Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wira Winardi
"Latar Belakang: Kanker paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia. Mutasi aktif pada epidermal growth factor receptor (EGFR) terdeteksi pada hampir setengah dari kasus adenokarsinoma paru pada populasi Asia. Pengobatan dengan osimertinib, suatu penghambat tirosin kinase EGFR generasi ketiga telah menunjukkan keunggulan dibandingkan EGFR TKI generasi pertama dan kedua. Namun, resistensi primer dan sekunder mengurangi efektivitas osimertinib.
Metode: Untuk mengungkap mekanisme yang terlibat dalam resistensi osimertinib pada adenokarsinoma dengan mutasi EGFR, kami mengembangkan sel yang resisten terhadap osimertinib dari lini sel kanker paru jenis adenokarsinoma dengan mutasi EGFR, yaitu PC9. Mekanisme resistensi diselidiki melalui sekuensing RNA (RNA-seq). Profil ekspresi gen PC9 yang resisten terhadap osimertinib dengan sel induk yang sensitif terhadap osimertinib kemudian dibandingkan.
Hasil: Analisis RNA-seq menunjukkan bahwa jalur pensinyalan tumor necrosis factor alpha (TNF-α) / nuclear factor κB (NF-κB) mendominasi pada sel PC9 yang resisten terhadap osimertinib (PC9 RO). Interleukin-1 alpha (IL-1α) adalah gen yang paling bermakna mengalami peningkatan ekspresi. Penekanan IL-1 α memulihkan sensitivitas terhadap osimertinib pada pada model sel resistan osimertinib.
Kesimpulan: Penelitian ini mengungkapkan bahwa aktivasi jalur TNF-α/NF-κB merupakan mekanisme alternatif yang bertanggung jawab atas resistansi osimertinib pada PC9 RO dari adenokarsinoma dengan mutasi EGFR. Penekanan IL-1α dapat menjadi strategi yang menjanjikan untuk mengatasi resistansi obat terhadap osimertinib pada adenokarsinoma dengan mutasi EGFR.

Background:Lung cancer is the leading cause of cancer-related deaths worldwide. Activating mutations in the epidermal growth factor receptor (EGFR) are detected in nearly half of adenocarcinoma cases in the Asian population. Treatment with osimertinib, a third-generation EGFR tyrosine kinase inhibitor (TKI), has demonstrated superiority over first- and second-generation inhibitors. However, primary and acquired resistance reduce the efficacy of osimertinib.
Methods: To uncover the mechanisms involved in osimertinib resistance in EGFR- mutant adenocarcinoma, we developed osimertinib-resistant cells from EGFR-mutant adenocarcinoma lung cancer cell lines ( PC9 RO). The resistance mechanism was investigated using RNA sequencing (RNA-seq). The gene expression profiles of osimertinib-resistant PC9 RO cells were then compared with those of osimertinib- sensitive parental cells.
Results: RNA-seq analysis revealed that the tumor necrosis factor alpha (TNF-α) / nuclear factor κB (NF-κB) signaling pathway predominated in the osimertinib-resistant cells. Interleukin-1 alpha (IL-1α) was the most significantly upregulated gene. Inhibition of IL-1α restored sensitivity to osimertinib in the osimertinib-resistant cell model.
Conclusion:This study reveals that activation of the TNF-α /NF-κB pathway is an alternative mechanism responsible for osimertinib resistance in PC9 RO from EGFR- mutant adenocarcinoma. Inhibition of IL-1α may represent a promising strategy to overcome drug resistance to osimertinib in EGFR-mutant adenocarcinoma.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanah
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) dan kanker paru merupakan dua masalah kesehatan dunia dengan angka kematian yang tinggi. Risiko TB meningkat pada pasien dengan keganasan termasuk kanker paru dengan prevalensi 0,7% - 18,7%. Tuberkulosis paru dan kanker paru memiliki gejala yang mirip sehingga diagnosis keduanya sering kali terlambat menyebabkan prognosis yang lebih buruk. Bronkoskopi merupakan suatu tindakan efektif untuk mendiagnosis TB dan kanker paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi TB paru pada pasien terduga kanker paru melalui pemeriksaan tes cepat molekular (TCM) bilasan bronkus.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan subjek terduga kanker paru yang akan menjalani bronkoskopi di RSUP Persahabatan dan berusia minimal 18 tahun pada periode Maret sampai Juli 2024. Bilasan bronkus dilakukan pemeriksaan TCM menggunakan InaTB-Rif untuk mendiagnosis TB.
Hasil: Sebanyak 104 subjek memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan karakteristik usia berada pada median 60 tahun (18-80 tahun), jenis kelamin laki-laki (61,5%), status gizi baik dengan indeks massa tubuh normal (60,6%), memiliki riwayat merokok (54,8%) dan bekas TB (21,2%). Subjek penelitian yang memiliki komorbid paling banyak adalah diabetes melitus (DM) tipe 2 yaitu 20,2%. Sebagian besar mengeluhkan batuk, gambaran radiologi mayoritas tampak massa dan kompresi serta massa infiltratif pada temuan bronkoskopi. Proporsi TB paru pada pasien yang menjalani bronkoskopi dengan terduga kanker paru yaitu 22,12% dengan dua pasien terdeteksi resisten rifampisin (8,67%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa fibrosis dan ratio neutrofil limfosit memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan hasil TCM.
Kesimpulan: Diagnosis TB pada pasien terduga kanker paru perlu dipertimbangkan terutama pada negara dengan beban TB yang tinggi seperti Indonesia sehingga tata laksana dapat diberikan secara optimal.

Background: Tuberculosis (TB) and lung cancer are two global health problems with high mortality rates. The risk of TB increases in patients with malignancies including lung cancer with a prevalence ranging from 0.7% to 18.7%. Pulmonary tuberculosis and lung cancer have similar symptoms, often leading to delayed diagnosis and resulting in a worse prognosis. Bronchoscopy is an effective procedure for diagnosing TB and lung cancer. This study aims to determine the proportion of pulmonary TB in suspected lung cancer patients through the examination of bronchial washing using a rapid molecular test (RMT).
Method: This was a cross-sectional study with suspected lung cancer patients who would undergo bronchoscopy at Persahabatan Hospital National Respiratory Center and at least 18 years old in the period from March to July 2024. Bronchial washing was examined by RMT using InaTB-Rif to diagnose TB.
Results: A total of 104 subjects met the inclusion and exclusion criteria, with a median age of 60 years (range 18 to 80 years), predominantly were male (61.5%), and demontrated good nutritional status with a normal body mass index (60.6%), had a history of smoking (54.8%), and former TB (21.2%). The most common comorbidity among the subjects was type 2 diabetes mellitus, accounting for 20.2%. Most participants reported cough and radiological findings predominantly revealed masses, compression, and infiltrative masses in bronchoscopy results. The proportion of pulmonary tuberculosis in patients who underwent bronchoscopy for suspected lung cancer was 22.12%, with two patients detected as resistant to rifampicin (8.67%). Bivariate analysis revealed that fibrosis and neutrophil-lymphocyte ratio had a statistically significant with RMT.
Conclusion: The diagnosis of tuberculosis in suspected lung cancer patients needs to be considered especially in high TB burden countries such as Indonesia so the management could be given optimally.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library