Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hidayat Gunawan
"ABSTRAK
Komite Medik adalah wadah baru dalam struktur organisasi perumah sakitan di Indonesia, terlahir dengan diberlakukannya SK Menkes no 983/1992. Komite ini bertugas membantu direktur rumah sakit untuk menjaga kualitas pelayanan medik dengan menghimpun, mengatur, mengawasi dan mengembangkan tenaga medis rumah sakit.
Akreditasi rumah sakit adalah salah satu upaya Departemen Kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia, dimana pelayanan medis merupakan salah satu aspek didalamnya. Para pelaksana pelayanan medis ini adalah tenaga medis yang pengaturan pengelolaannya dilaksanakan oleh Komite Medik, sehingga Akreditasi rumah sakit secara tidak langsung menilai Komite Medik.
Untuk melihat sejauh mana intervensi persiapan akreditasi rumah sakit mempunyai pengaruh pada pengembangan Komite Medik di RSU R Syamsudin, SH, diadakan penelitian yang dilakukan antara bulan Juni 1997 sampai dengan Maret 1998 di RSU R Syamsudin, SH Sukabumi.
Rancangan penelitian ini adalah Studi Kasus dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif pada organisasi Komite Medik di RSU R Syamsudin, SH Sukabumi, dengan melakukan Pengamatan Berperan Serta terhadap pelaksanaan proses persiapan akreditasi, melaksanakan Wawancara Mendalam kepada direktur dan pengurus inti Komite Medik yang berkaitan dengan hambatan yang terjadi pada fase pra akreditasi dan kondisi minimal yang harus ada agar Komite Medik dapat tetap aktif pada fase pasca akreditasi serta pengisian kuesioner yang ditujukan kepada seluruh pengurus dan anggota Komite Medik yang isinya berkaitan dengan pengembangan yang terjadi setelah proses persiapan akreditasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi pada fase pra akreditasi adalah kurangnya informasi, kemandirian dokter yang berlebihan, "sense of belonging" yang kurang dan belum adanya "medical staff by laws". Pengembangan yang terjadi setelah proses persiapan akreditasi adalah terjadi peningkatan pengetahuan, aktivitas dan struktur Komite Medik. Dirasakan juga terjadi peningkatan motivasi dalam mengembangkan Komite Medik oleh para tenaga medik. Adapun kondisi minimal yang harus ada agar Komite Medik tetap konsisten pada fase pasca akreditasi adalah adanya komitmen bersama dari seluruh anggota Komite Medik, minimalisasi hambatan, disiplin yang tinggi pada jadwal program dan adanya dukungan direktur yang berkesinambungan.

ABSTRACT
The "Komite Medik" or Medical Committee is a new setting within organizational structure of a hospital, established through the Decree of Minister of Health number 983/1992. Its mission is to assist the hospital director in the conduct of recruitment, developing regulation, supervision and developing of the medical staff, in order to maintain the quality of medical service.
Accreditation of hospital is an attempt launched by Department of Health to upgrade the level of health service performance in all hospitals through out Indonesia. The accreditation of hospital service is very closely related to the performance of the medical staff which is administered professionally by the "Komite Medik".
This study attempts to identify and analyze to what extent the process of accreditation does influence the performance of the "Komite Medik" in R. Syamsudin Hospital, where the study was undertaken from June 1997 up to March 1998.
The design was a case study, using quantitative and qualitative approaches. Observation by active participation to all of the accreditation process, indepth interviews with director and main staff of "Komite Medik" in connection with resistances and obstacles and to find out minimal condition to maintain the performance of "Komite Medik" after intervention and interview using questionnaire addressed to all staffs and members of "Komite Medik" in connection with the development occurred after the process of accreditation were methods to collect data.
The result of the study showed that in pre accreditation period were lack or shortage of information, too great independency of individual staff, lack of sense of belonging, and the absence of medical staff by laws.
However, improvement of knowledge, developing of subcommittees as well as the increase of activities of "Komite Medik" were significantly seen after the accreditation process.
The minimal condition to maintain the existancee "Komite Medik" are common commitment by all members of "Komite Medik", minimalizing resistances and obstacles, maximaling discipline to obey scheduled program and above all by continuous support given by the hospital director.
"
Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risalina Myrta Anggarini
"ABSTRAK
Dengan didukung oleh 20 jenis keahlian, maka angka kunjungan pasien rawat jalan RSPAD Gatot Soebroto cukup tinggi. Seperti kita ketahui bersama tuntutan utama bagi pasien rawat jalan adalah pelayanan dengan cepat dan tepat Untuk menunjang pelayanan pasien rawat jalan panting pula diperhatikan layanan rekam medis yang cepat.
Dari hasil residensi penulis menjumpai lamanya rata-rata layanan rekam medis pada pasien poliklinik Penyakit Dalam yang diperkirakan mempunyai dampak atas kepuasan pasien.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi yang terperinci tentang layanan rekam medis di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Penelitian dilakukan secara cross sectional, dengan melakukan pengamatan terhadap rata-rata layanan rekam medis pasien rawat jalan poliklinik Penyakit Dalam, kemudian mengumpulkan data sekunder, juga wawancara dan diskusi kelompok terarah dengan petugas rekam medis serta kunjungan ke Rumah Sakit Pondok Indah untuk mendapatkan data pembanding. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Pengamatan dilakukan selama 15 hari kerja (3 minggu) berturut-turut dan didapat 1222 orang pasien dan 20 orang petugas sebagai sampel penelitian. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa :
Rata-rata (mean) waktu layanan rekam medis di poliklinik Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto adalah 61 menit.
Pengembangan kualitas tenaga rekam medis kurang direncanakan dengan baik. Prosedur kerja belum dilaksanakan secara konsisten. Pengembalian rekam medis dari poliklinik maupun tempat perawatan belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Lokasi poliklinik yang jauh dari tempat penyimpanan rekam medis mempengaruhi kecepatan pelayanan. Perlunya penambahan petugas untuk merapikan file.

ABSTRACT
Being the top referral military hospital the Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) consisting of 20 different specialities has a hight visit of out-patients. Hence, a fast and efficient medical record service seems necessary.
The purpose of this research is to gather exact information on medical record service in the Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto). This research is cross - sectional. It is based on medical record observations towards out - patients of the Internal Medicine Department together with secondary data from interviews and focussed group discussions with medical record officers. A visit to the Pondok Indah Hospital for comparison study was made and the data analysis is qualitative and quantitive.
The observation on I222 patients and 20 officers for 15 working days (3 weeks) is as follows :
The average time required for medical record service in the internal Medicine Department of the Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) is 61 minutes.
The personnel for medical record service do not meet up to expectations the work procedure is not consistent. At times, medical records are not well - kept.
Bibliography : 21 year 1952 - 1997.
"
Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayi Djembarsari
"ABSTRAK
Saat ini rumah sakit tidak dapat hanya mengandalkan pendapatan dari pembayaran tunai saja. Pembayaran secara kredit dapat ditempuh dalam upaya meningkatkan pendapatan rumah sakit, tetapi apabila tidak dikelola dengan hati-hati rumah sakit akan gagal dan harus menyediakan dana tambahan yang akan menambah besarnya modal yang harus disediakan.
Masalah dalam penelitian ini diidentifikasi saat residensi dimana diketahui bahwa piutang pasien rawat inap jaminan perusahaan mengambil bagian terbesar dari piutang yang terjadi serta cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan tersebut disebabkan oleh lemahnya penagihan piutang pasien rawat inap jaminan perusahaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model penagihan untuk pasien rawat inap jaminan perusahaan Untuk memperoleh model yang sesuai dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang ada didalarn dan diluar rumah sakit, psosedur penagihan yang saat ini berjalan dan dibandingkan dengan teori yang ada.
Metodologi penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah kualitatif analitik yang berupa suatu telaahan kasus dengan pendekatan pemecahan masalah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil penagihan yang maksimal, rumah sakit harus mempunyai kesepakatan yang jelas dengan pihak penjamin. Upaya penagihan piutang harus sudah dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan sebaiknya dilakukan secara berkala selama pasien dirawat sehingga diharapkan pada saat pasien lepas rawat tidak ada piutang atau piutang yang ada dapat ditekan. Karena kegiatan tersebut melibatkan beberapa bagian yang ada di rumah sakit, untuk pelaksanaannya perlu dibentuk suatu tim yang berada dibawah koordinasi Direksi rumah sakit.
Impelmentasi dari model penagihan piutang pasien rawat inap jaminan perusahaan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan rumah sakit sehingga rumah sakit dapat meningkatkan kinerjanya.

ABSTRACT
Account Receivable Collecting System for Inpatient Deposit on Company's Account in "Dharmais" Cancer HospitalRecently hospitals cannot just depend on cash payment only. Credit payment can be arranged in order to increase the hospital revenue, however the system should be managed properly, otherwise the hospital will have to provide more capital as it should be.
This research identified that the main problem comes from Account Receivable Inpatient on Company?s Account and tend to increase from year to year. This condition is due to the difficulties in collecting payment from Inpatient on Company?s Account.
This study is designated to develop a system by analyzing condition internal and external hospital factors, existing collecting procedure and benchmarking with the theory. Qualitative analysis is used in this research by using problem solving approach.
This research implies that to get a maximum payment collection, the hospital has to have mutual commitment with the company. Account receivable collection effort has to be started when the patient admitted to the hospital and it should be done regularly while the patient is in the hospital so that when the patient is discharged there would be no more account receivable or at least living some small part of the account receivable payment.
Because all the activities will involve some departments in the hospital, the implementation of this system should be coordinated by a governing board.
Implementation of the Account Receivable Collecting System for Inpatient Deposit on Company's Account is hopefully could increase the hospital revenue so the hospital could improve its performance.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Murdoto
"ABSTRAK
Rumah sakit Umum Daerah Tipe C sebagai Pusat Rujukan di Kabupaten mempunyai peranan penting dalam program penurunan angka kematian ibu dan anak di daerahnya. Demikian juga Rumah Sakit Umum Subang di Jawa Barat yang berpenduduk 1,3 juta orang mempunyai dua dokter spesialis kebidanan dan dua spesialis anak dengan sepuluh orang bidan, melayani rujukan yang berasal dari dokter, Puskesmas, Bidan maupun dukun bayi.
Sampai dengan saat ini kegiatan pelayanan rujukan tersebut belum pernah dievaluasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di kabupaten Subang dengan berfokus pada aktivitas rujukan medis dalam serial waktu 1989-1996 dengan menilai proses yang terjadi selama delapan tahun dan hasil yang tercatat. Data dikumpulkan melalui catatan medis dalam sistem rujukan.
Pada analisis terlihat perbedaan yang mencolok terjadi pada tahun 1993, dimana terjadi kenaikan sebanyak 33-43 % kasus-kasus rujukan maternal maupun perinatal. Sejalan dengan itu angka bedah Caesar meningkat 11% setiap tahunnya dan rujukan partus normal menurun. Angka kematian perinatal meningkat terutama pada kasus yang dirawat kurang dan 48 jam pertarna dengan sebab kematian asfiksia dan Berat Badan Lahir Rendah. Pada kasus ini dengan jumlah kasus yang meningkat tidak diimbangi dengan kelengkapan pelayanan intensif perinatal, sehingga banyak kasus yang tidak dapat ditolong. Rujukan kasus kehamilan resiko tinggi meningkat dan sebab kematian maternal ialah perdarahan dan eklamsi.
Selama delapan tahun dilakukan sekitar 9 bentuk interfensi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Subang bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tingkat II Subang, antara lain pembentukan Puskesmas dengan perawatan, penempatan bidan desa, menyediakan ruang perinatologi di rumah sakit, membentuk Tim Rujukan rumah sakit, ceramah di organisasi IDI dan IBI, pelatihan tenaga kesehatan dan pelatihan dukun bayi.
Banyak spesialis kebidanan maupun spesialis anak di daerah enggan terjun ke daerah, kami menyarankan kepada Departemen Kesehatan untuk membuat suatu posisi tertentu bagi para spesialis sehingga mereka mau tidak mau terjun dalam program kesehatan di daerah melalui suatu Surat Keputusan resmi. Penelitian ini juga mengusulkan kepada rumah sakit untuk melengkapi dengan unit pelayanan intensif perinatal/neonatal. Diperlukan juga peningkatan partisipasi dari lintas sektoral untuk mendukung kegiatan rujukan ini terutama bagi kaum yang tidak mampu.
Daftar bacaan : 24 buah

ABSTRACT
Referral System of Maternal and Child Health Analysis. A Studi Case in General Hospital of Subang District in 1989-1996.
Set up as a medical referral for complicated maternal and child cases, a district hospital in Indonesia plays a huge role in its contribution to decrease infant and maternal death in its catchman area. Subang District Hospital is one of it. Lies in hilly Subang District in West Java province, serves 1,3 million population. It has run maternal and child health care since its establishment in 1984, given at the obgyn outpatient and inpatient service, which is staffed by 2 obgyn, 2 pediatrician and 10 clinical midwives. Complicated cases have been referred so far, either a self referral or sent by the traditional birth attendants, or by the health center doctors and midwives.
It is felt nowadays that Subang Hospital has made a sufficient contribution toward the improvement of MCH program in Subang district, however, these activities renders by the hospital has never been evaluated. Therefore, no empirical data could be shown sa far to evident the contribution, moreever, no lesson learned or successful stories could be disseminated. This study aimed to evaluate the maternal- and child health activities conducted by Subang Hospital, focusing on its activities related to the medical referral system, using a 8 years time series data from 1989 to 1996 , to assess the process accrued during those years in order to achieve outputs recorded. The data was collected through the medical records to this referral system activities.
The analysis showed that differences in output achievements started to occur after 1993,.where in that year high risk Maternal and Prenatal cases referred to the hospital increase sharply to 33-43% per year afterwards. Commensurating to that, number of sectio caesarians conducted in the hospital increases 11% every year, and normal deliveries decreased. Neonatal death after the first 48 hours of hospitalization increase since 1993, with main causes are neonatal asphyxia and low birth weight. In this case, number of cases increase, but the hospital is not equipped with a neonatal emergency room, which made the hospital failed in surviving those little souls. High risk pregnancy cases referred increases, and main cause of deaths are severe bleeding predisposed by heavy anemia and eclampsia.
During those 8 years 9 kind of interventions have been conducted in the hospital setting. Those were; the formal establishment of the AMP team, the deployment of new young fresh graduates midwives in each village in Subang district, intensive maternal and child care education to the community through the health eadres and community midwives, knowledge and eithiocal backup by midwives and physicians's proffesional organizations, continous trainning to the traditional birth attendants, and emergency obgyn care and treatment trainings for the community midwives.
The study recommends to the Department of Health to respect the obgyns and pediatrician who are also dedicate their work by serving community outside the hospital setting through issuing a legal acknowledgement (Letter of Decree). This is because most obgyns and pediatricians only focus their work and job at their station, hospital, and only a few of them are willing to serve in the community setting. The hospital also pleas for the provision of emergency prenatal care unit, since the need is obvious. Increase participation and contribution from other related sectors as well as from the community to back up transportation fee for those low socioeconomic high risk cases (mothers and or infants) which have to be referred to the hospital for survival is very much expected. The Medical trainings for community midwives are urged to be continued and training should be given in the hospital in an internship setting.
Bibliography : 24
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramamurti Makarao
"Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi serta faktor-faktor yang berhubungan dengannya. Rancangan yang digunakan untuk penelitian ini adalah cross sectional. Sampling dilakukan pada populasi remaja yang duduk di bangku kelas 3 SLTP Negeri di Cianjur Kota, sebanyak 4 buah SLTP Negeri. Sampel yang diambil sebanyak 399 responden dengan cara simpel random sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup dan terbuka (data primer), sedangkan untuk data, pendidikan dan pekerjaan orangtua responden didapat data di sekolah (data sekunder). Waktu pengambilan data diadakan serentak pada hari-hari yang telah ditetapkan yaitu tanggal 13 Januari 1997 sampai tanggal 18 Januari 1997. Entry data dan pengolahan data dilakukan dengan program komputer EPI INFO Versi 6.0 dan SPSS For Windows.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini didapat ada yang mendukung hipotesis dan ada yang menolak hipotesis. Dengan analisis bivariat didapatkan hasil penelitian yang mendukung hipotesis yaitu ada hubungan antara; jenis kelamin, jumlah anggota dalam keluarga, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu kelompok sebaya organisasi dan komunikasi dengan pengetahuan remaja tentang reproduksi dan antara jenis kelamin, jumlah anggota dalam keluarga, kelompok sebaya dan organisasi dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Hasil yang menolak hipotesis yaitu yang menyatakan tidak adanya hubungan antara jenjang urutan anak dan organisasi dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan antara jenjang urutan anak, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, komunikasi dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi.
Disarankan agar diadakan gerakan dari tingkat daerah sampai dengan tingkat pusat tentang penyebarluasan kesehatan reproduksi. Disamping itu, perlu diadakannya kajian dan penelitian lebih lanjut secara ilmiah supaya didapat konsep yang tepat untuk implementasi di masyarakat luas.

The Knowledge And Attitude Analysis Of Reproduction Health Of Teenagers Of The Third Grade Of Junior High School Students In Cianjur In 1996.The aim of this research is to find out the teenagers knowledge and attitude of reproduction health and some other factors that dealt with it. The method that is used in this research in cross sectional method. Sample is taken on the youth population of the third grade students of Junior High School in the center of Cianjur, 4 government school around Cianjur. The total samples are 399 respondents using simple random sampling.
Data collecting used a questionnaire with opened questions and closed questions (primary data), mean while educations background and parents jobs, are gained from the school (secondary data). All data are gained at the same time from January 13, 1997 to January 18, 1997. Data entry and the data processing are done by EPI INFO 6.0 Version and SPSS for windows.
The conclusion of this research in that there are some conclusion that support the hypothesis, and some are reject it. Using bivariat analysis; some of the results support the hypothesis and analysis the tell us that there are some relationship between set, the number of the family, father and mother educational background, father and mother's jobs and teenagers' knowledge about reproduction, and sex, the number of the family, peer group and organization and teenagers attitude about reproduction health.
The results that reject hypothesis states that there are no relationship between numbers in the family and organization and teenagers knowledge about reproduction health, and the numbers in the family, father and mother's educational background, communication teenagers attitude about reproduction healthy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Raspati Achmad
"Berdasarkan pemantauan dilapangan, bahwa ada kecenderungan motivasi Para dokter spesialis merawat pasien disuatu rumah sakit atas pertimbangan imbalan finansial disamping aspek pengabdian masyarakat dan dewasa ini di era globalisasi masalah imbalan finansial dipandang sebagai salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh manajemen suatu organisasi maka pada bulan Mei 1996, Direktur RSVP Dr. Hasan Sadikin membuat kebijakan melalui surat keputusan no. 15A1 DI - 32 1 KU.06.02/ VJ 1996 yang antara lain berisi tentang pemberian imbal jasa ( insentif ) kepada dokter spesialis.
Penelitian dilakukan secara "cross sectional" dengan pendekatan kualitatif dan memilih secara acak 45 dokter spesialis (16 % dari total populasi ) sebagai sampel dengan tujuan mengidentifikasi sistem imbal jasa dan mengetahui pandangan dokter spesialis terhadap sistem imbal jasa yang berlaku sekarang. Didalam mengidentifikasi sistem imbal jasa tersebut, peneliti mencari data mengenai BOR kelas Utama, I dan II; penerimaan fungsional kelas utama, I dan II serta faktor SDM dokter spesialis, sedangkan untuk mengetahui pandangan dokter spesialis peneliti mengumpulkan informasi tentang pengetahuan dan pendapat dokter spesialis terhadap sistem imbal jasa tersebut.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa BOR kelas utama tahun 1996 ( 56,69 %) menurun dibanding BOR tahun 1996 ( 74,83 % ), BOR kelas I selalu dibawah 60 % sejak tahun 1992 sampai tahun 1996 dan BOR kelas II relatif tidak ada peningkatan yaitu sekitar 65 %. Penerimaan fungsional relatif tetap berkisar 676.000.000.rupiah dari kelas utama, dari kelas I, 980.000.000. rupiah dan dari kelas II, 1.4 milyar rupiah.
Sebagian besar dokter spesialis ( 86,66 % ) setuju dengan adanya imbal jasa bagi mereka tetapi 71,11 % diantaranya merasakan ketidak adilan terhadap sistem imbal jasa yang berjalan sekarang dan 51, 11 % dokter spesialis menginginkan adanya pengurangan besarnya potongan jasa medis.
Peneliti menyarankan agar dibentuk suatu unit kerja khusus yang melibatkan dokter spesialis dalam membuat sistem imbal jasa dan merubah porsi pembagian jasa medis yang 70 % menjadi 80 % untuk jasa medis dokter spesialis.

Working as a pediatrician for years at Hasan Sadikin Provincial Hospital, it is felt that many medical specialists ( OB Gynt, surgeons, pediatricians, neurologist etc ) in this hospital are not quite satisfied with the new regulation on incentives for medical specialists. The regulation was declarated in 1996 through a letter of decree Na I5AIDI-32 I KU.06.021 V/1996 issued by the hospital director. In general it is said that every medical specialist working as a full timer and government employee at the hospital receives Rp 100.000, 1 month incentive; without differentiating whether she or he sent or took care of any single patient.
This study intended to portray and analyze factor related to the incentive system for medical specialists and at once also find out details on the unsatisfactory conditions felt by these specialist using a cross sectional survey design, 45 out of 225 medical specialists (16 % of total medical specialists ) were interviewed. The flow of income from various resources received by the hospital, how, where and what proportion goes to the incentives, were 'described and analyzed. Bed Occupancy Rate (BOR ), the number & qualification of the medical specialists are other 2 factors, beside income, which are theoretically related to the incentive system for medical specialists at Hasan Sadikin Provincial Hospital.
The study found that the BOR at the VIP class tends to decrease from 74.83 % in the year 1995 to 56.69 % in the year 1996; at the first class the BOR is always below 60 % and no improvement at all for BOR at the 3rd class. The hospital income tends to remain unchanged in 1966, with total of Rp 676.000.000,- from VIP class; Rp 980.000.000,- from first class and 1.4 million from the 2nd class inpatient wards. This means that the BOR which is still below the MOH standard of BOR ( 60 % ) and the revenue of the Hasan Sadikin Provincial Hospital must and is necessary to be increased.
Majorly of the medical specialists ( 86.66 % ) agrees that incentives must be arranged through regulation, however; 71.11 % is unsatisfied with the current rule. 51,11 % of them suggests the director to reviset the rule and make changes for more fair deal.
The researcher suggests 1) the director to establish a functional team who will work continuously on this matter; 2) to increase medical incentives for medical specialists who refers to and take care their patients at the Hasan Sadikin Hospital. The latter suggestion in the long run is expected to increase the BOR and the revenue of Hasan Sadikin Hospital.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudianto Hadiwijaya
"Isu globalisasi.dan liberalisasi menimbulkan getaran dalam dunia perumahsakitan. Di kota-kota besar dimulai dengan masuknya modal asing dalam industri bisnis perumah sakitan yang menghasilkan rumah -rumah sakit mewah dengan manajemen canggih. Pemerintah Indonesia mengantisipasi keadaan itu dengan membuka keran bagi modal swasta untuk mendirikan rumah sakit baru. Tumbuhnya rumah-rumah sakit baru memadati dunia perumah sakitan, pada gilirannya menimbulkan dampak persaingan ketat antar rumah sakit. Agar Rumah sakit Pemerintah tidak kalah dalam situasi persaingan ,dikeluarkan kebijakan dengan memberikan peluang bagi rumah sakit Pemerintah untuk berkonversi menjadi rumah, sakit Swadana.
Rumah sakit Cideres adalah rumah sakit umum daerah yang terletak di Kabupaten Majalengka, memperoleh lampu hijau dari Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka untuk mempersiapkan diri menjadi rumah sakit Swadana. Agar pelaksanaan Swadana berjalan lancar, rumah sakit mengadakan uji coba untuk membebaskan salah satu revenue center nya dari pengaturan ICW, dengan pengkelolaan mandiri yaitu melalui Swakelola unit Farmasinya (dengan izin Bupati).
Dengan melihat indikator pelayanan resep, ternyata Swakelola ini menyebabkan pelayanan unit Farmasi meningkat pesat yang berarti pendapatan rumah sakit meningkat pula. Hal ini terlihat dari jumlah resep yang keluar dapat ditekan sebesar 72 % pada tahun 1995, sedangkan pelayanan resep unit Farmasi meningkat sebesar 22,29 % pada tahun yang sama. Peningkatan pelayanan resep di Instalasi Rawat Inap adalah 29,9 %, sedangkan di Instalasi Rawat Jalan adalah 16,1 %.
Pada penelitian didapatkan bahwa kenaikan pelayanan itu belum optimal, karena didapatkan bahwa manajemen Swakelola tersebut masih lemah, terutama dalam unsur koordinasi internal dan eksternal disertai pengendalian belum mendapat perhatian. Apabila dilakukan penataan-penataan dalam struktur maupun prosesnya, produktivitas yang akan terjadi pasti dapat lebih ditingkatkan.

The Analysis of Self Managed Medicines Supply System at the Pharmacy Instalation Cideres Public Regency Hospital, West JavaGlobalization and liberalization issues have effected the hospital world In big cities it started with foreign investments coming into the hospital business industry which produced luxurious hospitals supported by modern management system. The government of Indonesia anticipates this new trend giving opportunities for private/domestic firms to invest its capital to build new hospitals. The growing of new hospitals will, in turn arouses the hard competition between them. To sustain government hospitals create one government policy to maintain positive competition is in this competitive situation, a policy for called the "Swadana" which was issued in the year 1996, tobe implemented by the hospital in Indonesia`.
Cideres public hospital as a local public hospital located in Majalengka regency, has received its permissions from the government of Majalengka regency to prepare things needed to turning to it self a hospital. In order to make the Swadana process runs smoothly, Cideres hospital has arranged a trial to release one of its revenue center from Indische Culture Wet regulation by self-managing its pharmacy unit. In fact, using by prescription service as one of the indicator, the self managing has rapidly increase the performance of the pharmacy services, which means increasing the hospital revenue as well.
This can be seen from the number of prescription unable to be served by Hospital's pharmacy decreased 72% in 1995. The number of receipts served by the Hospital Pharmacy increased by the for 22,29% in the same year. The prescription services inpatient installation was 29,9%, whereas in outpatient installation, it increased by 16,1%.
The study showed that the effort of Cideres Hospital in developing its way to become a Swadana Hospital, is not yet optimal, since there are some weaknesses in their self-managing system, especially the internal, external coordination and management controlling. Changes and better arrangement in structure, function and system are still recommended to be improve in order receipt to achieve higher productivity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Darmaatmadja
"Pelayanan instalasi gawat darurat pada suatu Rumah Sakit merupakan tolok ukur kualitas pelayanan Rumah Sakit pada umumnya, karena instalasi gawat darurat merupakan ujung tombak Rumah Sakit yang memberi pelayanan khusus kepada penderita gawat darurat secara terus menerus berlangsung selama 24 jam setiap harinya. Karena itu pelayanan di instalasi gawat darurat harus diupayakan seoptimal mungkin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sampai pada saat ini masih banyak Rumah Sakit di daerah belum dapat memberikan pelayanan optimal sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh Pemerintah. Termasuk juga dalam hal ini Rumah Sakit Umum Boyolali. Hasil pengkajian yang dilakukan oleh tim akreditasi di Rumah Sakit Umum Boyolali antara keadaan saat ini dengan standar yang ditetapkan baru mencapai 40 %. Dengan demikian terjadi kesenjangan (gap) antara kenyataan dengan yang diharapkan.
Terjadinya kesenjangan tersebut tentunya banyak faktor yang mempengaruhi antara lain faktor internal antara lain manajemen, sarana dan prasarana, personil dan faktor eksternal misalnya keadaan ekonomi, politik, sosial budaya, teknologi dan kondisi lingkungan. Inilah yang menjadi latar belakang masalah dalam penelitian, dan inilah yang menantang perlunya diadakan penelitian.
Berdasar pada latar belakang masalah tersebut, secara umum permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya mengatasi kesenjangan yang terjadi antara pelayanan gawat darurat yang saat ini berjalan dengan pelayanan optimal sesuai dengan standar. Pembahasan dibatasi pada pengaruh lingkungan eksternal maupun internal terhadap pelayanan di instalasi gawat darurat, dan upaya perencanaan yang strategis untuk mencapai optimal gawat darurat sesuai standar. Kecuali itu obyek penelitian juga dibatasi di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Boyolali.
Penelitian ini bersifat krosseksional, analisis deskriptif, dan analisis strategi dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui empat fokus group. Tahapan-tahapan yang ditempuh meliputi: (1) tahap masukan (input) dengan menggunakan Internal Factor Evaluation Matrix (IFEM) dan External Factors Evalution Matrix (EFEM); (2) tahap macthing dengan menggunakan Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) analisis sehingga dapat diketemukan issue strategi serta alternatif strateginya; (3) tahap decision dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) sehingga ditentukan prioritas pilihan alternatif strategi. Pada tahap yang ketiga ditemukan pilihan strateginya sebagai berikut: (a) strategi peningkatan mutu pelayanan instalasi gawat darurat dengan cara mengadakan pelatihan PPGD untuk petugas dan awam, komputerisasi, kontrak kerja; (b) strategi pertumbuhan dengan cara product development, market penetration, dan backward integration, dan (c) strategi generik dengan cara costleadership.
Dengan menggunakan metode analisis diskriptif dan analisis strategi sebagaimana dikemukakan di atas, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses pembuatan perencanaan yang strategis lebih penting dari pada hasil dokumen strateginya, karena proses pembuatannya melibatkan semua pihak yang terkait langsung dengan pelayanan di instalasi gawat darurat. Mereka lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam membuat perencanaan sehingga terjalin pengertian dan komitmen di antara mereka. Mereka mendukung sepenuhnya misi, tujuan dan strategi yang ditempuh.
2. Strategi yang dipilih adalah meningkatkan mutu pelayanan instalasi gawat darurat, strategi pertumbuhan dengan melalui product development, market penetration, dan backward integration. Sedangkan strategi generik melalui cost leadership.
Berdasarkan hasil temuan tersebut disarankan agar dalam membuat perencanaan untuk menuju pelayanan optimal sesuai standar melibatkan semua pihak yang terkait dengan menggunakan metode analisis strategi. Perlu peningkatan kategori instalasi gawat darurat menjadi kelas lebuh tinggi dari kelas Rumah Sakitnya dan perlu memantapkan menjadi pusat rujukan kesehatan untuk Kabupaten Boyolali dan sekitarnya
Daftar Pustaka 29 (1980-1996)

Strategic Planning on Emergency Treatment Installation in Boyolali Public HospitalGenerally, an emergency service installation in a hospital becomes a standard of measuring the quality of hospital's service, for the emergency service installation is the front point of a hospital in giving specific services to critical patients continuously 24 hours a day. That is why the service in an emergency room should be optimized as the standard determined by the government. In facts, there are many local hospitals - included Boyolali Public Hospital - have not given optimum service as standardized by the government. A study research done by an accreditation team of Boyolali Public Hospital about the present condition compared with the determined standard is 40 percent. Thus, there is a gap between the present condition and the standard that is hoped.
There are many factors that influence the gap, either internal factors such as management, means and infrastructure, personnel, or external factors such as economy, politics, social culture, technology, and environment. These are the background of the problems and they becomes a challenge to do such a research on them.
Based on those, the research tries to solve the gap and the study limits its analysis on the influence between external and internal conditions concerning the emergency treatment installation and a strategic planning to get an optimum standard. The object of the research is in the emergency unit in Boyolali Public Hospital.
Characteristics of the research are cross-sectional, descriptive analysis, and strategic analysis with qualitative approach. The data collected in four focus groups. The steps are: (1) input, used Internal Factor Evaluation Matrix and External Factors Evaluation Matrix; (2) matching, used SWOT (Strength Weaknesses Opportunity Threat) analysis so that can be found a strategic issue and alternative strategy; (3) decision, used Quantitative Strategic Planning Matrix to determine the priority choices of strategic alternatives. In this step, it is found that the strategic choices are as follows: (a) increasing strategy for improving the service quality in emergency installation through PPGD training for the staff, public, computerization, and working agreement; (b) growing strategy through product development, market penetration, and backward integration; and (c) generic strategy through cost leadership.
The results of this research can be summarized below:
1. Making a strategic planning is more essential than the result of strategic document, for the making process will include all who gives their services in the emergency unit. They are more active, creative, and innovative in making the planning that creates an understanding and commitment among them. Moreover they support fully the mission, aim, and strategy which have been decided.
3. The chosen strategy is to increase the quality of emergency service, growing strategy through product development, market penetration, and backward integration. While generic strategy through cost leadership.
Based on the results, it should be better to gather all sides in making a planning to optimally the services as standardized through strategic analytical method. Increasing the category of emergency installation is needed to achieve a higher level than its hospital and making it stable to be a recommendation of health center for around Boyolali Regency.
Bibliography 29 (1980-1996)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggono Johanes Baptista
"ABSTRAK
Peningkatan keadaan sosial ekonomi masyarakat serta makin ketatnya kompetisi yang juga melanda dunia perumah-sakitan menuntut peningkatan mulu layanan dari rumah sakit Salah salu ukuran mutu pelayanan rumah sakit adalah kepuasan penderita, dan kepuasan penderita atas layanan keperawatan meski bukan satu-satunya pertimbangan, merupakan hal yang sangat penting mengingat kedudukan perawat yang sangat erat dalam berhubungan dengan penderita; yang oleh beberapa penulis dikalakan sebagai the major caring profesion.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tingkat kepuasan penderita atas layanan keperawatan yang menyangkut :
- Profesionalisme perawat : menyangkut ketrampilan media-teknis keperawatan.
- Kepribadian perawat : yang tercermin dalam perilaku perawat.
- Amenities : kenyamanan, keamanan layanan dari fasilitas/lingkungan keperawatan yang menyenangkan; serta akan dicari faktor mana yang menentukan/berhubungan paling erat dengan kepuasan umum penderita.
Teknik analisa yang dipakai adalah ANOVA dan Analisa Korelasi dari PEARSON untuk melihat perbedaan rata rata tingkat kepuasan alas faktor-faktor layanan keperawatan dari penderita- penderita yang berbeda kelas dan bagaimana hubungaanya dengan kepuasan umum.
Hasil penolitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan maupun pada tiap-tiap kelas perawatan didapatkan tingkat kepuasan pada umumnya baik serta tidak ada perbedaan tingkat kepuasan pada kelas-kelas yang barbeda Perilaku perawat mempunyai hubungan paling erat dengan kepuasan umum, disusul dengan fasilitas/linglamgan keperawatan; keduanya pada tingkat sangat erat, sehingga dapat dianggap sebagai faktor penentu tingkat kepuasan umum atas layanan keperawatan. Sedangkan kepuasan atas ketrampilan perawat yang lebih rendah pada kelas yang lebih tinggi, sangat mungkin berhubungan dengan perbedaan tingkat sosial ekonomi/pendidikan pada kelas yang lebih tinggi sehingga mempunyai tuntutan yang lebih tinggi pula. Ditemukan pula bahwa hubungan dengan kepuasan umum ternyata kurang begitu erat dibandingkan dengan perilaku umum maupun fasilitas/lingkungan keperawatan.
Kepada Rumah Sakit St. Elisabeth disarankan untuk meningkatkan ketrampilan perawat-perawatnya, sedangkan kepada rumah sakit-rumah sakit lain, Departemen Kesehatan Republik Indonesia; adalah masalah perilaku perawat yang sangat erat / menentukan tingkat kepuasan penderita terutama dalam memenuhi kaidah-kaidah pelayanan keperawatan yang berdimensi : bio-psiko-sosio-kultural-spiritual.

ABSTRACT
Determinant Factors Affecting The Degree Of Satisfaction On Nursing Care At St. Elisabeth Hospital, Semarang.Improvements in the socio-economic condition of the population and tough competition exist in health care business, stimulate marry hospitals to increase quality of its health care services. One indicator to measure the quality of health care in hospital is patient's satisfaction related to nursing care; which is also term as "major caring profession" by several authors.
In this study, nursing care is categorized into 3 aspects :
1. The skill /"professionalism" of nurses
2. The personality /behavior of nurses
3. The amenities from health care facilities / environment
The objectives of the study are : 1). to identify the degree of patient's satisfaction on nursing care ; 2). to determine factors affecting level of patient's overall satisfaction.
This study was conducted in St Elisabeth Hospital, Semarang in 1996, interviewing adult conscious patients which were already hospitalized for 3 - 29 days. A questioner was developed to guide the interview based on "STANDARDS OF NURSING CARE? HEALTH DEPARTMENT of Republic of Indonesia (1994). Analysis was done using ANOVA and PEARSON'S Correlation; grouping patients into I/VIP; II, III/IV Classes.
The result shows that in general, regardless of the class, the degree of patient's satisfaction is stated good. The factor that has the greatest effect on patient's satisfaction is the nursing behavior which is also represent personality of nurses (r = 0.88); followed by nursing facilities/environment (r = 0.84) and the least affecting factor is the skill of nurses (r = 0.73). It is also found that the lower degree of patient's satisfaction on the skill of nurses in higher hospital class of nursing (VIP, class I and II); is possibly due to socio-economics deference of the patients.
Based on these findings, the study suggests St. Elisabeth Hospital to increase the skill of nurses. For Ministry of Health, and other hospitals, are advised to maintain and improve the nurse behavior that closely related with the degree of satisfaction , mainly in fulfilling the norms of nursing care that has the dimension of : bio - psycho - socio - cultural - spiritual.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yufie Afiati Hasyim
"Perawat sebagai tulang punggung pelayanan keperawatan, menduduki posisi yang tidak tergantikan di rumah sakit. Perawat adalah satu-satunya unit kerja yang memberikan pelayanan terus-menerus selama 24 jam per hari, 7 hari dalam sepekan, dan 52 pekan dalam setahun. Perawat juga merupakan unsur tenaga kerja dengan jumlah terbanyak di RS. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa SDM keperawatan merupakan `komponen kritis' organisasi RS.
Sebagai langkah awal yang sangat menentukan bagi tersedianya SDM keperawatan yang berkualitas - yang akan banyak menentukan keberhasilan dan masa depan RS - adalah dilakukannya proses rekrutmen dan seleksi yang efektif. Rekrutmen adalah aktivitas untuk memikat pelamar kerja yang memiliki kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan organisasi, untuk kemudian dilakukan seleksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya kesenjangan (gap) antara jumlah dan kualifikasi staf perawat baru yang diminta oleh bidang perawatan dengan pemenuhannya oleh sub bagian personalia dalam proses rekrutmen dan seleksi staf baru keperawatan di RS Muhammadiyah Bandung (RSMB).
Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif - analitik non-eksperimental dengan pendekatan kualitatif Analisis data dilakukan secara induktif - kualitatif. Fokus penelitian adalah pada tiga kali rekrutmen yang berlangsung antara bulan Februari - Juli 1997.
Dari hasil pengamatan di lapangan dan wawancara mendalam, teridentifikasi bahwa kesenjangan itu terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang SDM keperawatan antara direksi dan kepala bagian umum di satu pihak, dengan kepala bidang perawatan di pihak lain, khususnya dalam menentukan persyaratan pendidikan bagi staf perawat baru.
Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa aktivitas rekrutmen belum mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari manajemen RSMB, terbukti dari tidak adanya kebijakan tertulis sebagai kerangka acuan bagi pembuatan keputusan yang berkaitan dengan rekrutmen; tidak tersedianya dana khusus bagi aktivitas rekrutmen; dan tidak tersedianya deskripsi kerja yang jelas bagi personil yang terlibat dalam proses rekrutmen. Sebagai akibatnya, rekrutmen di RSMB memiliki kinerja dan efektivitas yang rendah terlihat dari rasio yang sangat rendah antara jumlah pelamar yang qualified yang hadir pada tes pertama dengan jumlah pelamar yang diterima, yaitu: (11:4), (19:6), dan (24:11).
Perbedaan persepsi yang terjadi pada manajemen RSMB berkaitan dengan rekrutmen SDM dapat dikembalikan pada misi, tujuan dan rencana strategis RSMB. Sekiranya RSMB belum memiliki rencana strategis, maka disarankan agar manajemen RSMB menindaklanjuti penelitian ini dengan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan perencanaan strategis (strategic planning) RSMB.

Recruitment Function Analysis of Human Resources Management for Nursing Division in Muhammadiyah Islamic Hospital of Bandung Nurses, as the backbone of nursing care services, have been placing position without one can substitute them in hospital. Nurses are a part of man-power working in hospital who have been working at 24 hours a day, 7 days for a week, and 52 weeks for a year. They are also the largest pair of man-power working in hospital. Therefore, the human resource of nursing is "a critical component" in hospital organization.
The first step to keep availability on qualified nursing resources -- to ensure the hospital successfully for this time and the future -- is doing effectively recruitment process and selection. Recruitment is activity to attract prospective employee candidate with ability, expertise, and knowledge that is needed by organization.
The purpose of this study is identify the important factors that occurring gap between amount and qualification of new staff of nursing needed by nursing division with the number of qualified nurses that is consented by personnel manager within recruitment process and selection of new staff of nursing in Muhammadiyah Islamic Hospital of Bandung (RSMB).
This study was using non-experimentally descriptive method with qualitative approach. That was utilized qualitative-inductive analysis, the study focused three times process of recruitment which performed between February - July 1997.
Based on observation and in-depth interviewing, that was identified that the gap presence because of a different perception about human resources of nursing between director and personnel manager in one hand with head of nursing in the other hand, especially on standardization of qualification of education for new nursing staff.
This study is also represent that recruitment activity not become a major attention from RSMB management; because of there are no policy for basic reference decision-making on recruitment; no budget for recruitment activity; and no job description on staff which involved in recruitment. All of these are to cause the outcomes of recruitment process have low performance and effectiveness. There are represent on ratio between the qualified applicant who attended in the first test and applicant who accepted as employee: (11:4), (19:6), and (24:11).
Different perception on RSMB management related with recruitment of human resources should be back to mission, goal, and strategic plan of RSMB. We suggest to RSMB management to follow-up the study with advanced research related with strategic planning of RSMB.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>