Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nazzla Camelia Maisarah
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini menganalisis penyembuhan jaringan periodontal sesudah flep dengan aplikasi PRF dan cangkok tulang serta PRF saja. Metode: Empat belas sampel Periodontitis kronis dibedah flep dan diamati perbaikan status periodontal 3 dan 6 bulan paska flep. Hasil: Perbaikan tingkat perlekatan kelompok PRF dan cangkok tulang lebih baik dari kelompok PRF. Tidak ada perbedaan poket dan perdarahan gingiva yang lebih baik pada PRF dan cangkok tulang dibandingkan PRF. Kesimpulan: Ada perbedaan perbaikan tingkat perlekatan serta tidak ada perbedaan perbaikan poket dan perdarahan gingiva antara PRF dan cangkok tulang dibandingkan dengan PRF saja.
ABSTRACT
This study is to analyze periodontal tissue healing after flap using platelet rich fibrin and bonegraft and PRF only. Methode: Fourteen samples with chronic periodontitis were treated by flap and the periodontal status were evaluated at 3 and 6 month after treatment. Result: Attachment level healing in PRF and bonegraft is better than PRF group. Pocket depth and bleeding on probing were not better in PRF and bonegraft than PRF. Conclusion: There is a difference on attachment level and there are no difference on pocket and bleeding on probing between both of group.
2013
T32922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Susanto
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Chlorine dioxide mempunyai efek antibakterial yang kuat, namun dalam bidang kedokteran gigi chlorine dioxide masih jarang dilaporkan. Tujuan: membandingkan efektifitas antara skeling yang dikombinasikan pengolesan gel chlorine dioxide dengan efektifitas skeling saja terhadap penyembuhan klinis gingivitis. Metode: Empat puluh subjek gingivitis telah menyetujui mengikuti penelitian ini, terdiri dari 20 subjek diterapi skeling dikombinasi gel chlorine dioxide, dan 20 subjek lainnya mendapat terapi skeling saja. Chlorine dioxide dioleskan oleh pasien pada marginal gingiva, dua kali sehari setelah menyikat gigi selama 14 hari. Dianjurkan tidak makan dan minum selama satu jam setelah diolesi chlorine dioxide. Indeks plak, PBI dan kedalaman poket dievaluasi sebelum dan sesudah terapi pada gigi 16,21,11,21,22,24,26,36,32,31,41,42,44,46. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada penurunan indeks plak( p<0,05); tidak terdapat perbedaan bermakna pada penurunan PBI (p>0,05);ada kecenderungan perbedaan bermakna pada kedalaman poket (p=0,053). Kesimpulan: Terapi skeling yang dikombinasi pengolesan chlorine dioxide pada gingivitis, lebih baik dibanding dengan skeling saja pada penyembuhan gingivitis.
ABSTRACT
Background: Chlorine dioxide has strong antibacterial effect, but there is still limited study about the use of chlorine dioxide in dentistry. Aim: To compare the effectiveness of scaling combine with application of chlorine dioxide gel and scaling only in the healing of gingivitis. Methods: Forty subjects with gingivitis agreed to follow this study. Twenty subjects got scaling combine with chlorine dioxide gel application and the remaining subjects got scaling only. Chlorine dioxide was applied at marginal gingiva by the patients, twice daily after tooth brushing during 14 days. No food and drink in one hour after application of chlorine dioxide. Plaque index, Papilla Bleeding Index and pocket depth of gingival before and after treatment was evaluated at teeth 16,21,11,21,22,24,26,36,32,31,41,42,44,46. Results: There is significant difference statistically of reduction of plaque index (p<0.05); there is no significant difference statistically of reduction of PBI (p>0.0.5); and there is tendency of significant difference statistically of reduction of pocket depth (p=0.053). Conclusion: The treatment of scaling combine with application of chlorine dioxide gel gives better outcome than scaling only, in healing of gingivitis.
2013
T35047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Twelvia Caroline Andriani
Abstrak :
Latar Belakang: Menopause adalah salah satu bagian dari siklus alami kehidupan reproduktif perempuan, yang merupakan berhentinya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Saat menopause, produksi hormon esterogen dan progesteron menurun. Penurunan kedua hormon ini hingga hampir nol berlanjut sampai ke tahap askamenopause, yaitu fase lanjutan dari menopause. Penurunan hormon esterogen dan progesteron menyebabkan munculnya beberapa perubahan klinis pada rongga mulut, terutama pada gingiva yang dapat mengarah ke keradangan gingiva dan kesehatan rongga mulut. Tujuan: Untuk menganalisis status keradangan gingiva pada perempuan paskamenopause. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-section). Dilakukan wawancara mengenai lama menopause dan pemeriksaan klinis keradangan gingiva menggunakan Papillary Bleeding Index (Saxer dan Muhlemann) pada 93 orang perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi. Hasil: Rata-rata usia perempuan paskamenopause yang diteliti 61 tahun (SD ±7,2). 79 orang perempuan paskamenopause yang diteliti memiliki skor PBI baik, dan 14 orang perempuan paskamenopause memiliki skor PBI sedang. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara keradangan gingiva dengan lama menopause (p>0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara keradangan gingiva (mean 1,15, SD ±0,36), dengan tingkat akumulasi plak gigi (mean 1,91, SD ±0,6), kalkulus gigi (mean 2,12, SD ±0,67), dan tingkat kebersihan mulut (mean 2,25, SD ±0,62), dan antara lama menopause dengan tingkat kebersihan mulut. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status keradangan gingiva sangat berkaitan dengan akumulasi plak gigi, kalkulus gigi, serta tingkat kebersihan mulut perempuan paskamenopause, sehingga prosedur pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut perlu dilakukan secara berkala.
Background: Menopause, which was a part of female?s reproductive life natural cycle, confirmed when women had no menstrual period for 12 consecutive months. When menopause appeared, the production of estrogen and progesterone hormone decreased. The decreasing almost reached zero and continued until postmenopausal phase, which was a continue phase from menopause. The impact of the decreasing estrogen and progesterone hormone has made several clinical changes in oral cavity, especially in gingival, which could lead to gingival inflammation and oral health. Objective: To analyze the gingival inflammation status in postmenopausal women. Method: This study was a descriptive analytic study using the cross-sectional study method. Years since the last menopausal period were obtained from 93 postmenopausal women in Bekasi area. Clinical examination of gingival inflammation was studied using Papillary Bleeding Index (Saxer and Muhlemann). Results: The mean age of postmenopausal women was 61 years (SD ±7, 2). 79 postmenopausal women had a good PBI scores and 14 postmenopausal women had moderate PBI scores. There was no correlation between gingival inflammation and period of time since postmenopausal women had their last menstruation (p>0, 05). There were significant correlation (p<0, 05) between gingival inflammation (mean 1, 15, SD ±0, 36) and dental plaque accumulation (mean 1, 91, SD ± 0,6), with dental calculus (mean 2,12, SD ±0,67), and OHI-S (mean 2,25, SD ±0,62). There was a strong correlation (p<0, 05) between OHI-S and period of time since postmenopausal women had their last menstruation. Conclusion: Gingival inflammation strongly correlated with dental plaque accumulation, dental calculus, and OHI-S in postmenopausal women, so good oral hygiene procedures were needed periodically.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Melati
Abstrak :
Latar Belakang: Menopause adalah salah satu bagian dari siklus alami kehidupan reproduktif perempuan yang ditandai dengan berhentinya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Tahap paskamenopause terjadi segera setelah tahap menopause selesai. Paskamenopause rata-rata terjadi pada perempuan berusia 50 tahun keatas. Seiring bertambahnya usia, terjadi kemunduran pada kondisi fisik dan psikologis yang dapat menyebabkan kesulitan dalam menjalankan prosedur pembersihan mulut yang maksimal. Prosedur pembersihan mulut dapat mempengaruhi pembentukan plak serta kalkulus gigi. Kalkulus gigi merupakan deposit keras hasil kalsifikasi plak gigi yang melekat erat pada permukaan mahkota klinis gigi asli, gigi tiruan, atau alat-alat yang dipakai dalam mulut lainnya. Tujuan: Mengetahui hubungan antara kalkulus gigi dengan perempuan paskamenopause. Metode: Penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Dilakukan wawancara mengenai riwayat menstruasi terakhir, serta pemeriksaan klinis menggunakan indeks kalkulus modifikasi Ramfjord dengan cara memeriksa jumlah deposit kalkulus pada 2 permukaan bukal dan lingual atau palatal dari gigi 16, 26, 36, 33, 32, 31, 41, 42, 43, dan 46 menggunakan kaca mulut serta dental explorer dan/atau periodontal probe pada 105 orang perempuan paskamenopause pada Bulan Oktober 2008 di Wilayah Bekasi. Hasil: Didapatkan 93 orang yang melengkapi seluruh data. Usia berkisar 46-82 tahun (usia rata-rata 61.3, SD ± 7.3). Hasil uji statistik chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara lama menopause dengan tingkat akumulasi kalkulus gigi dan dengan tingkat kebersihan rongga mulut. Kesimpulan: Lama menopause berhubungan dengan tingkat akumulasi kalkulus gigi dan tingkat kebersihan rongga mulut pada perempuan paskamenopause.
Background: Menopause is one part of the natural cycle of a female's reproductive life, confirmed when a women has no menstrual period for 12 consecutive months. Menopause is always followed by postmenopause. Postmenopause generally occurs at the ages 50 years and above. As the aging, there are certain physiological changes which can affect in doing a maximal oral hygiene practices. A good oral hygiene practice can undermine the process of dental plaque and dental calculus formation. Dental calculus, which is mineralized bacterial plaque, is hard, tenacious mass that forms on the clinical crowns of the natural teeth, on dentures, and other dental protheses. Aim: To study the crosssectional relationship between dental calculus and postmenopausal women. Method: This study is a analitic-descriptive study using the cross-sectional study method. Years since the last menstrual period were obtained from 105 subjects of postmenopausal women at Bekasi area on October 2008. Clinical examination of dental calculus was studied using Calculus Index (Ramfjord Modification) to check the amount of calculus deposits at buccal and lingual or palatal surfaces of 16, 26, 36, 33, 32, 31, 41, 42, 43, and 46 using a mirror and dental explorer or periodontal probe. Results: Of the total subjects, 93 were useful for analysis. Age range between 46 and 82 years (mean age 61.3, SD ± 7.3). A strong positive correlations (p<0,05) were found between cross-sectional measurements of dental calculus and years since the last menstrual period. Another strong positive correlations (p<0,05) were also found between cross-sectional measurements of oral hygiene status and years since the last menstrual period. Conclusion: Years since last menstrual period correlated with accumulated level of dental calculus and oral hygiene status on postmenopausal women.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Aini Hariyani
Abstrak :
Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab utama kematian di dunia. Bakteri positif Gram dan negatif Gram telah sering diidentifikasi pada bakteremia dan disebut memiliki peran dalam penyakit vascular, termasuk Streptococcus sanguinis yang paling sering diisolasi dari pasien endokarditis dan sering dikaitkan dengan PJK.

Tujuan : Menganalisis jumlah Streptococcus sanguinis yang diisolasi dari plak gigi dan saliva subjek non-PJK dan PJK.

Metode : Koloni bakteri dari plak gigi dan saliva 16 subjek non-PJK dan 8 subjek PJK ditanam pada agar Mitis salivarius, diekstraksi DNA kemudian dikuantifikasi dengan teknik Real-Time PCR menggunakan primers spesifik 16S rRNA.

Hasil : Kuantifikasi Real-Time PCR menunjukkan perbedaan jumlah S. sanguinis antara subjek kelompok non-PJK dan PJK namun uji t tidak berpasangan menunjukkan perbedaannya tidak signifikan.

Kesimpulan : Pada subjek yang menjadi sampel penelitian ditemukan kecenderungan jumlah S. sanguinis asal plak gigi subjek PJK lebih tinggi dibandingkan subjek non-PJK dan jumlah S. sanguinis asal saliva subjek non-PJK cenderung lebih tinggi dibanding subjek PJK.
Background : Coronary Heart Disease is the major cause of death in most countries in the world. Gram-positive and Gram-negative bacteria have been identified in bacteremia cases and said to have a role in various vascular disease, including Streptococcus sanguinis which is the most often bacteria to be isolated from endocarditis patients and often associated with CHD.

Objectives : To analyze the amount of Streptococcus sanguinis isolated from dental plaque and saliva of subjects with and without Coronary Heart Disease.

Methods : Bacterial colonies isolated from dental plaque and saliva of 16 subjects without CHD and 8 subjects with CHD are plated in Mitis salivarius agar, DNA are extracted and then quantified with Real-Time PCR technique using 16S rRNA primers.

Results : Real-Time PCR quantification shows that there’s a difference amount of S. sanguinis between the two groups of subjects but unpaired t-test shows that the differences are not statistically significant.

Conclusion : Subjects from this study shows tendency that the amount of S. sanguinis from dental plaque of CHD subjects is higher than non-CHD subjects and the amount of S. sanguinis from saliva of non-CHD subjects is higher than CHD subjects.
2013
T32635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Saputri
Abstrak :
Latar Belakang : Resesi gingiva penyebab dentin hipersensitif (DH). Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus pada plak menghasilkan asam. Produk asam menyebabkan demineralisasi akar gigi. Tujuan: Menganalisis jumlah serta distribusi S. mutans dan S. sobrinus dari plak dan saliva penderita resesi gingiva dengan DH dan non sensitif. Metode: Dari sampel saliva dan plak subjek DH dan non sensitif diperiksa jumlah S. mutans dan S. sobrinus menggunakan real-time PCR dengan SYBR Green. Hasil: Jumlah S. mutans lebih banyak pada plak DH daripada non sensitif, S. sobrinus lebih banyak pada saliva non sensitif. Kesimpulan: Jumlah S. mutans lebih banyak pada plak penderita DH. ...... Background : Gingival recession cause of dentine hypersensitivity (DH). Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus in dental plaque will produce of acid. Acid can cause demineralization that involved in hypersensitivity. Objectives : To analyze the amount and distribution of S. mutans and S. sobrinus from plaque and saliva in patients with DH and non sensitive. Methods :, S. mutans and S. sobrinus from saliva and plaque samples was quantify by real-time PCR using SYBR Green. Results : The number of S. mutans is higher in plaque of DH and S. sobrinus is higher in saliva of non sensitive. Conclusion : Patients with DH had higher level of S. mutans in plaque.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31475
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library