile on Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience, Agreeableness, and Conscientiousness. The result of the study revealed that there was significant profile difference between two sexual orientations. Neuroticism was high on gay, Agreeableness high on heterosexual men, and no significant differences on the other three dimensions. There were several limitations in the study. First, the questioner needs to be revised because several items did not valid measuring the five dimensions of traits. Second, the method of the study was failed to give subjects privacy while responding to the questioner. For future research, the researcher suggested a revised to the questioner and use broader range of subjects study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Tannudjaja
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kualitas hidup dan perceived social support dari penumpang dan lawan bicara di telepon pada pengemudi yang melakukan komuter ke Jakarta setiap hari kerja. Dalam penelitian ini, 43 partisipan yang tinggal di Tangerang dan mengemudi ke Jakarta melalui tol Karang Tengah mengisi alat ukur WHOQOL-BREF dan Social Provisions Scale (SPS).
Dari penelitian, ditemukan bahwa seluruh domain dari kualitas hidup memiliki korelasi yang positif dengan perceived social support. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas hidup maupun perceived social support antara pengemudi yang didampingi penumpang dan pengemudi yang berbicara dengan orang lain melalui telepon.

The study was conducted to establish the relationship between quality of life and perceived social support from passenger and telephone conversation partner in drivers who commute to Jakarta on work days. A total of 43 participants, who lived in Tangerang and drove to Jakarta through Karang Tengah tollway, completed the WHOQOL-BREF and the SPS.
The study found that all quality of life domains were positively correlated with perceived social support. However, there was no significant difference in quality of life and in perceived social support between drivers who were accompanied by passenger and those who talked to telephone conversation partner.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuarita Yudhistira. author
"Bullying terjadi di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi (Langdon & Prable, 2008). Hasil-hasil studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian bullying di SMA.Kejadian bullying paling banyak memberikan pengaruh kepada siswa yang berperan sebagai bystander (Hazler, 1996 dalam Comitee for Children, 2005).Salah satu tipe dari bystander adalah outsider. Sementara itu, menurut Frisen dkk (2007) salah satu faktor menyebabkan seseorang melakukan tindakan bullying terhadap orang lain adalah kurangnya respek.
Penelitian ini berusaha melihat hubungan respek dan peran outsider dalam perilaku bullying pada siswa SMA.Partisipan dari penelitian ini berjumlah 178 orang yang berasal dari dua sekolah yang berbeda (sekolah negeri dan swasta). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungna negatif yang signifikan antara respek dengan peran outsider. Selain itu, juga ditemukan perbedaan mean yang signifikan pada respek antara partisipan yang tergolong outsider dan bukan outsider. Hasil yang signifikan ini dapat dijelaskan melalui komponen karakter.

Bullying happens at every level of education, from primary school to university (Langdon & Prable, 2008). The results of previous studies also shows that there is an increase of bullying incidence in high school level. The impact of bullying mostly happens to students who act as bystander (Hazler, 1996 in Comitee for Children, 2005). One of the types of bystander is outsider.Meanwhile, according to Frisen et al (2007) one of the factors causing a person to bully others is the lack of respect.
This study is aimed to look at the correlation between respect and the role of outsider in bullying behavior among high school students. Participants of this research were 178 students who came from two different schools (public and private schools). Results of this study indicate that there is a significant negative correlation between the respect to the role of outsider. In addition, this study also found a significant difference of mean of respect between the participants who had role as outsider with participants who had role as non-outsider. This significant results can be explained by the character components.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Sahat Khrisfianus
"ABSTRAK
Suatu tindakan agresi dapat diterima dan dibiarkan oleh individu karena
dipersepsi legitim. Studi ini hendak menguji hipotesis bahwa keterancaman sistem
mempengaruhi persepsi legitimasi suatu tindakan agresi. Menurut system
justification theory, setiap individu berupaya untuk membela dan memberi
pembenaran terhadap sistem di mana ia menjadi bagiannya, khususnya ketika
sistem berada dalam keterancaman (system threat). Melalui metode eksperimen,
keterancaman ini diuji pada dua domain: sistem sosiopolitik dan sistem agama.
Dalam studi 1, keterancaman sistem sosiopolitik pada partisipan
mahasiswa tidak memberi efek yang signifikan terhadap persepsi legitimasi
perilaku agresi. Begitu pula halnya pada studi 2, tidak efek dari keterancaman
sistem agama eterhadap persepsi legitimasi agresi pada partisipan mahasiswa yang
diberi kondisis keterancaman tinggi. Meski tidak didapatkan perbedaan nilai yang
signifikan antara persepsi legitimasi agresi dalam kondisi keterancaman tinggi dan
keterancaman rendah, ada interaksi pada domain agama.
ABSTRACT
An act of aggression is acceptable and tolerated because people perceive it
legitimate. This study test hypothesis that system threat effects on perceived
legitimacy of aggression. According to system justification theory, every
individual seeks to defend and justify their system, especially when the system is
under threat. Through experimental methods, system threat tested on two
domains: socio-political systems and religious systems.
In study 1, high threat exposure on socio-political systems have no
significant effect on the perception of the legitimacy of aggressive behavior.
Similarly, in study 2, no effect of system threat on perceived legitimacy of
aggression to participants who were given high threat condition on their religious
system. Although no significant effect were proven statistically from the two
experiments, we found there were slight interaction between system threat and its
effect on perceived legitimacy of aggression for religion domain."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Starryna
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan emosi malu dan bersalah antara generasi tua dan generasi muda, bagaimana gambaran emosi malu dan bersalah, dan bagaimana proses sosialisasi nilai-nilai budaya Jawa dalam mengajarkan emosi malu dan bersalah pada masyarakat suku Jawa. Pengukuran perbedaan emosi malu dan bersalah dilakukan memakai TOSCA-3, sedangkan untuk sosialisasi nilai budaya dilakukan dengan teknik wawancara. Penelitian dilakukan di provinsi D. I. Yogyakarta dan melibatkan 95 orang. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara emosi malu dan bersalah antar generasi pada masyarakat provinsi D. I. Yogyakarta. Walaupun tidak terdapat perbedaan, berdasarkan wawancara ditemukan bahwa sosialisasi yang sudah diberikan sejak usia TK oleh keluarga, sekolah, dan teman tersebut telah mengalami penurunan. Emosi malu yang dirasakan tidak menyebabkan diri merasa kecil dan emosi bersalah yang dirasakan tidak menimbulkan rasa ingin mengoreksi kesalahan yang dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, disarankan agar dilakukan sosialisasi baik kepada orangtua maupun sekolah untuk tetap mengajarkan budaya Jawa kepada generasi muda.

ABSTRACT
, This study was conducted to determine whether there are differences in
shame and guilt intergeneration, description of shame and guilt, and how the
process of socialization Javanese values in teaching shame and guilt in Javanese
society. Differences of shame and guilt was measured using TOSCA-3, while for
the socialization of cultural values was measured using interview. Data was
collected in the D.I.Yogyakarta involves 95 participants. The results showed
insignificant difference between shame and guilt intergeneration among societies
D.I.Yogyakarta. Although there is no differences, based on interviews found that
socialization that have been granted since kindergarten age by family, school, and
friends have decreased. Shame does not caused people feeling small and guilt not
caused willingness to correct the mistakes made. Based on the result, socialization
for parents and schools to keep teaching Javanese culture to the younger
generation is suggested.]
"
2015
S58924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Jihan Khusna
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara parent attachment dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 12. Responden penelitian ini adalah siswa SMA kelas 12 di Jakarta, sebanyak 272 orang. Parent attachment diukur dengan menggunakan alat ukur IPPA-R (Inventory Parent and Peer Attachment Revised) father mother version yang disusun oleh Greenberg dan Armsden (2009). Adaptabilitas karir diukur dengan Skala Adaptabilitas Karir yang disusun oleh Indianti (2015). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara parent attachment dengan adaptabilitas karir (r = 0,281, p<0,01). Artinya semakin tinggi parent attachment, maka semakin tinggi adaptabilitas karirnya. Ditemukan pula bahwa attachment pada ibu berkontribusi lebih besar terhadap adaptabilitas karir, dibandingkan dengan attachment ayah. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting untuk membangun attchment antara orangtua dengan remaja agar memiliki adaptabiltas karir yang baik.

The research aims to get the correlation between parent attachment and career adaptability on 12th grader senior high school students. The participants of this research are the 12th grader senior high school students in Jakarta, amounts 272 students. Parent attachment was measured by measurement tools IPPA-R (Inventory Parent and Peer Attachment Revised) father mother version made by Greenberg and Armsden (2009). On the other hand, career adaptability measured by measurement tools Career Adaptability Scale made by Indianti (2015). The results indicates that there are positive and significant relations between parent attachment and career adaptability (r = 0,281, p<0,01). Which means, the higher amount of parent attachment, the higher career adaptability. Result also showed that mother attachment gives more contributions to career adaptability than father attachment. Based on this results, its important to build attachment betweeen parent and adolescence to have a good career adaptability.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Atha Andhika
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara preferensi pakaian dan status identitas pada remaja laki-laki dan perempuan. Dalam mencapai kejelasan identitas diperlukan eksplorasi dan komitmen. Perbedaan individu dalam melakukan kedua hal tersebut selanjutnya dikenal sebagai status identitas. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melakukan eksplorasi adalah pakaian. Walaupun demikian, belum ada penelitian yang membahas hubungan dari preferensi pakaian dan status identitas. Dalam penelitian ini terdapat 82 partisipan laki-laki dan 104 partisipan perempuan yang dilibatkan. Alat ukur preferensi pakaian digunakan untuk menggambarkan preferensi pakaian partisipan dan Extended Version of the Objective Measureof Ego-Identity Status (EOM EIS II) digunakan untuk mengukur status identitas. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara preferensi pakaian dan status identitas pada remaja laki-laki dan perempuan. Sementara, hasil yang sama juga terjadi pada pengujian hubungan antara status identitas dan subtahap usia remaja.

This study aimed to examine the relationship between clothing preference and identity status in adolescent boys and girls. In achieving identity, exploration and commitment is necessary. Individual differences in doing both of these are known as identity status. One of the tools that can be used to carry out exploration is clothing. However, no studies have addressed the relationship of clothing preferences and identity status. In this study, 82 male participants and 104 female participants were included. The clothing preference measuring tool used to describe clothing preference of the participants and EOM EIS II used to measure identity status. The main result of the study showed that there is no significant relationship between clothing preference and identity status in boys and girls adolescent. Meanwhile, the same result also occurs in testing the relationship between identity status and adolescence substages"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Novitasari R.
"Manusia cenderung tidak sensitif pada jarak temporal yang lebih jauh (370 hari) ketika pembandingnya adalah jarak yang cukup jauh (365 hari) atau disebut dengan temporal discounting (Thaler, 1981). Memadukan kecenderungan tersebut dengan Construal Level Theory (Trope & Liberman, 2010), penelitian ini melihat pengaruh jarak spasial terhadap sensitivitas akan jarak temporal. Melalui Studi 1 terbukti bahwa jarak spasial jauh mengurangi sensitivitas terhadap jarak temporal. Di sisi lain, persepsi individu akan jarak temporal dipengaruhi oleh selfconstrual (Spassova & Lee, 2013). Maka, Studi 2 menguji efek moderasi selfconstrual pada hubungan antara jarak spasial dengan sensitivitas akan jarak temporal. Sesuai dengan prediksi, self-construal terbukti memoderasi hubungan jarak spasial dengan sensitivitas akan jarak temporal. Individu dengan self-construal interdependen memiliki sensitivitas temporal yang lebih tinggi daripada individu dengan selfconstrual independen, dalam jarak spasial jauh.

People less sensitive to further temporal distance (370 days) when the comparison to far time (365 days), known as temporal discounting (Thaler, 1981). , On the basis of this notion and on Construal Level Theory (Trope & Liberman, 2010), Study 1 examines the influence of spatial distance to sensitivity of temporal distance. As predicted, the result shows that spatial distance decreases sensitivity to temporal distance. Nevertheless, people perception of temporal distance is influenced by selfconstrual (Spassova & Lee, 2013). Studi 2 examines the moderation effect of selfconstrual on the relationship between spatial distance and sensitivity to temporal distance. As predicted, self-construal moderate the relationship between spastial distance and sensitivity to temporal distance. Interdependent self-construal has higher sensitivity to temporal distance than independent, on distal spatial distance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>