Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martwinny Reinsiska Benung
Abstrak :
ABSTRAK Blastocystis hominis adalah parasit protozoa uniseluler yang sering ditemukan pada saluran intestinal manusia. Gejala klinis pada infeksi Blastocystis hominis tidak spesifik, seperti diare kronis, nyeri abdomen, dan rasa tidak nyaman di perut. Diare yang kronis pada anak dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang. Diagnostik deteksi Blastocystis hominis dilakukan dengan pemeriksaan langsung. Beberapa penelitian sebelumnya telah melaporkan metode lain dalam pemeriksaan Blastocystis hominis, yaitu metode kultur dan metode PCR. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan hasil deteksi Blastocystis hominis dengan menggunakan metode kultur dan metode PCR dengan menggunakan gen 18S rRNA, setelah dilakukan pemeriksaan langsung untuk mengetahui tingkat sensifisitas dan spesifisitas kedua metode tersebut. Sampel penelitian berupa feses yang berjumlah 36 sampel, yang terdiri dari kelompok positif dan kelompok negatif infeksi Blastocystis hominis setelah pemeriksaan langsung, masing-masing kelompok sebanyak 18 sampel. Kelompok sampel tersebut dilakukan pemeriksaan metode kultur dan metode PCR. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p > 0,05) antara metode kultur dan metode PCR, dan hasil penelitian juga mengindikasikan sensitivitas PCR terhadap metode kultur adalah 89% dan spesifisitas PCR terhadap metode kultur adalah 78%.
ABSTRACT Blastocystishominis is a unicellular protozoan parasites that are often found in the human intestinal tract. Clinical symptoms in Blastocystishominis infection are not specific, such as chronic diarrhea, abdominal pain, and discomfort in the abdomen. Chronic diarrhea in children can result in growth disorders. Blastocystis hominis diagnostic detection was done with direct examination. Preliminary studies have reported other methods of examination Blastocystis hominis, namely the culture method and the PCR method. We studied a comparison forBlastocystishominis detection using culture method and the PCR method with 18S rRNA gene as a marker, after direct examination to determine the level sencitivity and specificity of the two methods. The sample from fecal totaling 36 samples, classified of a positive and negative groups Blastocystis hominis infection after direct examination, each group as many as 18 samples. The sample group examined culture method and the PCR method. The results showed there was no significant differences (p> 0.05) between the culture method and the PCR method, and the results also indicate thatthe sensitivity of PCR for culture method is 89% and specificity of PCR to the culture method is 78%.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Halleyantoro
Abstrak :
ABSTRAK Toksoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Penyakit infeksi ini dapat menyebabkan kondisi fatal bila terjadi pada pasien imunokompromis, misalnya adalah toksoplasma ensefalitis (TE) yang menyerang sistem saraf pusat. Untuk menegakkan diagnosis Toxoplasma sebagai penyebab kelainan SSP (sistem saraf pusat) pada pasien HIV sangat sulit, sehingga diperlukan metode pemeriksaan lain sebagai alternatif, salah satunya adalah pemeriksaan PCR mendeteksi gen B1 dari Toxoplasma gondii. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode PCR pada sampel CSS (cairan serebrospinal) yang sesuai untuk menegakkan diagnosis TE dan mengetahui keunggulan dan kelemahan pemeriksaan PCR dibandingkan pemeriksaan IgG anti-Toxoplasma pada cairan serebrospinal. Penelitian dilakukan pada cairan serebrospinal pasien HIV/AIDS dengan gangguan serebral. Hasil pemeriksaan PCR dari 88 sampel CSS pasien HIV yang datang ke Laboratorium Parasitologi FK UI, adalah 23 (26,1%) positif dan 65 (73,9%) negative T. gondii. Ada hubungan postif bermakna antara pemeriksaan PCR dengan pemeriksaan IgG anti-Toxoplasma dari CSS.
ABSTRACT Toksoplasmosis is a disease caused by infection of Toxoplasma gondii. This infection can caused a life threatening condition in immunocompromised patients, for example toxoplasma ensefalitis (TE) which attack central nervous system. It is very difficult to diagnose Toxoplasma as a cause of CNS infection in HIV patient, so we need another methods as alternative, one of which is one of which is a PCR detection of Toxoplasma gondii B1 gene. This research aims to develop a PCR method on samples Cerebrospinal Fluid (CSF) that suitable for TE diagnosis and determine the advantages and disadvantages PCR methods compared to detection of anti-Toxoplasma IgG from CSF. The study was conducted in the cerebrospinal fluid of patients with HIV / AIDS with cerebral disorders. PCR examination results of 88 samples CSS HIV patients who came to the Laboratory of Parasitology FK UI, was 23 (26.1%) positive and 65 (73.9%) negative T. gondii. There is a significant positive relationship between PCR and detection anti-Toxoplasma IgG from CSF.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Nurmalasari
Abstrak :
ABSTRAK Giardia duodenalis (G. duodenalis) adalah protozoa usus yang termasuk ke dalam Kelas Flagelata penyebab diare, yang sering menimbulkan masalah pada anak. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi G. duodenalis disebut giardiasis. Giardia menginfeksi manusia maupun hewan dengan spesies G. duodenalis umumnya ditemukan pada manusia. Prevalensi giardiasis di negara berkembang dilaporkan sekitar 10-50%. Riset epidemiologi molekuler di berbagai negara melaporkan pada saat ini berdasarkan kelompok genetik ada 8 assemblage Giardia (assemblage A-H) yang sudah diketahui dan untuk isolat G. duodenalis dari daerah geografis yang berbeda, hanya assemblage A dan B yang menyebabkan infeksi pada manusia. Sementara assemblage C dan D ditemukan pada anjing, kucing, serigala; assemblage E ditemukan pada hewan peliharaan, domba, kambing, babi, kerbau dan muflons; assemblage F pada kucing, assemblage G pada tikus dan assemblage H pada anjing laut dan burung camar. Karakteristik genotipe dari G. duodenalis adalah host-spesific sehingga dapat digunakan untuk melihat kemungkinan transmisi dan sumber infeksi. Penelitian ini merupakan laporan pertama terhadap identifikasi genotip G. duodenalis isolat Indonesia, dengan sampel dari anak sekolah dasar. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional). Sampel feses dikoleksi dari 140 anak-anak Sekolah Dasar di Kampung Melayu, Jakarta Timur, kemudian diperiksa secara mikroskopis untuk mendapatkan sampel yang positif mengandung Giardia. Sampel yang positif Giardia tersebut lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR dengan target gen triose phosphate isomerase (TPI) dan Restriction Fragmen Length Polimorphism (RFLP) untuk menentukan subtipe (assemblage) Giardia. Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian giardiasis secara mikroskopis pada anak usia sekolah di Kampung Melayu sebesar 10.7%. Dari sampel yang positif secara mikroskopis tersebut hanya 3 yang menunjukkan hasil positif dengan PCR-RFLP yaitu 1 sampel assemblage A dan 2 sampel assemblage B. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber infeksi Giardia kemungkinan berasal dari manusia dan mamalia.
ABSTRACT G. duodenalis is one of the intestinal parasites that belong to the class of flagellates protozoa that cause diarrhea. Diseases caused by G. duodenalis infection called giardiasis. As one species of intestinal parasites, G. duodenalis commonly found in humans. Giardiasis in developing countries are reported to have a prevalence of 10-50%. At this time based on genetic group there are 8 assemblage G. duodenalis (assemblage A-H) is already known. From the results of molecular studies with PCR method for G. duodenalis isolates from different geographic areas, only assemblages A and B which stated the cause infections in humans. While assemblage C and D are found in dogs, cats, wolves; E assemblage found in pets, sheep, goats, pigs, buffalo and muflons; assemblage F in cats, assemblage G in mice and assemblage H in seals and gulls. Genotipe characteristics of G. duodenalis are host-specific and can be used to look at the possibility of transmission and sources of infection. In this study, cros-sectional was used as a research design. Fecal samples were collected from 140 primary school children in Kampung Melayu of East Jakarta and examined directly by microscope to get positive Giardia samples. The positive samples were examined by PCR with triose phosphate isomerase (TPI) as the target gene and followed by Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) to determine the Giardia subtype (assemblage). The results showed that the percentage of giardiasis microscopically at school-age children in Kampung Melayu is 10.7%. However, among those positive microscopically samples, only 3 samples can be amplified with PCR and identified by RFLP. Assemblage found are 1 sample of assemblage A and 2 samples of assemblage B. From these findings it can be concluded that the possible source of transmission of giardiasis are humans and mammals.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library