Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasnia Salma Dwi Astuti
Abstrak :
Latar Belakang: Periodontitis merupakan salah satu kondisi periodontal yang dapat menyebabkan poket periodontal. Terdapat berbagai metode perawatan poket periodontal, salah satunya adalah Guided Tissue Regeneration. Penelitian mengenai persepsi dan preferensi Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Indonesia mengenai penggunaan membran GTRpada terapi regeneratif jaringan periodontal belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Mendapatkan persepsi dan preferensi dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia mengenai penggunaan membran GTR. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang menggunakan kuesioner kepada dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia. Hasil: 93 responden melakukan bedah regeneratif GTR dengan mayoritas 1-3 bedah setiap bulan dengan indikasi 2-3 wall defect. GTR dilakukan menggunakan membran resorbable collagen karena memberikan hasil perawatan yang lebih baik dengan parameter keberhasilan pertumbuhan tulang secara radiografi dan persentase kesuksesan sebesar 75%. Alasan responden tidak melakukan GTR karena biaya cukup tinggi. Responden puas dan percaya diri dengan teknik GTR dan setuju penggunaan material dari hewan, manusia dan sintetis. Jumlah bedah regeneratif periodontal GTR oleh dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia dipengaruhi oleh lama praktik dan tidak dipengaruhi oleh domisili daerah praktik. Kesimpulan: Terdapat perbedaan persepsi dan preferensi dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia dalam penggunaan teknik GTR pada terapi jaringan periodontal regeneratif dan terdapat perbedaan signifikan antara jumlah bedah regeneratif periodontal GTR oleh dokter gigi spesialis periodonsia dan lama praktik. ......Background: Periodontitis is one of the periodontal conditions that can cause periodontal pockets. There are various methods of treating periodontal pockets, one of which is Guided Tissue Regeneration. Research on the perceptions and preferences of Periodontists in Indonesia regarding the use of GTR membranes in periodontal tissue regenerative therapy has never been conducted in Indonesia. Objective: Obtain the perceptions and preferences of periodontists in Indonesia regarding the use of GTR membranes. Methods: Descriptive study with a cross-sectional approach using a questionnaire to periodontists in Indonesia. Results: 93 periodontists in Indonesia performed GTR with the majority of surgeries performed 1-3 times a month and indications of 2-3 wall defects. GTR is performed using a resorbable collagen membrane because it provides better treatment results with radiographic parameters of bone growth success and a treatment success rate of 75%. The reason respondents did not do the GTR was because the cost was quite high. Respondents were satisfied and confident with the GTR technique and agreed to use animal, human and synthetic materials. The number of GTR periodontal regenerative surgeries by periodontists in Indonesia is influenced by length of practice and not by domicile in the practice area. Conclusion: There are differences in the perceptions and preferences of periodontists in Indonesia regarding the use of the GTR technique in regenerative periodontal tissue therapy and there are significant differences between the number of GTR regenerative periodontal surgeries by periodontists and the length of practice.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Agzarine Deandra
Abstrak :
Latar Belakang: Connective Tissue Graft (CTG) yang menjadi standar baku emas perawatan resesi gingiva memiliki tingkat kesulitan perawatan yang cukup tinggi, serta menimbulkan rasa cemas dan ketidaknyamanan pada pasien. Hidrogel gelatin banyak dikembangkan dalam bidang tissue engineering karena memiliki sifat yang menyerupai matriks ekstraseluler jaringan tubuh. Hidrogel gelatin masih memiliki kekurangan dalam hal sifat mekanisnya, sehingga perlu dilakukan crosslinking secara kimia untuk meningkatkan potensinya sebagai scaffold regenerasi gingiva. Tujuan: Mengevaluasi efek agen crosslinker EDC pada hidrogel gelatin sebagai scaffold regenerasi gingiva. Metode: Pembuatan hidrogel gelatin dilakukan menggunakan bubuk gelatin bovine, sedangkan agen crosslinker yang digunakan adalah 1-(3-dimethylaminopropyl)-3’-ethylcarbodiimide hydrochloride (EDC) yang dikominasikan dengan N-hydroxysuccinimide (NHS). Uji porositas, swelling, dan biodegradasi dilakukan secara in-vitro dan ditriplikasi. Hasil: Penambahan agen crosslinker EDC menurunkan nilai porositas hidrogel gelatin menjadi 89,52%, menurunkan laju swelling, serta menahan biodegradasi hidrogel gelatin menjadi 92,43% pada hari ke-14. Kesimpulan: Agen crosslinker EDC memiliki efek yang dapat membuat struktur serta sifat mekanis scaffold menjadi lebih ideal untuk digunakan sebagai agen regenerasi gingiva. ......Background: Connctive Tissue Graft (CTG), the gold standard treatment for gingival recession, often results in increased patient morbidity. Gelatin-based hydrogel has been extensively explored as a biomaterial for tissue engineering, mimicking the extracellular matrix of host tissue. However, the mechanical strength of this biomaterial requires enhancement to make it an ideal scaffold for gingival regeneration. Aim: Evaluate the effect of EDC as crosslinking agents on gelatin-based hydrogel as a scaffold for gingival regeneration. Methods: Gelatin hydrogels were prepared using bovine gelatin powder, and the crosslinker composed of a combination of 1-(3-dimethylaminopropyl)-3'-ethylcarbodiimide hydrochloride (EDC) and N-hydroxysuccinimide (NHS). In-vitro tests, such as porosity, swelling, and biodegradation, were conducted in triplicate for all samples. Results: Gelatin hydrogels with added EDC as crosslinking agents showed a reduction of porosity by 89.52% (p<0.05), decrease in swelling ratio (p<0.05), and retained hydrogel biodegradation rate to 92,43% (p<0.05) on day-14th. Conclusion: EDC demonstrated the ability to improve the structural and mechanical strength of the scaffold, making it more suitable as a gingival regenerative agent.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library