Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Fatimah
Abstrak :
ABSTRAK
"Kajian tentang perempuan dengan pendekatan sejarah dan politik masih amat langka di Indonesia. Selain itu, penelitian sejarah yang telah ada sarat ""bias fender."" Artinya, hampir keseluruhan peristiwa dalam periodesasi sejarah Indonesia didominasi oleh pria sebagai pelaku sejarah. Sejarah perempuan merupakan bagian dari bentuk penulisan new history, yang melihatkan perkembangan penting sejak tahun 1970-an di luar negeri, tepatnya di Amerika, Eropa dan Australia. Di samping itu, karena penelitian ini mengangkat dua kasus yang hampir mirip dalam dua periode yang berbeda, maka secara metodologis penelitian ini juga menggunakan pendekatan comparative history. Disertasi ini berjudul ""Negara dan Perempuan: Fujinkai (1943-1945) dan Dharma Wanita (1974-1979)"". Persoalan pokok dalam disertasi ini adalah: bagaimana pola hubungan negaralpenguasa dengan perempuan di Indonesia selama periode Jepang dan Orde Baru. Dengan kata lain, bagaimana negara memperalat dan mengakomodir perempuan melalui organisasi Fujinkai dan Dharma Wanita untuk memperkuat posisi negara. Di samping itu, bagaimana perbandingan perilaku hubungan kedua pemerintahan ini terhadap kedua organisasi perempuan tersebut terutama dari aspek agencynya, peran yang dimainkan individu dalam struktuk sosial tertentu yang akan mernyebabkan perubahan atau perkembangan selanjutnya dari masing_masing peristiwa dan periode tersebut (side effect). Teori yang digunakan untuk menganalisis persoalan-persoalan dalam penelitian ini adalah corporative state theory (teori negara korporatis). Teori ini telah dikembangkan oieh beberapa ahii, antara lain, Philipe Schimitter, Howard J. Wiarda, Simon Schwotzman dan Guilieno A. Donnal: Teori ini telah diujikan di negara-negara Amerika Latin yang memilki heberapa kemiripan dengan negara Indonesia. Untuk memperkuat teori negara korporatis ini, terutama bagi negara yang berciri masyarakat militer (conscription society) dalam mass perang seperti Jepang, negara biasanya menciptakan organisasi massa yang dikendalikan oleh negara yang disebut dengan. AlvlO (Administrated Mass Organization) untuk mencapai tujuan tertentu bagi negara, termasuk yang disebut dengan AMO's Women. (Greogory Kasza). Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Pertama, mengumpulkan data melalui studi lapangan, kearsipan dan perpustakaan. Untuk studi lapangan digunakan metode oral history (wawancara). Kedua, analisis data melalui triangulasi metode sejarah, yang dikenal dengan kritik intteren dan eksteren. Ketiga, menggunakan teori negara korporatis untuk menganalisis dan menguji data yang ditemukan. Terakhir, mengahsilkan sebuah karya ilmiah dengan menggunakan acuan teknik penulisan ilmiah. Sumber penelitian ini bertitik tolak dari (Ina jenis sumber penting, yaitu: sumber primer dan sekunder."
2004
D1827
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Pudjiastuti
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
D1553
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tan, Ta Sen
Abstrak :
Culture contact took place throughout recorded history. The three major worls civilizations, namely, chineses, indian and arabian, all originated in Asia. SInce the 2nd century BC, these three civilizations began to interact with each other via the overland and see trade routes-the Chama (Tea and Horse), the Silk, and the Maritime Ceramic and Spice routes. SUch interaction triggered off a dynamic chain reaction of culture change in all societies in the regions largely by peaceful means through trade and cultural interchange as well as migration. A review of the literature of the subject under study reveals the lack of in-depth study of the subject leaving many gaps for future research. This macro-study is the first of such an attemt that adopts a holistic view of continental-wide culture contact. It deals with the incoming indian and islamic alien cultures infiltrating into china's confucianism and daoism on the one hand, and againts java's indigeneus culture on the other. The study explores the localization of these alien cultures through a process of sinicization in china and javanization in insular southeast asia set within a broader historical context of regional trade development and geo-politics. This research then narrows down to an investigation of the highly significant role played by Ming China through the hands of the famous matitime explorer, Cheng Ho, in the Islamization of the Nusantara world and particularly in helping to unravel the localization process that took place in 15th and 16th centuries in Java. In the final analysis, this study has uncovered the striking differences in the resulting patterns of culture contact between East and West imbedded in their differing world view. It clearly demonstrates the cultural fusion-clash polarization pattern in culture contact.
2007
D1665
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswanto
Abstrak :
The USA has signifikan contribution on negotiation of West Papua dispute. President John F. Kennedy changed the USA policy in West Papua dispute from passive neutral policy into active mediation policy. By this policy the USA and UNO supported and managed negotiations between Dutch and Indonesia. As a result, the representative of the countries signed the New York Agreement in 1962. The role of the USA diplomacy on the negotiation of West Papua dispute connecting with its interest in preventing communism in Indonesia. In case, America problem is how to eliminate communist influence in Indonesia. In connecting with the problem, the dissertasion has two research questions that what is the background of active mediation policy and how is the process of mediation diplomacy in West Papua dispute. The dissertasion would like to describe and analyse the negotiations process between Dutch and Indonesia in Middleburg, the USA. The negotiations process have inportant value in Indonesia and America diplomacy history. These will give inforrnations in West Papua history-especially it was looked from the USA perspective. The dissertasion used historical methods in understanding America diplomacy in relationship with negotiation on West Papua dispute. The dissertasion produced conclusions that the USA diplomacy in West Papua dispute has relationship with containment policy in Cold War. The USA and UNO have great contribution to West Papua negotiation and New York Agreement. Consequently, they have moral obligations to West Papua. Their Intervention into West Papua problem is something possible in the future when Indonesia can not solve social dan political problems in there. It should be anticipated by great anttention to West Papua.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
D891
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Waworuntu, Adrianus Laurens Gerung
Abstrak :
Disertasi ini membahas perkembangan sejarah Cina di akhir abad ke sembilanbelas, dengan mengambil tokoh sejarah yang bernama Huang Zunxian, seorang gentry Cina sebagai subjeknya, melalui pendekatan sejarah intelektual. Negeri Cina mengalami berbagai perubahan pada abad ke sembilanbelas sebagai akibat dari permasalahan dalam negeri yang menumpuk, yang kemudian diperparah dengan datangnya bangsa Barat, yang memperkenalkan semangat modernisasi ke Cina. Reformasi kemudian menjadi pilihan untuk menyelesaikan masalah, namun akhirnya gagal dan terjadi revolusi yang mengakhiri kedinastian tradisional di Cina. Huang Zunxian, seorang diplomat karir yang kemudian terlibat dalam Revolusi 1898 memberikan sumbangannya berupa proposal kepada kaisar untuk memajukan Cina sebagaimana tertulis dalam bukunya berjudul Riben Guozhi 日本國志 (Catatan mengenai Jepang). Pemikirannya juga terlihat dalam puisi-puisinya yang dikompilasi dalam buku Renjinglu Shicao 人境廬詩草 (Naskah Puisi dari Studio Renjing), yang menggambarkan adanya tarik menarik dalam dirinya antara perubahan dan kesinambungan. ...... The topic of this dissertation is the dynamic of Chinese history in late nineteenth century, which focused on Huang Zunxian, a gentry reformer of his time, as the subject, and applying the intellectual history as an academic approach. In late nineteenth century, China was facing turbulent times as the result of various domestic problems, which was worsened by the presence of the Western powers which introduced modernization force into China. Political reform then became the choice to tackle the problems which later failed, and China fell into a social and political revolution that brought the traditional dynastic system to an end. Huang Zunxian, a career diplomat, who later involved in the Reform of 1898, offered his proposals to the throne on how to solve China?s predicament which was written on his work, Riben Guozhi 日本國志(Treatises on Japan). Huang?s thoughts are also scattered in his many poems which were compiled and entitled Renjinglu shicao 人境廬詩草 (Draft of Poems from the Renjing Studio), which exposed his views on change and continuity.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
D2028
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tan, Ta Sen
Abstrak :
ABSTRACT
Culture contact took place throughout recorded history. The three major worls civilizations, namely, chineses, indian and arabian, all originated in Asia. SInce the 2nd century BC, these three civilizations began to interact with each other via the overland and see trade routes-the Chama (Tea and Horse), the Silk, and the Maritime Ceramic and Spice routes. SUch interaction triggered off a dynamic chain reaction of culture change in all societies in the regions largely by peaceful means through trade and cultural interchange as well as migration. A review of the literature of the subject under study reveals the lack of in-depth study of the subject leaving many gaps for future research. This macro-study is the first of such an attemt that adopts a holistic view of continental-wide culture contact. It deals with the incoming indian and islamic alien cultures infiltrating into china's confucianism and daoism on the one hand, and againts java's indigeneus culture on the other. The study explores the localization of these alien cultures through a process of sinicization in china and javanization in insular southeast asia set within a broader historical context of regional trade development and geo-politics. This research then narrows down to an investigation of the highly significant role played by Ming China through the hands of the famous matitime explorer, Cheng Ho, in the Islamization of the Nusantara world and particularly in helping to unravel the localization process that took place in 15th and 16th centuries in Java. In the final analysis, this study has uncovered the striking differences in the resulting patterns of culture contact between East and West imbedded in their differing world view. It clearly demonstrates the cultural fusion-clash polarization pattern in culture contact.
2007
D628
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini merupakan studi tentang kondisi dan situasi di pedesaan Cina yang berubah total sejak Mao bersama dengan PKC mengambil alih kekuasaan di Cina pada tahun 1949. Namun sebenarnya perubahan sudah terjadi jauh sebelum tahun 1949, yaitu ketika PKC mulai berdiri pada tahun 1921 dan sejak saat itu konsep-konsep pembangunan masyarakat sosialis mulai diperkenalkan dan dipraktekkan. Selama sepuluh tahun sejak tahun 1949 hingga tahun 1959, perubahan tidak hanya terjadi pada tataran sistem politik dan pemerintahan, namun yang lebih penting lagi adalah perubahan pada sistem sosial yaitu dengan berubahnya institusi-institusi sosial serta perubahan struktur sosial dan peran sosial dengan berubahnya mekanisme dalam masyarakat.

Dalam studi ini, untuk menggambarkan terjadinya perubahan sosial sebagai dampak dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh PKC dimana kebijakan tersebut berakar dari pikiran-pikiran Mao, digunakan teori sosial Talcott Parsons. Teori sosial Parsons dalam bukunya The Social System (1951) pada intinya menyebutkan bahwa sistem sosial sangat bergantung pada sistem budaya. Jika sistem budaya berubah, maka perubahan juga akan terjadi pada sistem sosial. Perubahan sistem sosial baru akan terjadi jika terjadi perubahan dalam sistem budaya. Dalam konteks ini maka yang terjadi di pedesaan Cina pada kurun waktu tersebut adalah sebuah perubahan sosial yang mengikuti perubahan budaya setelah masuknya paham Mantisme-Leninisme yang menggantikan sistem budaya Konfusianis. Proses perubahan itu sendiri akan dijelaskan dengan menggunakan beberapa teori antara lain adalah teori modernisasi dari David Apter, Giddens yang menekankan aspek kehidupan sosial sebagai suatu episode yang berarti memiliki awal dan akhir yang dapat dikenali serta Piotr Sztompka dengan Fungsionalisme Strukturalnya, sementara untuk menjelaskan bentuk-bentuk aksi yang terjadi digunakan teori Collective Actionnya Charles Tilly.

Ada beberapa tahap terjadinya perubahan sosial di pedesaan Cina dalam kurun waktu antara tahun 1949 sampai tahun 1959. Mao memulai rekayasa sosialnya dengan mengadakan Gerakan Land Reform pada tahun 1950, Ialu Kolektivisasi serta mencapai puncaknya pada pembentukan Komune Rakyat pada tahun 1958. Dalam periode inilah terjadi perubahan sosial yang begitu besar. Masyarakat Cina tradisional yang dengan teori Apter (1967) dapat di lihat sebagai masyarakat yang memiliki tiga tipe sfratifikasi yaitu menyangkut kasta, kelas dan status, melalui organisasi Komune Rakyat telah menjadi sebuah rnasyarakat yang harus hidup bersama secara komunal dalam struktur dan fungsi yang baru.
2006
D651
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Kartasasmita
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami fenomena kekerasan yang kerapkali dialami etnis Tionghoa sebagai bentuk diskriminasi rasial dan politik ketika terjadinya krisis ekonomi dan sosial di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode sejarah lisan sebagai upaya mengkonstruksi pengalamanpengalamn dan suara-suara kelompok minoritas yang terlupakan oleh sejarah. Melalui kerangka teori interpretasi Paul Ricoeur, peneliti menyusun dan mengolah data dengan menggunakan teori Rene Girard mengenai kambing hitam dan teori Anthony Giddens mengenai dualitas struktur. Hasil analisa wawancara berdasarkan kesaksian-kesaksian yang diperoleh dari 8 etnis Tionghoa yang juga merupakan korban penjarahan dan pembakaran dan saksi mata, menunjukkan bahwa ketika kondisi sosial dan ekonomi semakin memburuk ditambah dengan ketidakstabilan situasi politik menjelang lengsernya Presiden Soeharto, kelompok minoritas menjadi korban dari kekuasaan segilitir elit politik yang ingin mempertahankan kekuasaannya. Para korban maupun saksi mata merasakan dan menyaksikan bagaimana usaha dan kerja keras mereka hancur seketika. Kerugian materi tidaklah sebanding dengan perasaan takut dan syak wasangka akan kemungkinan terulangnya aksi kekerasan yang sama di kemudian hari. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana secara sistematis etnis Tionghoa dikorbankan dan bagaimana praktek rasisme secara struktural saling berkaitan dan berhubungan dalam sebuah narasi sejarah.
ABSTRACT
The aim of the study is to comprehend the act of violence which occurs most frequently towards ethnic Chinese as a form of racial and political discrimination in time of great economy and social crisis. With oral history as the research methodology, this study attempts to reconstruct personal experiences from the voices of the forgotten into a historical narration. Using the theoretical framework of interpretation by Paul Ricoeur, the research analyzes the data using Rene Girard theory on scapegoat and Anthony Giddens? on duality of structure. Based on the testimonies gathered from 8 victims and eyewitnesses of ethnic Chinese, it can be concluded that as the crisis hit the nation, they fall victims mainly of economic and political interests by the ruling elite.As the victims and eyewitnesses watch their life work being destroyed by the angry crowd, they realize how fragile their lives are and how uncertain the future can be for them. The study demonstrates how ethnic Chinese are systematically persecuted and how structural racism inextricably intertwined in the historical narration.
Depok: 2011
D1172
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herniwati
Abstrak :
ABSTRAK
Disertasi ini menguraikan tentang perubahan identitas Cina Padang dari Revolusi sampai Reformasi. Pendekatan etnisitas Barth dan identitas Wang Gungwu digunakan untuk melihat perubahan identitas etnis Cina Padang dari rezim yang berkuasa. Kajian ini menemukan bahwa etnis Cina ikut berperan ketika Indonesia menjadi negara yang baru, meskipun dalam waktu yang bersamaan etnis Cina juga menjadi bagian dari orang Minangkabau saat terjadi pergolakan PRRI. Pada saat ini identitas ke-Minangan dan ke-Cinaan terlihat kuat di dalam diri Cina Padang. Ketika terjadi perubahan rezim dengan kontrol negara yang kuat pada masa pemerintahan Orde Baru, Cina Padang tetap aktif merepresentasikan diri mereka melalui aktivitas sosial dan budaya, meskipun hanya untuk kalangan sendiri. Kesempatan untuk tetap bisa beraktivitas tidak terlepas dari keberadaan perkumpulan sosial, budaya, dan kematian Himpunan Tjinta Teman dan Himpunan Bersatu Teguh serta politik lokal Padang dan karakteristis masyarakat Minangkabau yang terbuka sehingga memberikan ruang kepada etnis Cina untuk mengembangkan diri mereka sendiri. Tekanan dan kontrol negara berdampak terhadap tingginya loyalitas dan solidaritas sesama kelompok etnis Cina. Fenomena lain ditemukan setelah Reformasi bergulir, di mana saat politik lokal dan politik negara memberikan kesempatan besar bagi etnis Cina untuk merepresentasikan budaya dan adat istiadat mereka, malah sebaliknya terjadi perubahan struktur dan tatanan sosial
ABSTRACT
This dissertation analyses the changes in Padang Chinese identity from revolution to reformasi. Using Barth?s approach to ethnicity and Wang Gungwu?s approach to identity, it looks at changes in Padang Chinese ethnic identity through the governing regimes. The study finds that ethnic Chinese played a role in Indonesia becoming a new country, despite simultaneously being part of Minangkabau society at the time of the PRRI separatist movement. Nowadays, Minang and Chinese identities are clearly strong in the Padang Chinese. With the regime change and strong state control under the New Order government, the Padang Chinese remained active in representing themselves through social and cultural activities, if only within their own circles. The Himpunan Tjinta Teman and Himpunan Bersatu Teguh organisations were integral in providing opportunities to remain active through social and cultural gatherings, and funerals, as were local politics in Padang and the open characteristics of Minangkabau society, all of which allowed room for the ethnic Chinese to develop. State pressure and control resulted in high levels of loyalty and solidarity among ethnic Chinese. Another phenomenon became apparent after Reformasi; when local and state politics provided enormous opportunities for ethnic Chinese to represent their culture and traditions, what actually transpired were structural changes in their social order as a result of competition and internal conflicts between commercial associations (kongsi).
Depok: 2011
D1316
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>