Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vitriana
"Latar Belakang : Inkontinensia urin menyebabkan dampak morbiditas yang cukup bermakna bagi penderitanya. Kondisi ini banyak terjadi pada wanita dan dipengaruhi oleh keadaan defisiensi estrogen. Stigma yang kurang tepat dan kurangnya pemahaman tentang pilihan intervensi menyebabkan kurang tepatnya terapi. Latihan otot dasar panggul dengan menggunakan alat bantu (biofeedback) diharapkan akan dapat mengatasi hal tersebut.
Tujuan: Mengetahui pengaruh biofeedback pada latihan otot dasar panggul untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul agar dapat memperbaiki kondisi stres inkontinensia urin pada wanita pascamenopause.
Desain : Kuasi eksperimental acak lengkap
Tempat : Poli Rehabilitasi Medik Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Perjan. RS. dr. Hasan Sadikin Bandung
Subyek : Tiga puluh lima orang wanita pascamenopause yang menderita inkontinensia urin di lingkungan Panti Wredha Pakutandang - Ciparay
Intervensi : Antara bulan Mei - Agustus 2004, 24 wanita dengan stres inkontinensia pascamenopause yang masuk dalam kriteria inklusi dibagi dalam dua kelompok (kontrol dan latih) melakukan latihan otot dasar panggul setiap hari dengan dan tanpa alat bantu biofeedback disertai pengawasan selama 8 minggu. Hasil peningkatan kekuatan kontraksi otot dasar panggul antara kedua kelompok dibandingkan pada akhir penelitian.
Hasil : Terjadi peningkatan kekuatan kontraksi maksimal otot dasar panggul yang sangat bermakna (<.001) pada kedua kelompok naracoba dengan perbedaan yang bermakna (<.05) antara kedua kelompok. Peningkatan kekuatan kontraksi otot dasar panggul berdampak pada berkurang atau hilangnya keluhan stres inkontinensia urin yang dibuktikan dengan stres test yang menjadi negatif (100%).
Kesimpulan : Latihan otot dasar panggul dengan biofeedback meningkatkan kekuatan otot dasar panggul lebih baik sehingga dapat mengurangi gejala stres inkontinensia urin pascamenopause

Background : Urinary incontinence can cause a significant morbidity. This condition occurs commonly in women with estrogens deficient. Inappropriate stigma and less comprehension to the intervention choices caused inaccurate therapy. Pelvic floor exercise with biofeedback will prevent that to be happened.
Objective : To evaluate the usefulness of biofeedback in pelvic floor exercise to increase the strength of the muscles to treat urinary stress incontinence on postmenopausal women.
Design : Quasi experimental complete randomized
Setting : At Department of Physical Medicine and Rehabilitation Perjan. dr. Masan Sadikin Hospital Bandung
Subject : Thirty five postmenopausal women with stress urinary incontinence from Panti Wredha Pakutandang-Ciparay
Intervention : From May -- August 2004. 24 postmenopausal women with stress urinary incontinence who were divided in two groups (exercise and control) did the pelvic floor muscle exercise daily supervised, with and without biofeedback for 8 weeks. The strength of the muscles was compared in the end of the study.
Result : There was a very significant increase of maximal pelvic floor muscles contraction (<.001) within all two groups with significant differences (<.05) between two groups. Increasing strength of pelvic floor muscles within both groups (control and exercise) relieve urinary stress incontinence (stress test negative forl00°%).
Conclusion : Pelvic floor muscles exercise with biofeedback increase the strength of the pelvic floor on postmenopausal women with stress urinary incontinence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwin Tahid
"Pasen dan cara kerja : 30 pasen OA lutut (15 pria, 15 wanita) dengan peningkatan sudut Q (> 15°) yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi kemudian dicatat derajat nyeri (Nilai VAS; Visual Analogue Scale), derajat OA (Klasifikasi Kellgreen & Lawrence) dan IMT. Selanjuinya dilakukan pemeriksaan pola ajakan otot vastus medialis dan vastus lateralis dengan EMG. Ditentukan awal ajakan otot vastus lateralis dibandingkan dengan otot vastus medialis. Grafik EMG dinilai pada tugas berdiri berjinjit dan berdiri dengan tumit. Hasil pemeriksaan kemudian dianalisa secara stalistik lalu dilihat hubungan antar variabel secara statistik.
Hasil : Terjadi perubahan pola ajakan otot vastus lateralis dan vastus medialis pada seluruh naracoba penderita OA baik laki-laki dan perempuan dengan kenaikan sudut Q (>l5°). Terdapat hubungan signifikan berupa korelasi negatif (R = -0,663; p = 0,007) antara kenaikan sudut Q dan perubahan pola ajakan pada kelompok laki-laki dengan cara pemeriksaan berdiri berjinjit. Terdapat hubungan signifikan berupa korelasi negatif (R = -0,508; p = 0,002) antara pembahan pola ajakan dan derajat OA lutut pada nilai total (Gabungan kelompok pria dan wanita, n = 30) dengan cara pemeriksaan berdiri berjinjit. Terdapat hubungan signifikan berupa korelasi negatif (R = -0,692; p = 0,04) antara perubahan pola ajakan dan derajat OA lutut pada nilai kelompok Iaki-laki dengan cara pemeriksaan berdiri berjinjit.
Kesimpulan : Walaupun seluruh naracoba penderita OA lutut dengan peningkatan sudut Q mengalami perubahan pola ajakan, namun hubungan yang terjadi tidak sesuai dengan teori dasar. Terdapat hasil pemeriksaan perubahan pola ajakan yang tidak terdistribusi normal, baik berdiri berjiniit maupun berdiri dengan tumit. Hal ini, diduga sebagai penyebab timbulnya hasil-hasil yang tidak menunjang hipotesis. Penyebabnya mungkin akibat adanya faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam kriteria inklusi dan elslusi seperti kekakuan(rightness) jaringan lunak bagian lateral, kekendoran (laxity) jaringan lunak bagian medial, displasia tulang dan posisi abnormal patella.

Subject and Interventions : 30 pts knee OA (15 men, 15 women) with increased Q - angle (>15°) and passes exclusion and inclusion criteria, have been registered entering the EMG study on medial and lateral vastus recruitment pattern atter noted on the pain scale, knee OA grade, and BMI. The starting point of recruitment is determined using the EMG on muscle activity visualization Comparison of medial and lateral vastus recruitment starting point, concluded as the altered recruitment pattern. The EMG examination is conduct in the rock on toe and heel test. All of data was analyzed using statistic software, to determine the correlation between all variables.
Results : All of the patients with increased Q-angle shows altered recruitment pattern. There is a significant negative correlation between increased Q-angle and altered recruitment pattern in male group with rock on toe test (R = -0,663; p = 0,007). The significant negative correlation occurs between altered recruitment pattern and the knee OA grade in the total value (male+female group, n=30) with rock on toe test (R = -0,508; p = 0,002). Significant negative correlation also occurs between altered recruitment pattern and the knee OA grade in the male group with rock on toe test (R = -0,692; p = 0,04).
Conclusion : Even all of the knee OA patients with increased Q-angle shows altered recnritment pattern, the correlation occurs in different way with the theory. The results have not been support the hypothesis owing to the fact that the recruitment pattern data is not nomtally distributed and another factors which are not include in the exclusion criteria may affect the pain and knee OA grade. Those factors are lateral solt tissue tightness, medial soft tissue laxity, dysplastic bone and patella position abnomarlity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Gunarto
"Tujuan : Mengetahui apakah Iatihan Four Square Step dapat meningkatkan keseimbangan pada lansia.
Desain : Study Kasus - Kontrol
Subjek : Tiga puluh orang lansia dibagi secara acak dalam dua kelompok Irtervensi :Kelompok kasus yang mendapat latihan Sit and Rise + Four Square Step serta kelompok kontrol yang mendapat latihan Sit and Rise. Parameter yang diukur keseirnbangan menggunakan alat ukur keseimbanngan FICSIT-4.
Tempat : Penelitian dilaksanakan di Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RS Hasan Sadikin Bandung 2005.
Hasil : Dengan uji Friedman untuk kelompok berpasangan didapat perbedaan bermakna terhadap peningkatan nilai keseimbangan pada lansia dengan menggunakan alas ukur FICSIT-4.
Kesimpulan : Lansia yang diberikan latihan Four Square Step mempunyai nilai FICSIT-4 lebih baik secara signifikans dibanding sebelum latihan.

Objective : To determine if Four Square Step can increased geriatric balance
Design : Case control study
Subject : 30 geriatric persons divided into 2 group randomly.
Intervention : First group were given sit and rise exercise plus Four Square Step exercise. Control group were given sit and rise exercise only. Balance in both group was measured with (FICSIT- 4).
Setting : At Department of Physical Medicine and Rehabilitation, Perjan dr.Hasan Sadikin Hospital Bandung.
Result : There was a significant difference in the increase of balance between the intervention and control group.
Conclution : Geriatric persons who are given Four Square Step Exercise , have a better increase of the FICSIT-4 point.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library