Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sawitri
Abstrak :
ABSTRAK
Keterangan saksi ;nnat dipercaya ojeh orang lain, dan Icjirenanya memiliki peran yang sangat peiiting. Nainun, saksi beiiLrokan antar agania sering niemberi keterangan yang berbeda satu sama lain, Perbedaan im dapat dijelaskan dengan teori ingatan sebagai proses sosial, yaitu (eon yang meliliat mgalan bukan semata-mata pengeluaran infonnasi yang telali dialanii sebelumnya (seperti alat perekain), nielainkan suatu usaha aktif untuk merekonstruksi kejadiau, untuk uiembuatnya masuk akal. Dalam model ingatan semacam ini skema memamkan peran yang sangat penting, yaitu sebagai patokan untuk mengintegrasikan informasi ke ingatan. Skema yang digunakanyteraktifkan saat melihat bentrokan antar kelonipok lemiasuk ke dalam tipe role schema, yang karena proses kategorisasi dan perbandingan sosial bentuknya menjadi favoritisme kelompok-dalam (Penilaian yang lebiti positif teihadap ingroup dibandtng terhadap outgroup). Pengamh skema terhadap ingatan masih dip^debatkan. Ahli yang menganut schema view mengatakan bahwa informasi yang konsisten dengan skema akan diingat, sementara yang inkonsisten akan terdistorsi/terlupa. Sedangkan alih yang menganut network view percaya bahwa justni informasi yang inkonsisten dengan skemalah yang akan lebih dungat dan yang konsisten. Peneliti cenderung menyetujui netwok view. Karenanya penehtian ini bertujuan untuk melihat pengamh favontisme kelompok-dalam (sebagai skema) terhadap ingatan episodik, dimana peneliti menduga bahwa pengaruhnya akan sesuai deiigan network view: senmkin tinggi favoritisme kelompok-dalam semakin tinggi akurasi ingatan akan cerita yang mendiskreditkan keloinpok-dalam (semakin inkonsisten semakin diingat), dan semakin tinggi favoritisme kelompok-dalam semakin rendah akurasi ingatan akan cerita yang mendiskreditkan kelompok-luar (semakin konsisten semakm tidak diingat). Hasil penelitian, yang menggunakan metode kuantitatif dengan regresi majemuk sebagai metode pengolahan datanya, tidak mendulomg hipotesa diatas. Walaupun ada kecenderungan data mendukung network view, namun pengaruh favoritisme kelompok-dalam terhadap akurasi ingatan episodik sangat kecU. Favoritisme kelompok-dalam hanya dapat memprediksi 22,5% akurasi ingflfan akan cerita yang inkonsisten dengan skema, dan 6% untuk cerita yang konsisten. Karenanya, imtuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mencari faktor-faktor lain yang berpengamli terhadap ingatan. Disamping itu juga disarankan untuk meneliti kesalalian ingatan, guna meliliat bentuk-bentuk kesalahan yang teijadi pada ingatan bentrokan antar agama, dan menggunakan metode eksperimental.
1999
S2567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Haryati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Lukita Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis moneter yang ditandai dengan meiemahnya mata uang rupiah pada pertengahan tahun 1997 membawa Indonesia pada krisis ekonomi. Sejumlah masatah yakni monopoli, kolusi, korupsi dan nepotisme, yang merasuk dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, semakin membuat Indonesia terpuruk pada krisis kepercayaan, mengkristal menjadi krisis di bidang politik dan hukum. Hasii Sidang Umum (SU) DPR / MPR, terutama pemilihan Presiden dan pembentukan Kabinet VII diyakini oleh kalangan masyarakat luas sebagai indikasi kurangnya kemampuan Pemerintah melakukan reformasi yang memadai untuk memperbaiki situasi yang kian memburuk. Di tengah kondisi semacam "rtu, pada pertengahan tahun 1997, gerakan protes mahasiswa mulai marak di beberapa kampus di puiau Jawa. Dalam waktu yang relatif pendek, gerakan protes mahasiswa "rtu meiuas ke luar pulau Jawa dan merata ke kampus-kampus di seluruh Indonesia. Dari segi kuantitas, aksi-aksi protes mahasiswa ini merupakan yang terbesar selama dua dasawarsa terakhir. Isu-isu reformasi ekonomi dan politik yang diangkat pun bersifat nasional tidak seperti aksi-aksi protes yang terjadi sebelumnya yang isunya bersifat iokal dan isu ini merata pada hampir semua aksi protes mahasiswa. Adanya dukungan pada gerakan protes mahasiswa tahun 1998 yang sedemikian besar membuat mahasiswa salah tingkah dan kehilangan arah. Gerakan protes mahasiswa mulai dipertanyakan orang mulai dari kemumian gerakan sampai kepada intelektual gerakan. Apresiasi rakyat kian menurun menyusul aksi-aksi protes yang dipandang cenderung anarkis, emosional dan terkesan kurang inteiek (Republika, 15 Januari 1998). Selain itu gerakan protes mahasiswa pasca pemerintahan Soeharto mulai terpecah-belah dan memiliki penylkapan politik yang berbeda-beda. Agar individu atau masyarakat dapat memahami gerakan protes mahasiswa, maka diperlukan suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana mahasiswa mengorganisasikan pengalaman masa lalu dan tingkah-takunya ke dalam satu pola atau bentuk tertentu. Hal ini oleh Barlett (dalam Deaux, Dane dan Wrightsman, 1993) didefinisikan sebagai Skema Sosiat {Social Schemata). Skema sosial merupakan pola dari tingkah-laku dan juga pola untuk bertingkah-taku (Neisser, dalam Aldrin, 1995). Oleh karena itu. peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai skema sosia! mengenai gerakan protes mahasiswa tahun 1998. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran teori mahasiswa mengenai gerakan protes mahasiswa. Penetitian in! menggunakan kriteria responden yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sariito W. Sarwono (1978). Kriteria responden tersebut adalah Aktivis Pemimpin dan Aktivis Pengikut. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner, yaitu berupa item-item pertanyaan yang terdiri dari beberapa aftematif jawaban. Tiap-tiap kelompok responden boleh memilih lebih dari satu alternatif jawaban. Banyaknya respon dari tiap-tiap responden dijumfahkan dan direlaslkan dengan jumlah respon yang tidak dijawab. Prosedur statistik yang digunakan adalah prosedur aggregate (grouping) dan crosstabs. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan teknik analisa chi square. Ternyata dari 11 hipotesa yang dibangun, hanya ada 3 hipotesa yang diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skema antara kelompok aktivis pemimpin dan pengikut. Daiam diskusi dibahas mengapa tidak ada perbedaan skema antara kedua kelompok aktivis. Selain itu juga diberikan saran-saran baik kepada responden, yaitu mengenai perbaikan beberapa skema mengenai konsep tertentu seperti pengertian mahasiswa, peran sebagai kekuatan politik dan pengertian inteiektual. Selain itu, saran-saran bagi perbaikan penelitian ini juga diberikan.
1999
S2746
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilsa Dieastuty Salim
Abstrak :

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran aspirasi akademik remaja putri untuk melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Kejuruan (STM). Penelitian dilakukan pada sejumlah siswi SLTP di kabupaten Maluku Utara dan Halmahera Tengah, propinsi Maluku. Peneiitian ini juga bertujuan mengetahui siapa yang mempengaruhi mereka dalam pemilihan sekolah Ianjutan atas dan adakah hubungan antara aspirasi akademik untuk melanjutkan pendidikan dengan sifat-sifat positif dan negatif yang ada dalam diri remaja.

Pemilihan pokok permasalahan, dilandasi oleh kenyataan bahwa umumnya siswi SLTP kurang banyak yang berminat untuk melanjutkan pendidikannya ke STM. Hal ini disebabkan ada anggapan di dalam masyarakat bahwa STM adalah sekolah khusus pria. Di samping itu, ada juga anggapan bahwa wanita tidak perlu berpendidikan iinggi, tugas wanita adalah mengurus rumah tangga. Akibatnya, banyak wanita yang kemudian tidak berpendidikan tinggi. Padahal di Indonesia, wanita diharapkan banyak berperan daiam pembangunan negara. Hambatan utamanya adalah karena wanita sendiri masih banyak yang berpendidikan rendah, kurang memiliki ketrampilan, di samping sistem kemasyarakatan daerah yang tidak menonjolkan peran wanita. Hal tersebut membuat para wanita terjerumus untuk bekerja di sektor-sektor informal yang sifatnya memang mudah dimasuki dan tidak beraturan sehingga dapat menampung sejumlah besar tenaga kerja yang tidak memiliki ketrampilan dan cendemng berpendidikan rendah, misalnya menjadi pembantu rumah tangga.

Di saat banyak Tenaga Kerja Wanita (TKW) diekspor ke luar negeri yang sebagian besar untuk menjadi pembantu rumah tangga, timbul masalah lain yaitu, kurang terjaminnya keselamatan para TKW selama mereka bekerja di Iuar negeri. Untuk itu, pemerintah Indonesia kemudian mengambil keputusan dengan melakukan pemulangan TKW ke tanah air secara besar-besaran. Dengan demikian berarti jumlah pengangguran di negara Indonesia semakin banyak. Belum termasuk jumlah pengangguran akibat PHK sebagai imbas dari krisis ekonomi yang sedang dialami bangsa, kemudian penganggur yang berasal dari angkatan kerja baru, dan pekerja yang belum mendapal kesempatan kerja di tahun sebelumnya. Berdasarkan alasan di atas dan melihat pada kelebihan-kelebihan SMK (STM) dalam membekali lulusannya dengan ketrampilan-ketrampilan khusus dan didukung oleh maraknya upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas SMK, maka peneliti tertarik unluk mengangkat hal tersebut sebagai topik penelitian. Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh kaum wanita dalam bekerja. Upaya pemenntah tadi dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan menaga pelaksana di chmia induslri sebagai tenaga terampil yang siap menerima instruksi untuk melakukan pekerjaan secara Iangsung.

Dengan teknik incidental sampling, subyek sebanyak 87 orang siswi kelas 3 (tiga) dan SLTP Negen 1 Ternate dan Tidore dilibatkan sebagai sampel peneIitian. Usia subyek berkisar antara 13-16 tahun.

Dalam menggali aspirasi akademik subyek dan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan kuesioner aspirasi. Sedangkan untuk mengetahui tinggi rendahnya sifat-sifat positif dan negatif dalam diri subyek digunakan skala Bem's Sex Role Inventory (BSRI).

Pada pengolahan data skala BSRI dilakukan analisa faktor (analisa 2 faktor). Hasil analisa 2 faktor itu kemudian disebut sebagai sifat-sifat positif, yaitu sifat-sifat yang mendukung dan sifat-sifat negatif, yaitu sifat-sifat yang tidak mendukung subyek dalam mencapai keberhasilan di masa yang akan datang (dalam hal ini, untuk melanjulkan pendidikan ke SLTA atau STM). Metode analisa data yang Iain digunakan persentase, sedang untuk mengetahui bagaimana hubungan antara beberapa variabel digunakan tabulasi silang dengan rumus Chi-Square. Pada penelitian ini, dilakukan uji validitas dan reliabililas alat tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah siswi SLTP yang mau melanjutkan pendidikan ke SMU lebih banyak dari yang mau melanjutkan ke STM. Dan yang mempengaruhi aspirasi akademik subyek untuk melanjulkan pendidikan ke SLTA (baik SMU maupun SMK) adalah diri subyek sendiri, yaitu variabel sifat-sifat positif dan sifat-sifat negatif yang ada di dalam diri subyek. Sedangkan salah satu faktor yang mempengaruhi aspirasi akademik dari luar diri subyek adalah pengaruh pihak keluarga. Dari penelitian ini diketahui bahwa Bapak adalah orang yang Iebih mempengaruhi subyek di dalam keluarga selain anggota keluarga yang lain. Secara keseluruhan gambaran aspirasi akademik subyek untuk melanjutkan pendidikan adalah sedang, tinggi, kemudian rendah.

Hasil utama penelitian ini yaitu ada hubungan antara tinggi rendahnya aspirasi akademik untuk melanjutkan pendidikan ke STM dengan tinggi rendahnya Sifat-sifat Negatif di dalam diri remaja putri Ternate dan Tidore. Kemudian hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara tinggi rendahnya aspirasi akademik untuk melanjutkan pendidikan ke STM dengan tinggi rendahnya Sifat-sifat Positif di dalam diri remaja putri Ternate dan Tidore.

Hasil penelitian ini mungkin dapat bermanfaat bagi pihak sekolah (SLTP), khususnya pihak pengajar dalam mengarahkan murid-murid yang akan melanjutkan pendidikan ke SLTA. Dengan demikian mereka dapat mempersiapkan diri sejak dini dalam memilih SMK atau SMU dengan mempertimbangkan keadaan dirinya (baik internal maupun eksternal). Selain ilu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pula bagi siswi SLTP untuk mempertimbangkan SMK (STM) sebagai pilihan mereka mengingat tenaga mereka cukup dibutuhkan dalam pembangunan khususnya dalam sektor industri.

Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah agar masyarakat hendaknya mengubah pandangan mereka bahwa STM adalah sekolah yang lebih pantas untuk pria sehingga para siswi tidak ragu Iagi untuk melanjutkan pendidikannya ke STM. Dengan demikian mereka diharapkan dapat menjadi tenaga kerja terampil yang siap pakai dan bermanfaat bagi pembangunan khususnya di sektor industri.
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Angelia
Abstrak :
ABSTRAK
Dampak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia diantaranya adalah meningkatnya jumlah pengangguran. Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang seharusnya dapat masuk ke pasar kerja ternyata banyak yang menjadi pengangguran. Diantara berbagai macam SMK lulusan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) ternyata paling banyak menjadi pengangguran. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberdayaan terhadap lulusan SMEA. Karena dasar ilmu yang dimiliki, lulusan SMEA sebaiknya diarahkan untuk berwirausaha setamat SMEA. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pendahuluan mengenai seberapa besar intensi mereka untuk bewirausaha setamat SMEA.

Penelitian ini ditujukan untuk melihat seberapa besar kecenderungan siswa-siswi SMEA kelas III untuk berwirausaha setamat SMEA dan untuk mengetahui faktor- faktor yang rnempengaruhi pilihan tesebut. Pendekatan yang digunakan adalah teori Planned Behavior dari Ajzen (1988) yang rnenyatakan bahwa intensi merupakan penentu terdekat dari tingkah laku. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah intensi untuk berwirausaha setelah tamat SMEA. Sedangkan sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif dan Perceived Behavior Control (baik yang Iangsung (PBCd) maupun yang tidak langsung PBCb)) merupakan variabel bebas. Variabel-vanabel tersebut diukur dengan skala yang menyerupai bentuk yang dicontohkan oleh Ajzen.

Dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 138 siswa-siswi kelas III SMEA jurusan Manajemen Bisnis di Jakarta Timur dilibatkan sebagai subyek dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan secara kelompok di dalam kelas sedangkan pengolahan datanya dilakukan dengan bantuan komputer, terdiri dari analisis diskriptif intensi, korelasi dan analisis regresi berganda.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa skor intensi subyek secara keseluruhan berada diatas angka 1. Jadi dapat dikatakan bahwa intensi siswa-siswi kelas III SMEA untuk berwirausaha setamat SMEA relatif tinggi. Dari hasil analisis regresi berganda diketahui hanya norma subyektif dan PBCd yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap intensi. Jadi dari beberapa hipotesis penelitian yang menyatakan adanya pengaruh yang signifikan terhadap intensi hanya hipotesis penelitian dari norma subyektif dan PBCd yang diterima. Dari kedua variable tersebut variabel PBCd memberikan sumbangan yang Iebih besar terhadap intensi. Dengan hasil penelitian yang demikian disarankan pada pemerintah untuk memberikan pelatihan kontrol diri dan pelatihan wirausaha pada siswa SMEA.
1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Diah Pramana
Abstrak :
ABSTRAK
Menurut model sistem seksual Abramson, faktor yang mempengaruhi struktur kognitif seseorang sehingga ia menampilkan perilaku seksual tertentu adalah faktor kematangan, faktor norma sosial (narma agama, masyarakat, teman sebaya), faktor standar yang ditanamkan orang tua, faktor pengalaman seksual sebelumnya, faktor peristiwa endukrinologis, faktor rangsang yang dikondisikan dan tak dikondisikan, faktor fisiologis serta faktor parameter situasi.

Dalam penelitian ini akan dilihat faktor-faktor tersebut pada subyek, faktur yang dirasakan/muncul/terlintas sesaat sebelum subyek terlibat dalam perilaku hubungan seks pranikah serta bagaimana faktor yang dirasakan/muncul/terlintas itu mempengaruhi struktur kognitif subyek sehingga subyek akhirnya terlibat dalam perilaku tersebut. Selain itu akan dilakukan juga tinjauan terhadap tiga hal yang dianggap berkaitan dengan perilaku hubungan seks pranikah. Ketiga hal tersebut adalah: situasi keluarga, ketaatan beribadah, dan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seksual.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan terhadap 5 orang remaja puteri yang berusia antara 11 - 24 tahun dan belum menikah. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan wawancara mendalam. Analisis dilakukan pada setiap kasus secara individual dan rangkuman analisis dalam bentuk tabel.

Dari hasil analisis terhadap lima kasus dengan model sistem seksual Abramson diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang dirasakan/muncul/terlintas sesaat sebelum subyek terlibat dalam hubungan seks pranikah adalah hal-hal yang berkaitan dengan norma sementara hal-hal yang bersifat biologis umumnya tidak disadari. Tidak dipungkiri, faktor emosional dan situasional berperan dalam keterlibatan subyek dengan hubungan seks pranikah.

Dari analisis terhadap situasi keluarga diketahui kurangnya pengawasan orang tua, pola asuh orang tua yang permisif berpengaruh terhadap keterlibatan subyek dalam perilaku hubungan seks pranikah. Terlihat pula adanya gangguan komunikasi antara orang tua anak yang tampil dalam perilaku negatif dari orang tua anak atau sebaliknya. Ketaatan beribadah dan latar belakang keluarga yang religius tidak menjamin subyek tidak terlibat dalam perilaku tersebut. Semua subyek tidak pernah mendapat pendidikan seks dari orang tuanya. Subyek lebih suka membicarakan masalah seksual bukan dengan orang tua melainkan dengan teman.

Berdasarkan hasil tersebut, dirasakan pentingnya pendidikan seks tidak hanya untuk remaja tapi juga untuk orang tua.
1996
S2034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudo Trikartiko
Abstrak :
ABSTRAK
Pemberian sejumlah uang kepada petugas / polisi oleh si pelanggar lalulintas agar ia dibebaskan dari tuntutan hukum atau yang sering disebut sebagai tingkahlaku denda damai sudah diakui keberadaannya oleh masyarakat. Sebenarnya Tingkahlaku ini tergolong kedalam tindakan penyuapan yang melanggar hukum dan idealnya tidak boleh dilakukan, namun berdasarkan fakta dilapangan tingkahlaku ini ternyata sering dilakukan oleh pengemudi kendaraan bermotor dan sudah menjadi alternatif yang lebih menguntungkan daripada mengikuti prosedur Tilang, bahkan kelompok mahasiswa yang seharusnya menjadi panutan dalam masyarakat ternyata merupakan kelompok yang tergolong mayoritas dalam melakukan pelanggaran lalulintas dan pada penelitian yang dilakukan-terhadap mahasiswa Universitas Indonesia (U.I) ditemukan bahwa mahasiswa U.I memiliki sikap yang toleran pada penyuapan kecil.

Pada awalnya sikap dianggap sebagai antesenden yang terdekat dengan tingkahlaku, namun setelah diteliti dan dikembangkan oleh para ahli ternyata peramalan sikap terhadap perilaku kurang akurat. Beberapa ahli kemudian mengemukakan teori yang menyatakan bahwa tingkahlaku dapat diramalkan melalui besarnya intensi yang mereka miliki, intensi ini sendiri dipengaruhi oleh sikap, Norma Subyektif (SN) dan PBC. Kemudian para ahli lain berpendapat bahwa adanya Prior Behavior pada individu dapat mempengaruhi sikap, SN, PBC dan intensi yang dimiliki individu, jadi seseorang yang pernah menampilkan suatu tingkahlaku akan memiliki variabel intensi yang berbeda dengan orang lain yang tidak pernah melakukannya. Berdasarkan asumsi tersebut penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh Prior Behavior terhadap intensi mahasiswa U.I untuk melakukan denda damai, bagaimana intensi mereka saat ini dan diantara sikap, SN dan PBC variabel mana yang paling berpengaruh terhadap intensi mereka.

Subyek yang di ikutsertakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa U.I yang mengendarai kendaraan bermotor dan rumus Statistik yang dipakai adalah t-tes dan regresi berganda.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada intensi, sikap, SN dan PBC antara kedua kelompok subyek dan variabel yamg paling berpengaruh adalah PBC .
1995
S2325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Judithia A. Wirawan
Abstrak :
Dalam rangka menghadapi era pasar bebas dunia, Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusianya agar mampu bersaing dengan SDM dari negara lain. Salah satu kelemahan SDM kita adalah masih adanya kecenderungan untuk mendahulukan kepentingan kelompok yang Iebih dekat, walaupun dengan hasil yang tidak menguntungkan. Hai ini terutama menjadi masalah bila dilakukan oleh para profesional karena mereka mempunyai wewenang mengambil keputusan untuk perusahaannya. Ciri mendahulukan kepentingan kelompok yang Iebih dekat adalah ciri dari orang yang menganut kolektivisme, yang merupakan salah satu titik ekstrim dan dimensi individualisme-kolektivisme.

Dari teori yang diajukan oleh Kohlberg, peneliti mendapat gambaran bahwa ciri orang yang menganut kolektivisme Iebih dekat dengan ciri orang yang berada dalam tingkat perkembangan moral konvensional sedangkan ciri orang yang menganut individualsme Iebih dekat dengan ciri orang yang berada dalam tingkat perkembangan post-konvensional. Selain itu, nilai seseorang juga akan dipengaruhi oleh gendernya, karena anak dari jenis kelamin berbeda disosialisasikan secara berbeda sehingga menganut nilai-niiai yang berbeda pula, yaitu wanita Iebih mementingkan keluarga sedangkan pria Iebih mementingkan prestasi dan karirnya sendiri. Berdasarkan hal itu, peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara individualisme-kolektivisme dengan tahap perkembangan moral dan gender. Penelitian ini dilakukan pada 76 subyek dengan menggunakan incidental sampling. lnstrumen penelitian berupa kuesoner Indcol 1994 dan Dilema Moral Kohlberg.

Hasil utama penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara individualisme-kolektivisme dengan tahap perkembangan moral maupun dengan gender. Hasil yang tidak sesuai dengan tinjauan kepustakaan ini menurut peneliti terutama disebabkan oleh adanya restriction of range pada data yang diperoleh, yaitu data kurang bervariasi, skor hanya berkisar pada central tendency saja. Untuk penelitian Iebih lanjut. peneliti menyarankan untuk mengambil sampel dengan karakteristik berbeda untuk menghindari homogenitas sampel yang menyebabkan restriction of range. Selain itu, peneliti juga menyarankan dilakukan penyempurnaan dalam hal metodologi.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Ganakin Pendit
1990
S2392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Ratna Maulidiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>