Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhammad Aufaa Rafi Raditya
"Jumlah konsumsi mie instan di seluruh dunia menjadikan sampah kemasan mie instan berbahan multi lapis PP menjadi salah satu penyumbang limbah terbanyak dengan pengelolaan yang kurang baik dikarenakan strukturnya yang berlapis membuatnya sulit didaur ulang. Salah satu peluang yang sangat memungkinkan untuk pemanfaatan sampah kemasan plastik mie instan adalah menjadikannya bahan campuran perkerasan aspal dalam bentuk polymer modified bitumen (PMB). Pada penelitian ini, dilakukan penambahan limbah plastik mie instan yang telah dilakukan perlakuan plasma dingin dan oksidasi termal dalam bentuk PMB menggunakan metode hot mix pada suhu 180°C sebagai campuran pembuatan asphalt concrete-wearing course (AC-WC). Dilakukan variasi jumlah kadar kemasan plastik multi lapis PP 0, 1, 3, dan 5 wt.% dari berat total bitumen. Dilakukan pengujian FTIR, DSC, dan sessile drop test untuk mengetahui hidrofilisitas dan kompatibilitas plastik multi lapis PP. Dilakukan juga pengujian daktilitas, penetrasi, dan pengamatan optical microscope untuk melihat morfologi dan sifat fisik sampel PMB serta dilakukan Marshall test untuk mengetahui sifat fisik sampel. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan plasma dingin dan oksidasi termal terbukti meningkatkan hidrofilisitas serta kompatibilitas plastik multi lapis PP. Peningkatan kadar plastik terbukti meningkatkan distribusi partikel plastik, menurunkan nilai penetrasi dan daktilitas pada PMB, serta meningkatkan ketahanan deformasi plastis, deformasi elastis, dan menurunkan jumlah rongga udara pada sampel perkerasan aspal.

The worldwide consumption of instant noodles has resulted in packaging waste made of multilayer polypropylene (PP) becoming one of the largest contributors to waste, with inadequate management due to its layered structure, making it difficult to recycle. One potential opportunity for utilizing instant noodle plastic packaging waste is to use it as a mixture material for asphalt concrete in the form of polymer modified bitumen (PMB), which would also improve the quality of Indonesian roads. In this research, plastic waste from instant noodle packaging that has undergone cold plasma treatment and thermal oxidation was added in the form of PMB using the hot mix method at a temperature of 180°C as a mixture to produce asphalt concrete-wearing course (AC-WC). The amount of multilayer PP was varied at 0, 1, 3, and 5 wt.% of the total bitumen weight. FTIR, DSC, and sessile drop tests were conducted to determine the hydrophilicity and compatibility of the multilayer PP. Additionally, ductility, penetration, and optical microscope observations were conducted to examine the morphology and physical properties of the PMB samples, and Marshall tests were conducted to determine the physical properties of the samples. The test results showed that cold plasma treatment and thermal oxidation increased the hydrophilicity and compatibility of the multilayer PP. An increase in the amount of multilayer PP in the mixture increased the distribution of plastic particles, decreased the penetration and ductility values of PMB, increased plastic deformation resistance, elastic deformation, and reduced the amount of air voids in the asphalt concrete samples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikria Febriati Putriana
"Penelitian dan pengembangan mengenai polymer modified bitumen (PMB) masih terus dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi limbah plastik. Pada penelitian ini, limbah plastik kemasan mie instan dengan lapisan banyak yang terbuat dari PP dimanfaatkan sebagai material filler PMB karena sifatnya yang sulit untuk didaur ulang. Melihat dari pemanfaatan PMB sebagai campuran perkerasan aspal telah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia membuat potensi PMB sangatlah tinggi. Namun, terdapat permasalahan mengenai kompatibilitas antara bitumen dengan plastik dalam PMB. Perbedaan sifat kepolaran antara bitumen dengan plastik menyebabkan terjadinya separasi fasa dan membuat PMB memiliki kompatibilitas yang buruk di mana tentunya akan berpengaruh pada sifat-sifat PMB yang dihasilkan. Salah satu solusi yang digunakan untuk merekayasa plastik sebagai senyawa non polar menjadi senyawa polar adalah dengan memberikan perlakuan modifikasi permukaan dan oksidasi termal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan modifikasi permukaan dengan plasma dan oksidasi termal terhadap sifat karakteristik campuran perkerasan aspal beton lapis aus. Penelitian ini dilakukan dengan menambahkan plastik kemasan mie instan yang telah diberikan perlakuan modifikasi permukaan menggunakan plasma dan oksidasi termal ke dalam bitumen murni dengan variasi kadar plastik sebesar 1, 3 dan 5 wt.% di mana proses pencampuran nya menggunakan hot melt mixer pada suhu pencampuran 150°C. Suhu pencampuran 150°C dinilai memiliki dampak positif terhadap karakteristik campuran perkerasan aspal beton lapis aus. Untuk mengetahui efektivitas dari plastik multi lapis PP yang ditambahkan ke dalam bitumen terhadap karakteristik campuran perkerasan aspal maka perlu dilakukan pengujian dan karakterisasi. Pengujian yang dilakukan terdiri dari 3 kategori, yaitu untuk menentukan karakteristik limbah plastik multi lapis, PMB dan campuran perkerasan aspal AC-WC. Karakteristik limbah plastik multi lapis dilakukan melalui pengujian FTIR, sudut kontak dan DSC. Sedangkan, karakteristik PMB dilakukan dengan pengamatan optical microscope, pengujian daktilitas dan penetrasi. Terakhir, karakteristik aspal AC-WC dilakukan melalui pengujian marshal. Hasil pengujian menunjukkan bahwa plastik multi lapis yang telah diberikan perlakuan plasma dan oksidasi termal mampu meningkatkan kekakuan dan kekerasan bitumen, ketahanan terhadap deformasi dan ketahanan terhadap rutting serta bleeding. 

Research and development on polymer-modified bitumen are still being carried out as an effort to reduce plastic waste. In this study, plastic waste packaging for instant noodles with multiple layers made of PP was used as a PMB filler material because it is difficult to recycle. From the utilization of polymer-modified bitumen as an asphalt pavement mixture that has been applied in several regions in Indonesia, the potential for polymer-modified bitumen is very high. However, there are problems regarding the compatibility between bitumen and plastic in PMB. The difference in polarity between bitumen and plastic causes phase separation and makes PMB have poor compatibility which of course will affect the properties of the resulting PMB. One of the solutions used to engineer plastics from non-polar compounds into polar compounds is by providing surface modification and thermal oxidation treatments. This study aims to determine the effect of surface modification treatment with plasma and thermal oxidation on the characteristic properties of the wear-coated concrete asphalt pavement mix. This research was carried out by adding instant noodle packaging plastic that had been given surface modification treatment using plasma and thermal oxidation into pure bitumen with variations in plastic content of 1, 3, dan 5 wt.% where the mixing process used a hot melt mixer at mixing temperature 150°C. The mixing temperature of 150°C is considered to positively impact the characteristics of the mixed asphalt concrete pavement. To determine the effectiveness of PP multi lapis plastic added to bitumen on the characteristics of asphalt pavement mixtures, it is necessary to carry out testing and characterization. The tests carried out consisted of 3 categories, namely to determine the characteristics of multi lapis plastic waste, polymer-modified bitumen, and AC-WC asphalt pavement mixture. Characteristics of multi lapis plastic waste is carried out through FTIR, contact angle, and DSC testing. Meanwhile, the characteristics of PMB were carried out by optical microscope observation, ductility, and penetration testing. Finally, the characteristics of AC-WC asphalt were carried out through marshal testing. The test results showed that multi lapis plastics that had been treated with plasma and thermal oxidation were able to increase the stiffness and hardness of bitumen, resistance to deformation, and resistance to rutting and bleeding."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Ammarila Putri Mumpuni
"Teknologi baterai ion litium adalah salah satu teknologi yang berperan besar dalam menunjang usaha elektrifikasi dunia. Agar teknologi tersebut sendiri tidak berkontribusi dalam menambah jumlah waste biopolimer dan bahan ramah lingkungan digunakan. Salah satu komponen baterai yang krusial adalah separator yang secara komersil dibuat dari bahan plastik yang dapat mencemari lingkungan. Karenanya separator dengan bahan biopolimer, pada kesempatan kali ini selulosa asetat, dilakukan. Sayangnya performa mekanis selulosa asetat murni masih buruk sehingga ditambahkan crosslinker asam sitrat. Penambahan crosslinker berhasil memperkuat membran selulosa asetat tetapi masih terdapat parameter yang belum diketahui pengaruhnya secara detil, salah satunya adalah durasi evaporasi. Pada penelitian ini membran separator baterai baterai disintesis dengan bahan selulosa asetat, crosslinker asam sitrat, dan solven DMSO menggunakan proses N-TIPS. Durasi evaporasi 150, 165, 180, 195, dan 210 menit digunakan.  Ditemukan bahwa waktu evaporasi tidak terlalu mempengaruhi sifat mekanik dan morfologi membran, tetapi mempengaruhi performa konduktivitas ion membran dengan drastis. Karenanya dapat diobservasi konduktivitas ion yang berkisar diantara 6,75 x 10-8 hingga 2,48 x 10-6 S/cm, 3-10x lebih besar daripada membran Celgard 2325. Hal ini dapat diatribusikan pada pengaruh durasi evaporasi pada konektivitas pori yang mempengaruhi pembentukan saluran yang ada pada membran.

Lithium ion battery technology is one of the technology that plays a major role in supporting world electrification efforts. So that the technology itself does not contribute to increasing the amount of waste, biopolymer and other environmentaly friendly base is used. One of the crucial battery components is the separator which is commercially made from plastic which can pollute the environment. Therefore, a separator using biopolymer material, on this occasion cellulose acetate, was carried out. Unfortunately, the mechanical performance of pure cellulose acetate was still poor, so a citric acid crosslinker was added. The addition of crosslinker succeeded in strengthening the cellulose acetate membrane but there are still parameters whose influence is not yet known in detail, one of which is the duration of evaporation. In this research, battery separator membranes were synthesized using cellulose acetate, citric acid crosslinker, and DMSO solvent using the N-TIPS process. Evaporation durations of 150, 165, 180, 195, and 210 minutes were used.. It was found that the evaporation time did not significantly affect the mechanical properties and morphology of the membrane, but majorly affected the ion conductivity performance of the membrane. Because of it, ion conductivity of 6.75 x 10-8 to 2.48 x 10-6 S/cm, about 3-10x higher than Celgard 2325 can be observed. This can be attributed to the influence of evaporation duration on pore connectivity which influences the formation of channels in the membrane."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilbert Then Sebastian
"Penggunaan plastik sehari-hari meningkatkan sampah plastik sulit terurai, sementara limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dari industri minyak kelapa sawit juga menjadi masalah lingkungan signifikan. Penelitian ini mengkaji pengaruh iradiasi electron beam terhadap sifat kimia dan fisik recycled polyethylene (rPE) serta kompatibilitasnya dengan TKKS dalam komposit Wood Plastic Composite (WPC). Iradiasi electron beam digunakan untuk memodifikasi rPE agar lebih kompatibel dengan TKKS. RPE diiradiasi dengan dosis 0, 100, 200, dan 300 kGy, kemudian dikarakterisasi menggunakan Melt Flow Index (MFI) dan pengukuran sudut kontak. Hasil menunjukkan dosis iradiasi mempengaruhi viskositas dan sifat permukaan rPE. Pada dosis 100 kGy, terjadi peningkatan hubung silang yang menurunkan MFI, sementara pada 300 kGy, chain scission dominan meningkatkan MFI. Pengukuran sudut kontak menunjukkan peningkatan sifat hidrofilik hingga dosis 200 kGy, namun sedikit meningkat pada 300 kGy. Uji mekanik menggunakan Universal Testing Machine (UTM) menunjukkan WPC dengan iradiasi 100 kGy memiliki tensile strength dan elongation at break lebih tinggi dibandingkan tanpa iradiasi. Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) menunjukkan peningkatan adhesi antara serat TKKS dan matriks rPE pada sampel dengan iradiasi 100 kGy, menghasilkan struktur yang lebih homogen dan kuat. Penelitian ini menunjukkan iradiasi electron beam pada dosis optimal dapat meningkatkan sifat mekanik dan kompatibilitas WPC, menjadikannya alternatif potensial untuk mengatasi masalah lingkungan.

The use of plastic in daily life has led to an increase in non-degradable plastic waste, while empty fruit bunch (EFB) waste from the palm oil industry also poses a significant environmental problem. This study examines the effects of electron beam irradiation on the chemical and physical properties of recycled polyethylene (rPE) and its compatibility with EFB in the formation of Wood Plastic Composite (WPC). Electron beam irradiation is used to modify rPE to improve compatibility between hydrophobic rPE and hydrophilic EFB. In this study, rPE was irradiated at doses of 0, 100, 200, and 300 kGy, followed by characterization using Melt Flow Index (MFI) and contact angle measurements. Results showed that irradiation doses affect the viscosity and surface properties of rPE. At a dose of 100 kGy, increased hubung silang reduced MFI, while at 300 kGy, chain scission was dominant, significantly increasing MFI. Contact angle measurements indicated increased hydrophilicity up to a dose of 200 kGy, with a slight increase at 300 kGy. Mechanical testing using a Universal Testing Machine (UTM) showed that WPC irradiated at 100 kGy had higher tensile strength and elongation at break compared to non-irradiated samples. Scanning Electron Microscopy (SEM) analysis revealed improved adhesion between EFB fibers and the rPE matrix in samples irradiated at 100 kGy, resulting in a more homogeneous and robust structure. This study demonstrates that optimal electron beam irradiation doses can enhance the mechanical properties and compatibility of WPC, making it a potential alternative for addressing environmental issues."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
LIza
"Separator baterai ion litium berbasis poliolefin memiliki wettability yang buruk dan porositas rendah, sehingga menurunkan kemampuan untuk mempertahankan larutan elektrolit dan mempengaruhi kinerja baterai terkait transportasi ionik dalam separator. Oleh karena itu, pengembangan separator dengan wettability dan porositas yang lebih baik telah menarik minat signifikan untuk meningkatkan kinerja baterai. Penelitian ini menyintesis dan mengkarakterisasi membran separator berbasis selulosa asetat yang di-crosslinking dengan asam sitrat menggunakan metode Non-Solvent Induced Phase Separation (N-TIPS). Selulosa asetat dan DMSO dicampur dan dituang ke pelat kaca, kemudian membran yang dicetak dievaporasi dan direndam dalam bak koagulasi air sebagai non-pelarut. Waktu evaporasi bervariasi pada 90, 120, 150, dan 180 menit untuk mempelajari pengaruhnya terhadap struktur pori membran. Hasil menunjukkan bahwa membran dengan waktu evaporasi 120 menit memberikan keseimbangan optimal antara struktur kimia, kemampuan pembasahan, dan sifat mekanik. Membran ini memiliki porositas 1,28%, sudut kontak terendah (45,1°), konduktivitas ionik yang baik sebesar 0,0276 mS/cm, dan kekuatan tarik 38,987 MPa. Terlebih lagi, membran ini memiliki nilai electrolyte uptake tertinggi sebesar 43,31% dan stabilitas termal yang baik dengan penyusutan yang rendah yaitu sebesar 14,61%. Selain itu, Uji EIS membuktikan bahwa membran berbasis selulosa asetat memiliki kinerja elektrokimia yang unggul dibandingkan separator berbasis poliolefin karena memiliki konduktivitas ionik yang lebih tinggi.

Polyolefin-based lithium-ion battery separators have poor wettability and low porosity, which can reduce their ability to retain electrolyte solution, thereby affecting battery performance due to ion transport within the separator. Therefore, developing separators with better wettability and porosity has attracted significant interest to enhance battery performance through improved ionic transport. This study synthesizes and characterizes cellulose acetate-based battery separators crosslinked with citric acid using the Non-Solvent Induced Phase Separation (N-TIPS) method. Cellulose acetate and DMSO were mixed and cast onto a glass plate, then the cast membrane was evaporated and immersed in a coagulation bath of water as the non-solvent. The evaporation time varied at 90, 120, 150, and 180 minutes to study its effect on membrane pore structure. The results show that the membrane with an evaporation time of 120 minutes provides an optimal balance between chemical structure, wettability, and mechanical properties. This membrane has a porosity of 1.28%, the lowest contact angle (45.1°), a good ionic conductivity of 0.0276 mS/cm, and a tensile strength of 38.987 MPa. Furthermore, this membrane has the highest electrolyte uptake value of 43.31% and good thermal stability with low shrinkage of 14.61%. In addition, EIS testing proves that the cellulose acetate-based membrane has superior electrochemical performance compared to polyolefin-based separators due to its higher ionic conductivity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Wijaya
"Limbah kemasan plastik menjadi salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Salah satu jenis kemasan plastik yang sulit di daur ulang adalah multi lapis polipropilena yang berasal dari kemasan mi instan, sulit nya di daur ulang jenis plastik ini dikarenakan plastik ini terdiri dari lapisan-lapisan plastik yang berbeda-beda. Pada penelitian ini dilakukan upaya daur ulang limbah plastik multi lapis polipropilena dengan mencampurkan nya ke bitumen PEN 60/70 dan dari bitumen tersebut dibuat menjadi aspal AC-WC. Plastik mula-mula diberikan perlakuan plasma dan oksidasi termal dan dicampurkan ke bitumen dengan kadar plastik 1, 3, dan 5 wt.% dengan suhu pencampuran 210°C selama 30 menit sehingga menjadi PMB. Selanjutnya PMB dicampurkan dengan agregat sehingga menjadi aspal AC-WC. Hasil pengujian menunjukan dengan memberikan perlakuan plasma dan oksidasi termal maka tegangan permukaan plastik berkurang 15,2º, peningkatan gugus hidroksil dan terjadi degradasi. PMB yang diberikan plastik dengan perlakuan plasma dan oksidasi termal membuat penetrasi dan daktilitas menurun serta memiliki morfologi ukuran plastik yang lebih besar seiring bertambahnya kadar plastik. AC-WC yang dibuat dengan PMB tersebut seiring dengan kenaikan kadar plastik memiliki kenaikan stabilitas sebesar 47,8%, penurunan penetrasi sebesar 7,5% dan memiliki VMA yang lebih kecil dengan komposisi VMA diisi oleh bitumen lebih banyak dibandingkan udara seiring

Plastic packaging waste is the largest contributor to plastic pollution in the world. One type of plastic that is difficult to recycle is multilayer polypropylene, which comes from instant noodle packaging. The difficulty in recycling this plastic is due to its multiple layers of different plastics. This study aimed to cycle multilayer polypropylene from plastic waste by mixing it with bitumen PEN 60/70 and using the PMB to make an asphalt concrete- wearing course (AC-WC). The plastic was first treated with plasma and thermal oxidation and mixed with bitumen at 1, 3 and 5 wt.% at 210°C for 30 minutes to make PMB. The PMB is then mixed with aggregate to produce AC-WC. The test results showed that by treating the plastic with plasma and thermal oxidation, the surface tension of the plastic decrease 15,2 º, and the hydroxyl group increases, and degradation occurs. The PMB with plasma and thermal oxidation plastic had reduced penetration and ductility and had a larger plastic particle size as the plastic content increased. The AC-WC made from PMB had increased stability with increasing plastic content by 47,8% and decreased penetration by 7,5%. It also had a smaller VMA with bitumen to air ratio greater than that of air, as the plastic content increased."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William
"Limbah plastik adalah salah satu persoalan utama dalam manajemen lingkungan. Dari semua jenis limbah plastik, kemasan makanan berbasis polipropilena (PP) memiliki kesulitan tersendiri untuk didaur ulang. Struktur kemasan yang berbasis polipropilena multi lapis ini mempersulit serta meningkatkan biaya daur ulang. Pada saat yang bersamaan, persoalan mengenai kualitas jalan yang buruk masih dialami daerah-daerah di Indonesia. Untuk menyelesaikan kedua persoalan ini, telah dilakukan berbagai upaya untuk menggunakan limbah plastik sebagai modifier aspal. Penambahan plastik seharusnya dapat meningkatkan karakteristik perkerasan aspal. Namun, perbedaan sifat permukaan plastik dengan bitumen menimbulkan kesulitan dalam proses pencampuran dan mengorbankan kualitas akhir. Oleh sebab itu, penelitian ini mengajukan upaya modifikasi sifat permukaan dari limbah multi lapis demi meningkatkan kompatibilitas campuran bitumen termodifikasi polimer. Metode yang digunakan adalah metode plasma dingin dan oksidasi termal untuk mengubah sifat kimia dari limbah plastik. Dalam penelitian ini, plastik termodifikasi ditambahkan ke dalam bitumen untuk menghasilkan campuran bitumen termodifikasi polimer, dengan variasi kadar 1, 3, dan 5 wt.%. Pengujian daktilitas, penetrasi, serta mikroskop optik dilakukan untuk mengetahui karakteristik campuran bitumen. Kemudian, campuran ini dijadikan sebagai binder untuk perkerasan aspal. Karakterisasi perkerasan aspal dilakukan dengan pengujian Marshall. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa modifikasi permukaan meningkatkan kompatibilitas antara limbah plastik dengan bitumen, serta campuran bitumen termodifikasi polimer ini pun meningkatkan sifat stabilitas dan densitas dari perkerasan aspal. Peningkatan stabilitas Marshall mencapai 837 kg terjadi pada penambahan plastik sebanyak 5 wt.%.

Plastic waste is one of the leading issues in environmental management. From all kinds of plastic waste, multilayered polypropylene food packaging particularly poses a huge challenge in its recycling. The multi-layered, polypropylene-based (PP) structure of these packaging increases the complication and cost of recycling. At the same time, issues regarding poor-quality roads still plague regions in Indonesia. Hence, there have been efforts to utilize plastic waste as asphalt modifiers. On paper, plastic addition should increase the properties of asphalt paving. However, the difference in surface properties between plastic and bitumen has brought rise to difficulties in the mixing process and sacrificed the end-quality as a result. As such, this research proposes to modify the surface properties of the multilayer waste to increase the compatibility of the polymer-modified bitumen mix. The method proposed is to use Dielectric Barrier Discharge Plasma treatment and thermal oxidization to alter the chemical properties of the plastic waste. In this research, modified plastic waste is added into bitumen to create a polymer-modified bitumen mix, with 1, 3, and 5 wt.% variations. Ductility testing, penetration testing, and optical microscopy are conducted to examine the characteristics of the bitumen mix.  This mix in turn acts as a binder for asphalt concrete to investigate the performance. To examine the properties of the asphalt concrete, Marshall Testing is conducted. Test results indicate that surface modification does indeed increase the compatibility of plastic waste and bitumen, with the polymer-modified bitumen mix acting as a binder for asphalt concrete increases stability and density properties. Marshall stability increase of 837 kg is reached with the addition of 5 wt.% plastic. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Muzakki
"Separator dapat berfungsi sebagai penghalang fisik untuk mencegah terjadinya korsleting internal antara elektroda dan dapat membentu pergerakan ion elektrolit. Sampai sekarang, separator polimer yang banyak digunakan dalam baterai lithium-ion komersial adalah PP. Namun dalam mempertimbangkan masalah lingkungan, polimer ramah lingkungan juga sedang dikembangkan dalam pembuatan separator. Separator dengan berbahan dasar selulosa asetat dinilai memiliki proses fabrikasi yang lebih ramah lingkungan dan dapat terdegradasi secara alami. Fokus penelitian ini adalah proses fabrikasi separator baterai padat berbasis selulosa melalui metode Pemisahan Fase Terinduksi Non-pelarut (NIPS) dengan pelarut etil asetat dan non-pelarut air. Dalam penilitian ini akan diselidiki pengaruh waktu evaporasi selama proses pencetakkan terhadap morfologi serta performa membran. Pengujian yang dilakukan antara lain Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), porositas, penyerapan elektrolit, keterbasahan membran, tarik, stabilitas dimensi, dan konduktivitas ionik dengan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Pengujian yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan waktu evaporasi selama proses pencetakkan menurunkan porositas, penyerapan elektrolit, kemampuan pembasahan, dan konduktivitas ionik, namun meningkatkan kekuatan tarik. Sampel CA30 menunjukkan nilai porositas, penyerapan elektrolit, dan konduktivitas ionik yang paling tinggi di antara sampel lainnya dengan nilai sebesar 28,7% ; 40,4% ; dan 1,5 × 10-5 S.cm-1. Sedangkan untuk kekuatan tarik tertinggi didapatkan pada sampel CA50 dengan nilai sebesar 34,02 MPa.

The separator can serve as a physical barrier to prevent an internal short circuit between the electrodes and facilitate the movement of electrolyte ions. Until now, the polymer separator widely used in commercial lithium-ion batteries was PP. However, environmentally friendly polymers are also developed for separator manufacture. Separators made from cellulose acetate have a more environmentally friendly fabrication process and can be degraded naturally. This research focuses on the fabrication process of cellulose-based solid battery separators through the NIPS method with ethyl acetate and non-solvents (water). In this research, the effect of evaporation time during the printing process will be investigated on the morphology and performance of the membrane. Tests carried out included FTIR, porosity, electrolyte uptake, wettability, tensile, dimensional stability, and ionic conductivity with EIS. The tests concluded that increasing the evaporation time during the printing process decreases the porosity, electrolyte absorption, wetting ability, and ionic conductivity. However, it increases tensile strength. The CA30 sample showed the highest porosity, electrolyte absorption, and ionic conductivity values among the other samples with a value of 28.7% ; 40.4% ; and 1.5 × 10-5 S.cm-1. Meanwhile, the highest tensile strength was found in the CA50 sample with a value of 34.02 MPa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Krisma Yessi
"Karet alam merupakan salah satu komoditas terbesar yang ada di Indonesia. Hanya saja Karet alam tidak dapat digunakan dalam bentuk murni karena sifat mekaniknya yang rendah. Oleh karena itu, perlu penambahan aditif seperti vulkanisir dan pengisi dalam senyawa karet untuk meningkatkan sifat mekaniknya. Pengisi yang umum adalah karbon hitam yang tidak mendukung teknologi hijau. Sebagai upaya untuk mengatasinya digunakan lignin sebagai pengisi yang murah dengan jumlah melimpah dan dapat terurai. Hanya saja penggunaan lignin sebagai pengisi karet alam (NR) memiliki masalah utama yaitu misibilitas antara NR dan lignin karena NR adalah polimer non-polar sedangkan lignin adalah polimer polar. Dari penelitian yang sudah dilakukan sifat mekanik kekerasan bertambah dengan adanya pengaruh lignin yang ditambahkan tetapi tidak demikian dengan sifat tariknya yang mengalami penurunan, hal ini karena tidak kompatibelnya karet alam dan lignin. Upaya yang dilakukan adalah dengan menambahkan coupling agent yang dibuat dari campuran lateks dan selulosa bakteri. Penelitian berhasil membuat coupling agent karet alam dan selulosa bakteri yang kemudian ditambahkan ke karet alam dan lignin. Diperoleh peningkatan sifat mekanik yaitu kekerasan dan kuat tarik untuk lignin 30 phr dan lignin 50 phr dengan penambahan coupling agent 2 dan 4 phr. Sedangkan untuk ketahanan termal tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Peningkatan sifat mekanik ini menjadi katalis dalam peningkatan penggunaan bahan yang dapat diperbaharui dalam sektor industri karet.

Natural rubber is one of the largest commodities in Indonesia. Natural rubber cannot be utilised in its pure form due to its poor mechanical properties. It is therefore necessary to add additives such as vulcanizers and fillers to enhance the mechanical properties of rubber compounds. A common filler is carbon black, which does not support green technology. In an effort to address this issue, lignin is used as a cheap, abundant, and biodegradable filler. However, the use of lignin as a filler for natural rubber (NR) has a significant problem due to the incompatibility of natural rubber and lignin because NR is a non-polar polymer while lignin is a polar polymer. This research indicates that the mechanical properties of hardness increase when lignin is added, while the tensile properties decrease. Experiments are made by combining latex and bacterial cellulose to create a coupling agent. This study was successful in producing natural rubber- bacterial cellulose coupling agents, which were subsequently combined with natural rubber and lignin. The enhanced mechanical properties, including hardness and tensile strength, were obtained for lignin (30 phr and 50 phr) through the addition of coupling agents (2 phr and 4 phr). Meanwhile, the thermal resistance does not have a significant effect. This increase in mechanical properties has become a catalyst for increasing the use of renewable materials in the rubber industry.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>