Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Nurlaelah
"Ketepatan aktivasi kode trauma dan tindakan keperawatan emergensi yang terstruktur merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan penanganan pasien politrauma. Penanganan pasien politrauma yang segera dan terstruktur dapat menurunkan risiko perburukan kondisi pasien, menurunkan angka kecacatan dan menyelamatkan nyawa pasien. Ketidaktepatan penapisan pasien politrauma di triage disebabkan karena belum adanya instrumen penapisan dengan indikator yang sensitif dan spesifik. Selain itu, kompleksitas kondisi pasien politrauma menuntut adanya penanganan yang cepat, tepat, komprehensif, dan terstruktur. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen skrining politrauma di triage yang sensitif dan spesifik serta melakukan restrukturisasi intervensi keperawatan emergensi untuk pasien trauma yang disebut ELLASI. Penelitian ini menggunakan metode sequential exploratory mixed method yang meliputi 3 tahap. Tahap I: pengembangan instrumen Skrining Politrauma Universitas Indonesia – Cipto Mangunkusumo (SPIC) melalui literature review, studi kualitatif, diskusi pakar (pannel expert), dan studi kuantitatif (pembuatan model skoring). Tahap II: uji nilai diagnostik instrumen SPIC dalam menapis politrauma dengan uji formulasi model skoring. Tahap III: uji efektivitas kombinasi instrumen SPIC+ELLASI dibandingkan SPIC+non ELLASI menggunakan randomized control trial (RCT) single blind. Penelitian ini menghasilkan instrumen SPIC yang sensitif (91%) dan telah mendapatkan HKI. Kombinasi instrumen SPIC dan ELLASI terbukti lebih efektif dalam meningkatkan waktu respons (p = 0,000), mencegah kondisi perburukan pasien (skor EWS p = 0,000), dan menjaga status metabolik pasien (pH p = 0,04; HCO3 p = 0,03) dibandingkan dengan kombinasi instrumen SPIC dan non ELLASI. SPIC dapat digunakan sebagai instrumen penapisan pasien politrauma di triage. Kombinasi SPIC dan ELLASI dapat meningkatkan luaran pasien.

Code trauma activation and emergency nursing intervention are factors affecting the success of polytrauma patient management. These factors can help prevent deterioration and death. There is no instrument to screen polytrauma patients in triage. The complexity of polytrauma patients’ condition requires fast, correct, comprehensive and structured intervention. This study aims to develop a polytrauma screening instrument and standardized emergency nursing intervention called ELLASI. This study used a sequential exploratory mixed method, which consisted of 3 phases. Phase 1: To develop an instrument of Skrining Politrauma Universitas Indonesia – Cipto Mangunkusumo (SPIC) by using literature review, qualitative study, pannel expert, and quantitative. Phase 2: To test the diagnostic value of SPIC to screen polytrauma patients. Phase 3: To examine the effectiveness of SPIC and ELLASI in preventing deterioration, increasing response time, and maintaining the metabolic status of polytrauma patients using randomized control trials (RCT) single blind. This study produced SPIC with high sensitivity (91%). SPIC and ELLASI are effective in increasing response time (p = 0,000), preventing deterioration (EWS score p = 0,000), and maintaining metabolic status (pH p = 0,04; HCO3 p = 0,03) of polytrauma patients compare to SPIC and non ELLASI. SPIC can be used as a screening tool for polytrauma patients in Triage. SPIC and ELLASI can increase patients outcome."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Gede Bimantara
"Insiden osteosarkoma di seluruh dunia mencapai 3,4 kasus per satu juta penduduk per tahun. Sebanyak 10%-20% pasien osteosarkoma ditemukan telah mengalami metastasis. Kemampuan metastasis yang tinggi pada osteosarkoma ini didukung dengan karakteristik populasi selnya yang memiliki tingkat proliferasi yang tinggi, serta peran cancer stem cells (CSC) dalam proses tumorigenesis dan metastasis osteosarkoma. Salah satu metode untuk mendeteksi CSC adalah dengan mendeteksi marker permukaan dan ekspresi stem-like gene, antara lain CD133 dan CXCR4. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar CD133 dan CXCR4 dengan kejadian metastasis pada pasien osteosarkoma. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dengan sampel serum darah pasien yang didiagnosis osteosarkoma berdasarkan hasil histopatologi di RSCM dan RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah. Pemeriksaan kadar CD133 dan CXCR4 menggunakan KIT ELISA Reed Biotech dengan menilai absorbansi secara kuantitatif. Data metastasis diperoleh dari rekam medik. Hubungan kadar CD133 dan CXCR4 dengan kejadian metastasis pada osteosarkoma dianalisis dengan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0,05 dianggap signifikan. Penelitian ini melibatkan 40 orang dengan 80% diantaranya berusia <40 tahun. Rerata kadar CD133 yang diperolah sebesar 0.23±0.02 pg/ml, sedangkan rerata kadar CXCR4 yang diperoleh sebesar 6015.82±2345.55 pg/ml. Dari penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara kadar CD133 dan CXCR4 dengan kejadian metastasis.

The incidence of osteosarcoma worldwide reaches 3.4 cases per million population per year. As many as 10%- 20% of osteosarcoma patients are found to have experienced metastasis. The high metastatic ability in osteosarcoma is supported by the characteristics of its cell population which has a high proliferation rate, as well as the role of cancer stem cells (CSC) in the process of tumorigenesis and metastasis of osteosarcoma. One method to detect CSC is to detect surface markers and stem-like gene expression, including CD133 and CXCR4. The purpose of this study was to determine the relationship between CD133 and CXCR4 levels and the incidence of metastasis in osteosarcoma patients. This study used a cross-sectional approach, with blood serum samples from patients diagnosed with osteosarcoma based on histopathology results at RSCM and Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Hospital. Examination of CD133 and CXCR4 levels using the Reed Biotech ELISA KIT by assessing absorbance quantitatively. Metastasis data were obtained from medical records. The relationship between CD133 and CXCR4 levels with the incidence of metastasis in osteosarcoma was analyzed using the chi-square test with a significance level of p<0.05 considered significant. This study involved 40 people with 80% of them aged <40 years. The average CD133 level obtained was 0.23±0.02 pg/ml, while the average CXCR4 level obtained was 6015.82±2345.55 pg/ml. From this study, a significant relationship was found between CD133 and CXCR4 levels with the incidence of metastasis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Prabowo
"Reseksi tulang distal femur memerlukan tindakan rekonstruksi defek osteoartikular menggunakan megaprostesis distal femur. Rekonstruksi megaprostesis memiliki masa pakai terbatas yang membutuhkan tindakan pergantian atau revisi. Tindakan revisi megaprostesis menimbulkan kehilangan masa tulang dan membutuhkan ukuran megaprostesis yang lebih panjang. Belum ada megaprostesis dengan ruang tandur tulang yang dapat memfasilitasi regenerasi tulang.
Penelitian ini mengembangkan desain prototipe megaprostesis dengan metode reverse engineering menggunakan CT scan femur orang dewasa dan implan megaprostesis benchmarking, melakukan pengujian simulasi Finite Element Analysis (FEA) dan pengujian biomekanik menggunakan mesin uji Universal Tensile Machine (UTM) Tensilon RTF-2350 berdasarkan skema ISO 10328 dan ASTM F1800, analisis antropometri ekstremitas bawah dan lutut pada anak remaja dan dewasa dan implementasi pada kadaver untuk mendeskripsikan langkah pembedahan dan analisis inter-observer diskusi pakar tentang kelayakan pemasangan prototipe.
Prototipe α plus megaprostesis femur distal dengan ruang tandur tulang dibuat dari bahan stainless steel dan polyethylene dengan menggunakan mesin Computer Numerical Control/CNC 3 dan 5 aksis. Prototipe ini adaptif secara modular dengan paku intrameduler femur (femoral intramedullary nail) dan pelat pengunci (broad plate locking). Kombinasi ini memberi ruang tandur tulang untuk menerapkan tehnik Masquelet dalam regenerasi tulang. Pada simulasi Finite Elemen Analysis (FEA) dan pengujian biomekanik didapatkan titik lemah pada sambungan ujung distal paku intrameduler femur dengan sekrup pengunci (locking screw) , femoral block step (FBS) 1 dan 2 yang terbuat dari polyethylene dan sambungan pelat pengunci dengan sekrup pada femur proksimal. Terdapat perbedaan antropometri ekstremitas bawah dan sendi lutut antara anak remaja dan dewasa, laki laki dan perempuan yang memberikan pertimbangan pembuatan ukuran implan yang berbeda. Tehnik pembedahan dan pemasangan implan dapat diimplementasi pada kadaver dan lebih dari 60 % pakar ortopedi onkologi memberikan opini sangat baik terhadap kelayakan pembedahan dan pemasangan implan prototipe.
Prototipe α plus megaprostesis femur distal dengan ruang tandur tulang berpotensi memberikan solusi dalam hal ruang untuk regenerasi tulang dengan penyempurnaan desain dan pemilihan bahan manufaktur implan yang lebih baik untuk diterapkan pada manusia.

Resection for femur distal bone requires the reconstruction of osteoarticular defects using distal femur megaprostheses. Megaprosthesis reconstruction has a limited lifespan that requires further replacement or revision. The revision of the megaprosthesis causes bone loss and requires a longer megaprosthesis size. There is no megaprosthesis with a bone chamber that can facilitate bone regeneration.
This study develop a prototype design of a megaprosthesis by reverse engineering method using CT scan of adult femur and benchmarking megaprosthesis implant, conducted Finite Element Analysis (FEA) simulation testing and biomechanical testing using the Tensilon RTF-2350 Universal Tensile Machine (UTM) testing machine based on ISO 10328 and ASTM F1800 schemes, anthropometric analysis of lower extremities and knees in adolescents and adults and implementation on cadavers to describe surgical steps and inter-observer analysis expert discussion on the feasibility of prototyping.
The prototype α plus distal femur megaprosthesis with a bone chamber is made from stainless steel and polyethylene materials using 3 and 5 axis Computer Numerical Control/CNC machines. The prototype is modularly adaptive with femoral intramedullary nails and broad plate locking. This combination gives the bone chamber to apply the Masquelet technique in bone regeneration. Simulation of Element Analysis (FEA) and biomechanical testing show weakness points were obtained at the distal end joints of intramedullary femoral nail with locking screw, femoral block steps (FBS) 1 and 2 which made of polyethylene, and the connection of the locking plate with screws on the proximal femur was obtained. There are differences in the anthropometry of the lower extremities and knee joints between adolescents and adults, men and women, which gives consideration to the manufacture of different implant sizes. Surgical techniques and implant placement can be implemented on the cadaver and more than 60% of orthopedic oncology experts give a very good opinion on the feasibility of surgery and installation of prototype implants.
The prototype of α plus distal femur megaprosthesis with bone plantation chamber has the potential to provide a solution in terms of space for bone regeneration with improved design and better selection of implant manufacturing materials for application in humans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library