Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Tersiani Kamil
Abstrak :
Objective: To examine the direct effect of type 5 phosphodiesterase inhibitor (sildenafil), nitric oxide-donor (sodium nitroprusside) and their combination on human spermatozoa in vitro. Method: Semen samples were collected by masturbation after 3 days of abstinence from donors presenting for infertility evaluation at Imunoendocrinology Labolatory. Samples were divided into normospermia and asthenospermia. Each group were washed on discontinuous density gradient (Percoll 45% and 90%) at 300g for 20 minutes, then resuspended in capacitation media containing Ham's F10. Aliquots of 10x106 spermatozoa were reacted with PDE5 inhibitor, NO-donor, their combination, and also Pentoxyphylline (non-selective PDE) in different doses (0.1,1 and 10 umol). Minimally 6 samples were test for each dose. After 1 hour incubation at 37°C, 5% CO2 in air, microscopic analyses were performed to count motility. Analysis of Variance (ANOVA) was used to test difference among the means. Result: There were 27 normospemia samples and 24 asthenospermia samples. In normopsermia group, Sildenafil, NO-donor and their combination increase spermatozoa motility significantly if compare to their blank (p 0.023,0.015,0.006). Sildenafil caused dose-dependent increase in spermatozoa motility. Low dose NO-donor increase motility. Combination of Sildenafil and NO-donor could not increase motility better than Sildenafil or NO-donor alone. Sildenafil or NO-donor increase motility higher than Pentoxyphylline. In asthenospermia group, Sildenafil, NO-donor, Sildenafil+NO-donor, and Pentoxyphylline increase motility compare to their blank, but there were no significant difference. Conclusion: Sildenafil, NO-donor and their combination increase spermatozoa motility significantly if compare to their blank. NO-donor could not enhance the effect of Sildenafil to increase motility.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ponco Birowo
Abstrak :
Pendahuluan: nitrogen oksida menginduksi relaksasi otot polos dan menyebabkan peningkatan guanosisn monofosfat siklik (cGMP) dalam otot polos. Peningkatan ini terjadi melalui perangsangan guanilat sikiase. Sildenafil adalah penghambat cGMP-fosfodiesterase tipe V (PDE V) yang poten dan selektif. Yang merupakan isoenzim pemetabolis cGMP dalam korpus kavernsosum. cGMP adalah messenger nitrogen oksida kedua dan mediator utama relaksasi dan vasodilasi otot polos dalam penis. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efikasi antara donor oksda nitrat, inhibitor spesifik PDE V dengan kombinasinya terhadap relaksasi korpus kavernosum kelinci. Lembaran korpus kavernosum keilnci yang diisolasi dirangsang secara isosimetris dengan fenilefrin. Relakasasi bertingkat diinduksi dengan menggunakan berbagai konsentrasi S-Nitroso-N-asetilpenisilamin (SNAP) sildenafil sitrat dan kombinasinya. Signifikansi statistik diuji melalui analisis varian satu arah (ANOVA) dan jika ada perbedaan bermakna diantara reratanya, uji akan dilanjutkan dengan komparasi multipel Benferroni. Hasil: pada 10-8 M, SNAP, sildenafil sitrat dan kombinasinya merelaksasi preparat, secara berurutan sebesar 29 + 4.8%, 46 ± 2.5%, and 36 ± 3.9%. Perbedaan ini signifikan dengan uji analisis varian (p<0.05). Hasil yang sama ditemukan pada konsentrasi 10-1M, 10-8M, and 10-5M. Dad uji komparasi Benferroni, diketahui pada konsentrasi 10'aM, 10-7M, and10-6M sildenafil sitrat dapat merelaksasi korpus kavernosum lebih besar dibandingkan dengan SNAP (p<0.05) dan tidak ada perbedaan bermakna antara sildenafil sitrat dengan kombinasi (p>0.05). Pada konsentrasi 10'5M, kombinasi SNAP dan sildenafil sitrat dapat merelaksasikan korpus kavernosum lebih baik dibandingkan dengan SNAP saja (p<0.05), namun tidak ada perbedaan bermakna antara kombinasi dengan sildenafil sitrat saja (p>0.05). Kesimpulan: kombinasi SNAP dan sildenafil sitrat pada konsentrasi tinggi memberikan hasil yang signifikan dibandingkan dengan SNAP saja. Tidak ada perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan sildenafil sitrat saja.
Introduction: Nitric oxide induces smooth muscle relaxation by causing an increase of cyclic guanosine monophosphate (cGMP) within the smooth muscle cell by stimulating guanylate cyclase. Sildenafil is a potent and selective inhibitor of cyclic-GMP-specific phosphodiesterase type V, the predominant isoenzyme metabolizing cyclic GMP in corpus cavernosum. Cyclic GMP is the second messenger of nitric oxide and a principal mediator of smooth muscle relaxation and vasodilatation in the penis. Aim: The objective of this study was to compare the efficacy between nitric oxide donor, specific phosphodiesterase type V and its combination on the relaxation of rabbit corpus cavernosum. Material and Methods: Isolated strips of rabbit corpus cavernosum were stimulated isometrically with phenylephrine. Graded relaxations were induced using various concentrations of S-Nitroso-N-acetylpenicillamine (SNAP), sildenafil citrate and its combination. Statistical significance was tested by the one way analysis of variance (ANOVA) and if there was a difference among the means, the test will be continued with a multiple comparissons of Benferroni. Results: At 10-8 M, SNAP, sildenafil citrate and it's combination relaxed the preparation by 29 ± 4.8%, 46 + 2.5%, and 36 ± 3.9% respectively. The difference was significant by analisis of variance test (p<0.05). The same result was found at concentration 10'7M, 10-5M, and 10-5M concentration. From a multiple comparisson of Benferroni test, it was known that in concentration of 10-5M, 10' 'M, and10-6M the sildenafil citrate can relaxed the corpus cavernosum higher than SNAP (p<0.05) and there was no difference between sildenafil citrate and combination (p>0.05). In the concentration of 10"5M, the combination of SNAP and sildenafil citrate can relaxed the corpus cavernosum higher than SNAP alone significantly (p<0.05) but there was no significant difference between combination and sildenafil citrate (p>0.05). Conclusions: Combination of SNAP and sildenafil citrate gave a significant result in a high concentration compared to SNAP alone but there were no significant difference compared to Sildenafil citrate alone.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ma'mur Syafei
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ,
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Ambar Prabowo
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi kristal asam urat urin, mencari factor-faktor risiko yang berpengaruh, dan algoritma risiko terjadinya kristal asam urat urin pada pekerja di bagian binatu, dapur utama dan dapur restoran di hotel T Jakarta. Penelitian survei analitik dengan analisis kasus kontrol terhadap 206 pekerja ditemukan prevalen kristal asam urat urin sebesar 45,2%. Pada analisis univariat terdapat hubungan bermakna antara lingkungan kerja suhu panas (pM),002), jenis pekerjaan (p),003), lama bekerja (p=,021), penyakit diabetes melitus (p),432) dan kadar asam urat darah (p.:1,04) mempertinggi terjadinya kristal asam urat urin. Bila dibandingkan dengan pekerja yang tidak terpapar panas, maka risiko terjadinya kristal asam urat urin pada pekerja yang bekerja di suhu panas 2,7 kali lebih besar(OR 2,74; 95%CI: 1,35-5,61), Setelah dilakukan analisis multivariat, risiko terjadinya kristal asam urat pada urin 8,5 kali leblh tinggi pada lingkungan kerja suhu panas dengan lama bekerja, kadar asam urat darah lebih dari 7.1 mg/dl dan interaksi lingkungan kerja lama kerja. (OR----8,49; 95% CI: 2,35-30,58). Model algoritma faktor risiko yang sesuai dengan data penelitian ini adalah lingkungan kerja suhu panas, lama bekerja, dan kadar asam urat darah lebih dari 7,1 mg/dl.
The objectives in this study are to know the prevalence of urine uric acid crystal in urine, to know the risk factors increasing the uric acid crystallization and to make suitable algorithm for the available data.The analytical survey study with case control analysis found a 45.2% uric acid urine crystallization among 206 workers. The univariate analysis found that heat exposure (p=-0.002), occupation (p=0.003), working duration (p.1.021), diabetes (p=0.032) and uric acid blood (p=0.04) were significantly related to uric acid crystallization in the urine. Workers exposed to heat have 2.7 times increased risk of having uric acid crystallization (OR==2,74; 95% CI: 1.35-5.61) compared to workers working in normal temperature. The multivariate analysis found that risk increased 8.5 times among heat exposed workers when adjusted to working duration, diabetic and uric acid blood (OR=8.49; 95% CI: 2.35-30.58).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Legoh, Dickson Allan
Abstrak :
Latar Belakang: Banyak penelitian yang melaporkan adanya hubungan antara disfungsi ereksi (DE) dengan depresi, akan tetapi hubungan kausal tetap tidak jelas. Sulit membatasi mana yang lebih dahulu apakah depresi atau DE. Prevalensi depresi pada laki-laki dengan DE oleh Strand J, dkk mendapatkan angka 14,7% dengan menggunakan DSM IV. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara lama dan derajat DE dengan depresi. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional terhadap 49 sampel DE organik yang datang berobat di Klinik Impotensi Departemen Urologi RSUPN-CM Jakarta pada bulan Januari 2004 sampai Agustus 2004 yang memenuhi kriteria penelitian. Instrumen yang digunakan adalah structure clinical interview for DSM IV Axis I-Disorder (SCID). Hasil: Dari 49 sampel DE organik sebesar 22,4% sampel mengalami depresi. Proporsi Gangguan Depresi tertinggi ditemukan pada sampel DE organik derajat ringan (62,5%) dan lama sakit DE 2 tahun (30,4%). Pada sampel terdapat hubungan yang bermakna antara DE organik derajat ringan dengan Gangguan Depresi (p 0,020), sementara hubungan antara lama DE organik dengan Gangguan Depresi tidak terbuktikan secara statistik (p 0,208). Hasil analisis regresi logistik didapatkan DE organik derajat ringan merupakan faktor risiko untuk mengalami Gangguan Depresi pada sampel (OR 8,7). Simpulan: Disfungsi ereksi derajat ringan adalah faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko untuk mengalami gangguan Depresi pada pasien DE organik. ......Introduction: A number of trials have reported a correlation between erectile dysfunction and depression; however the causal link has not been clear yet. It's difficult to determine which of these - erectile dysfunction or depression - occurs first. Prevalence of depression in men with erectile dysfunction, assessed by Strand J et al obtained 14.7% by using DSM-IV. The purpose of this trial was to elicit the presence of correlation between the morbid duration and the degree of erectile dysfunction with depression. Methods: A cross sectional trial on 49 samples who presented to the Clinic of Impotence in the Urological Department of Cipto Mangunkusunzo Hospital in Jakarta from January 2004 until August 2004. The fulfilled the criteria of the trial. The instrument used was Structured Clinical Interview for DSM IV Axis-I Disorder (SCID). Result: Out of 49 organic erectile dysfunction samples, 22.4% of them were found to have depression. Proportions of the highest Depression Disorder were found in mild organic erectile dysfunction samples (62.5%) and with the morbid duration 52 years (30.4%). In the samples, significant correlation was found between mild organic erectile dysfunction with Depression Disorder (p 0.020) whereas the correlation of the morbid duration of organic erectile dysfunction with Depression Disorder was not statistically obtained (p 0.208). The results of logistic regression analysis revealed that mild organic erectile dysfunction constituted a risk factor for developing Depression Disorder among the sample (OR 8.7). Conclusion: Mild erectile dysfunction is a factor that has a role in augmenting the risk for developing Depression Disorder in organic erectile dysfunction patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leleulya, Marlond Rainol
Abstrak :
Gangguan fungsi seksual dapat terjadi pada laki-laki di segala usia, suku dan latar belakang budaya. Diperkirakan lebih dari 152 juta laki-laki di dunia menderita disfungsi ereksi pada tahun 1995 dan jumlahnya terus meningkat sehingga diperkirakan akan mencapai 322 juta di tahun 2025. Pengetahuan tentang fisiologi, patofisiologi fungsi seksual laki-laki dan melode diagnostik serta pengobatan dalam 3 dekade terakhir mengalami kemajuan bermakna. Keterlibatan fisiologi, sifat dan elemen-elemen yang terlibat dalam respons seksual normal dan aktiviti fungsional struktur penis telah berhasil diketahui. Mekanisme pasti komponen sistem saraf yang terlibat dalam proses ereksi jugs telah dapat dimengerti. Dalam bidang patofisiologi perkiraan kontribusi relatif faktor psi kogenik dan organik diketahui menjadi penyebab disfungsi ereksi pada laki-laki serta banyak faktor risiko yang menjadi penyebab disfungsi ereksi berhasil diidentifikasi. Pemeriksaan fisis dan laboratorium berkembang dengan pesat dengan berbagai pemeriksaan psikometri, hormonal, vaskular dan neurotogis. Pedoman yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2003 menyatakan PPOK adalah penyakit paru obstruktif kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya. Pertambahan jumlah perokok, perkembangan industrialisasi dan polusi udara akibat penggunaan slat transportasi meningkatkan jumlah penderita PPOK dan menimbulkan masalah kesehatan. Diperkirakan 14 juta orang menderita PPOK di Amerika Serikat pada tahun 1991, meningkat 41,5 % dibandingkan tahun 1982 sedangkan mortalitinya menduduki peringkat ke-4 penyebab kematian terbanyak yakni 18,6 per 100.000 penduduk pada tahun 1991 dan angka kematian ini meningkat 32,9 % dari tahun 1979 sampai 1991. Laki-laki dan perempuan mempunyai angka mortaliti yang sama sebelum usia 55 tahun sedangkan laki-laki usia 70 tahun angka kematian meningkat dua kali dari perempuan. Studi pada 12 negara di Asia Pasifik oleh Chronic Obstructive Pulmonary Disease Working Group mendapatkan prevalens PPOK bervariasi mulai dari 3,5% di Hong Kong dan 6,7% di Vietnam sedangkan di Indonesia sebesar 5,6%. World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalens PPOK akan meningkat pada tahun 2020 dari peringkat 12 ke 5 penyebab penyakit tersering di seluruh dunia. Koitus merupakan proses alamiah dan dibutuhkan manusia. Penyakit kronik selain mengganggu kemampuan menikmati hidup jugs mengganggu fungsi seksual. Disfungsi ereksi yang terjadi berkisar dari gangguan kecii sampai bencana bagi keluarga. Hudoyo dkk. menemukan disfungsi ereksi pada penderita PPOK mencapai 62,5%. Selama ini layanan medis dalam penanganan penderita PPOK terbatas pada keluhan-keluhan penderita yang berhubungan dengan sesak napas, faktor-faktor penyulit dan komplikasinya sedangkan masalah psikososial kurang mendapat perhatian. Walaupun masalah psikososial secara langsung tidak mempengaruhi angka harapan hidup, tetapi kondisi ini sangat mempengaruhi kualiti hidup penderita beserta pasangannya.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Eka Putra
Abstrak :
Manfaat operasi varikokel pada laki-laki dengan azoospermia non-obstruksi masih menjadi perdebatan. Hingga saat ini, efektivitas operasi varikokel pada laki-laki azoospermia non-obstruktif masih sulit dinilai mengingat masih sedikit studi yang dilakukan dan studi-studi tersebut memiliki jumlah pasien yang sedikit. Tinjauan sistematik ini dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi kualitas sperma laki-laki dengan azoospermia non-obstruktif pasca operasi varikokel. ...... The outcomes of varicocele repair in non obstructive azoospermic men remain the subject of controversy. Until now, small studies with small number of patients performed make it difficult to assess the efficacy of varicocele surgery in men with non obstructive azoospermia. This review is performed to evaluate quality of the sperm among non obstructive azoospermic men after varicocele repair.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library