Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Pribadi Perkasa
Abstrak :
Latar belakang: Nanopartikel perak (AgNPs) telah banyak diteliti karena aktivitas anti-inflamasinya yang berpotensi digunakan sebagai obat yang bekerja secara lokal di saluran gastrointestinal (GI) untuk pengobatan kolitis ulseratif. Namun, disolusi AgNPs secara masif dalam kondisi asam di lambung berpotensi menyebabkan serapan sistemik dan toksisitas. Pendekatan rasional harus dirancang untuk penargetan kolon secara selektif. Metode: Biomolekul alginat dipilih sebagai agen penstabil untuk radiosintesis dan penghantaran AgNPs karena bersifat biokompatibel, sensitif pH, dan polianionik. Radiosintesis dioptimalkan menggunakan Central Composite Design – Response Surface Methodology (CCD-RSM) yang melibatkan 20 percobaan tanpa penambahan isopropanol sebagai scavenger radikal hidroksil. Stabilitas nanosuspensi dievaluasi selama penyimpanan pada suhu 4°C kondisi gelap selama 40 hari. Disolusi AgNPs secara in vitro ditentukan dalam simulasi cairan lambung pH 1,2 selama 120 menit. Kemudian, serapan sistemik dan toksisitas AgNPs terstabilisasi alginat ditentukan setelah pemberian oral dosis berulang 14 hari pada mencit sehat dengan dosis bervariasi (2,5, 5,0, dan 10,0 mg/kg BB). Hasil: Radiosintesis berhasil mensintesis AgNPs terstabilisasi alginat tanpa penambahan isopropanol. Kondisi optimal diperoleh pada dosis iradiasi 20 kGy, konsentrasi precursor ion perak 7,78 mM, dan konsentrasi alginat 1,2 % (b/v) yang menghasilkan nilai konversi 65,43 % dengan konsentrasi AgNPs 480,9 ppm. Morfologi AgNPs berbentuk bulat dengan ukuran 10,25 ± 5,03 nm. Menariknya, alginat berperan ganda sebagai agen penstabil sekaligus agen pereduksi selama radiosintesis. Alginat juga berperan menstabilkan nanosuspensi hingga 67 ± 5 hari, dan meminimalkan disolusi pada kondisi asam pH 1.2 hingga kurang dari 1,5 % dalam periode disolusi 120 menit. Setelah administrasi oral dosis berulang 14 hari dosis 2,5 mg/kg BB, mencit sehat tidak menunjukkan tanda toksisitas. Perak tidak terdeteksi pada organ dalam, sedangkan penilaian hstopatologis untuk hepar dan kolon tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol. Kesimpulan: Alginat berperan penting dalam radiosintesis AgNPs tanpa penambahan isopropanol. Alginat juga berperan sebagai agen penstabil yang baik untuk menjaga stabilitas selama penyimpanan dan mencegah disolusi dalam kondisi asam. Dosis 2,5 mg/kg BB dapat digunakan sebagai dosis referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas/bioaktivitas AgNPs sebagai obat yang bekerja secara lokal di saluran gastrointestinal (GI) untuk pengobatan kolitis ulseratif. ......Background: Silver nanoparticles (AgNPs) have been extensively investigated due to their anti-inflammatory activity which potentially used as locally-acting drug in the gastrointestinal (GI) tract for treatment of ulcerative colitis. However, massive dissolution of AgNPs in acidic stomach potentially lead to systemic uptake and toxicity. Rational approaches must be designed for selectively targeting the colon. Methods: Biomolecule alginate was chosen as stabilizing agent for radiosynthesis and delivery of AgNPs due to its biocompatibility, pH sensitiveness, and polyanionic nature. Radiosynthesis was optimized using central composite design – response surface methodology (CCD-RSM) which involved 20 run experiments without addition of isopropanol as a hydroxyl radical scavenger. The stability of nanosuspension was evaluated during storage at 4°C under dark for 40 days. The in vitro dissolution of AgNPs was determined in simulated gastric fluid pH 1.2 for 120 min. Then, systemic uptake and toxicity of alginate-stabilized AgNPs were determined upon 14 days repeated dose oral administration in healthy mice at varied dose (2.5, 5.0, and 10.0 mg/kg BW). Results: Radiosynthesis had successfully synthesized alginate AgNPs without addition of isopropanol. The optimal condition was found at dose of 20 kGy, precursor silver ion of 7.78 mM, and alginate concentration of 1.2 % (w/v) which resulted the conversion yield of 65.43 % with concentration of AgNPs at 480.9 ppm. The AgNPs was spherical in shape at size of 10.25 ± 5.03 nm. Interestingly, alginate played dual role as stabilizing and reducing agent during radiosynthesis. The alginate allowed stabilization of nanosuspension for 67 ± 5 days, and also minimized the acid dissolution down to 1.5 % during 120 min dissolution time. Upon 14 days repeated dose oral administration of AgNPs at dose 2.5 mg/kg BW, the healthy mice did not showed toxicity sign. Silver was not detected in internal organ, while hstopathological scoring for liver and colon is not significantly different with control group. Conclusion: Alginate plays important role in radiosynthesis of AgNPs without addition of isopropanol. It also acts as good stabilizing agent for maintaining stability during storage and preventing dissolution in acidic condition. Dose of 2.5 mg/kg BW can be used as a reference dose for further research on toxicity/bioactivity of AgNPs as locally-acting drug in the gastrointestinal (GI) tract for treatment of ulcerative colitis.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrian Mulya Santausa
Abstrak :
Penelitian mengenai produksi suara dalam bidang ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi masih jarang hingga saat ini. Waktu fonasi maksimal (WFM) merupakan salah satu parameter untuk menilai ketahanan fonasi. Studi pendahuluan ini ditujukan untuk mengetahui korelasi nilai prediksi ambilan oksigen maksimal (VO2 maksimal) yang didapatkan dari uji jalan enam menit dengan WFM pada populasi dewasa sehat sedenter bukan penyanyi. Penelitian ini merupakan studi potong-lintang dengan teknik pengambilan sampel secara konsekutif. Kriteria inklusi di antaranya subjek berusia 18-50 tahun, sedenter dan bukan penyanyi. Subjek dengan riwayat merokok, memiliki gejala pernafasan dalam dua minggu terakhir, riwayat penyakit jantung, paru, muskuloskeletal dan gangguan keseimbangan dieksklusi dari studi ini. Pengukuran WFM dan uji jalan enam menit dilakukan oleh dua asesor berbeda dan tidak diketahui satu sama lain. Seluruh subjek pada studi ini (n=50) merupakan penduduk ras Mongoloid. Rerata WFM lebih tinggi pada subjek laki-laki (n=18) (27.4+7.4 s vs 20.6+5.1 s, p<0.001). Dari analisis bivariat, didapatkan korelasi antara WFM dan nilai prediksi VO2 maksimal (r=0.588, p<0.001) dan frekuensi suara (r=-0.360, p=0.010), namun setelah analisis multivariat, nilai prediksi VO2 maksimal merupakan satu-satunya faktor yang berhubungan dengan WFM (p=0.004). Terdapat korelasi sedang antara nilai prediksi ambilan oksigen maksimal dari uji jalan enam menit dengan waktu fonasi maksimal pada dewasa sehat sedenter bukan penyanyi. ......Studies regarding voice production in the field of physical medicine and rehabilitation are still sparse to date. Maximum phonation time (MPT) is a parameter to measure phonation endurance. This preliminary study was aimed to determine the correlation of predicted maximal oxygen uptake (VO2 max) obtained from six-minute walk test (6MWT) with MPT in healthy adult population of sedentary non-singers. This is a cross-sectional study with consecutive sampling. The inclusion criteria are subjects aged 18-50 years, sedentary and non-singers. Subjects with a history of smoking, having respiratory symptoms in the last two weeks, heart, lung, musculoskeletal and balance problems were excluded from this study. The measurements of MPT and 6MWT were carried out by two different assessors blinded to each other. The subjects in this study (n=50) were all Mongoloids. The mean MPT was higher in male subjects (n=18) (27.4+7.4 s vs 20.6+5.1 s, p<0.001). From bivariate analysis, there was a correlation between MPT and predicted VO2 max (r=0.588, p<0.001), as well as vocal frequency (r=-0.360, p=0.010). However, after multivariate analysis, predicted VO2 max was the only factor associated with MPT (p=0.004). There is a moderate correlation between predicted VO2 max obtained from 6MWT and MPT in healthy adult population of sedentary non-singers.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Linca Anggria
Abstrak :
ABSTRAK
Tanaman menyerap silicon dari larutan tanah dalam bentuk asam monosilikat, yang juga disebut asam ortosilikat (H4SiO4). Penggunaan bahan organic dan anorganik yang mengandung Si yang cepat tersedia bagi tanaman dapat meningkatkan ketersediaan Si dalam tanah dan penyerapannya oleh tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelepasan Si dari bahan organic dan anorganik dan penyerapannyaoleh tanaman padi. Pelepasan fosfor (P) dari bahan-bahan sumber Si tersebut juga di evaluasi. Bahan anorganik yan diteliti meliputi abu terbang (fly ash), terak baja, silica gel, dan silica gel jepang, sedangkan untuk bahan organic terdiri atas abu sekam padi (RHA), sekam padi bakar (RHB), media jamur (MM), biochar kulit buah kako (cocoa SB), dan kompos jerami padi (RSC). Pengamatan dinamika Si dan P dilakukan secara berkala pada 7,17,24, dan 34 hari setelah tanam (HST), sementra anakan dan tinggi tanaman padi diamati pada 16, 21, dan 36 HST. Hadil penelitian menujukan bahwa konsentrasi Si dalam larutan yang berasal dari bahan organic paling tinggi untuk JSG dan diikuti oleh silikia gel, masing-masing 1, 107 dan 0,806 mmol L-1. Pelepasan Si dari bahan organic tertinggi terdapat pada RHB dan RHA (0,618 dan 0, 539 mmol L-1). Biochar kulit buah kokoa, silica gel, JSG, dan RHB nyata meningkatkan tinggi tanaman padi pada 36 HST. Sumber Si tidak memengaruhi jumlah anakan tanaman. Dari bahan yang digunakan, terak baja dan silica gel Jepang (JSG) nyata memengaruhi serapan Si oleh tanaman padi.
Jakarta: Indonesian Agency for Agricultural Research and Development, 2017
630 IJAS 11:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Juniato
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas penggunaan instruksi berfokus bentuk dan pengaruhnya bagi pembelajar bahasa asing terkait kesalahan berbahasa pembelajar di kelas kemahiran berbicara. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa pembelajar umumnya memproduksi kesalahan tatabahasa, kosakata dan pelafalan. Pengajar memberikan instruksi berfokus bentuk berupa elisitasi langsung, permintaan klarifikasi, koreksi langsung, pengulangan, pengubahan, tanggapan metalinguistik, dan non verbal. Tanggap paling efektif adalah tanggap penggunaan balikan permintaan klarifikasi. Hasil penelitian menyarankan bahwa pengajar perlu memberikan balikan yang tepat agar menghasilkan tanggap yang sukses. Mengingat pentingnya penggunaan balikan untuk mendapatkan tanggap pembelajar dalam interaksi di kelas kemahiran berbicara, lembaga pengajaran diharapkan dapat memberikan pelatihan yang mendalam kepada pengajar tentang pemberian balikan yang efektif.
ABSTRACT
The focus of this study is to observe the use of form-focused instruction and its effects on foreign language learners’ mistakes/errors in speaking class. This is a descriptive research. The findings show that the learners produced mistakes/errors on grammar, vocabulary, and pronunciation and the teacher used form-focused instruction and provided different kinds of feedback (elicitation, clarification request, direct correction, repetition, recasts, metalinguistic, and non-verbal feedback). The most effective uptake is clarification request. The findings of the research suggest that teachers need to choose the right type of feedback to produce successful uptakes. Considering the importance of feedback in interactions in the classroom, teaching institution should conduct workshops on effective form-focused instruction to teachers.
2013
T32969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradiba
Abstrak :
ABSTRAK
Pengembangan ekosistem mangrove sebagai penyerap karbon di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Program Studi Ilmu Kelautan, Program PascasarjanaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Kampus UI, Depok, Jawa Baratfara_diba272@yahoo.com ABSTRAKPenelitian dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2017 di Kawasan Mangrove Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Tujuan penelitian untuk mempelajari struktur vegetasi mangrove, potensi biomassa, stok karbon dan potensi serapan CO2 di ekosistem mangrove. Metode yang digunakan untuk mengetahui struktur komunitas vegetasi mangrove menggunakan transek kuadrat secara purposive sampling dengan total luasan pengamatan 2.000 m2 di Desa Lembar Selatan Stasiun I , 33.000 m2 di Desa Buwun Mas Stasiun II dan 1.400 m2 di Desa Cendi Manik Stasiun III . Biomassa diestimasi dengan persamaan allometrik DBH > 4 cm untuk dikonversikan menjadi nilai cadangan karbon dan serapan CO2. Sebanyak total 10 spesies dari 4 famili mangrove sejati telah diidentifikasi. Nilai kerapatan vegetasi pohon di Stasiun I sebesar 1.085 pohon/Ha dan Stasiun III sebesar 521 pohon/Ha. Kedua stasiun didominasi oleh Rhizophora stylosa, sedangkan di Stasiun II nilai kerapatan sebesar 1.218 pohon/Ha didominasi oleh Rhizophora mucronata. Kandungan biomassa, stok karbon dan serapan CO2 total di Stasiun I sebesar 43.81 ton biomassa/Ha 20.59 ton C/Ha setara 75.56 ton CO2/Ha , Stasiun II sebesar 162.16 ton biomassa/Ha 76.21 ton C/Ha setara 279.71 ton CO2/Ha , dan Stasiun III sebesar 46.34 ton biomassa/Ha 21.78 ton C/Ha setara 79.94 ton CO2/Ha . Sumbangan terbesar stok karbon berasal dari famili Rhizophoraceae.Kata Kunci: allometrik, biomassa, stok karbon, serapan CO2, vegetasi mangrove.
ABSTRACT
Research has been conducted in May October 2017 on the mangrove area in West Lombok District, West Nusa Tenggara. The objectives were to obtain information of vegetation structure and composition, biomass potential, carbon stocks and CO2 uptake. Structure and compotion of mangrove are measured by purposive sampling of quadrant method, with total observation area are 2.000 m2 in Lembar Selatan Village Station I , 33.000 m2 in Buwun Mas Village Station II dan 1.400 m2 in Cendi Manik Village Station III . Biomass is estimated by allometric equations DBH 4 cm to be converted into carbon stocks and CO2 uptake values. The results showed that there are 10 true mangrove species from 4 family were identified. The vegetation in Station I and III dominated by Rhizophora stylosa that has density around 1,085 trees Ha and 521 trees Ha, while in Station III is dominated by Rhizophora mucronata with density around 1,218 trees Ha. The total of biomass content, carbon stock and CO2 uptake in Station I was amount 43.81 ton biomass Ha 20.59 ton C Ha equivalent to 75.56 ton CO2 Ha , Station II was amount 162.16 ton biomass Ha 76.21 ton C Ha equivalent to 279.71 ton CO2 Ha , and Station III was amount 46.34 ton biomass Ha 21.78 ton C Ha equivalent to 79.94 ton CO2 Ha . The largest contribution of carbon stocks comes from Rhizophoraceae Family. Keywords allometric, biomass, carbon stock, CO2 uptake, mangrove vegetation
2017
T49584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saraswati Ramadhani Priyono
Abstrak :
Remdesivir antivirus berspektrum luas digunakan pada pengobatan covid-19. Struktur hidroksipropil-β-siklodekstrin seperti kerucut yang terpotong dapat meningkatkan kelarutan dan ambilan serapan seluler obat yang sukar larut dalam air. Penelitian ini bertujuan memperoleh kompleks inklusi RDV-HPβCD yang stabil baik secara fisika maupun kimia sehingga dapat meningkatkan pengambilan seluler dan tidak toksik terhadap sel Vero. Kompleks inklusi RDV-HPβCD disintesis dengan metode penguapan pelarut, kompleks yang terbentuk dikarakterisasi dengan serangkaian evaluasi. Kemudian dilakukan evaluasi pelepasan obat dan uji stabilitas. Selanjutnya, mikroskop fluoresensi digunakan untuk mengevaluasi serapan seluler dan uji 3-(4,5-dimetitiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromida (MTT) digunakan dalam studi sitotoksisitas. Baik kompleks inklusi maupun remdesivir menunjukkan puncak serapan maksimum pada 246 nm. Kompleks inklusi memiliki ukuran partikel 1609 ± 189,96 nm dengan potensial zeta -20,13 ± 2,08 mV. Spektrum inframerah yang bergeser, puncak XRD yang luas, dan puncak termogram DSC yang luas pada 72,93 °C menunjukkan keberhasilan pembentukan kompleks inklusi RDV-HPβCD. Kompleks inklusi dan remdesivir memperlihatkan nilai %KV yang tidak lebih dari 2% menandakan bahwa sampel tetap stabil selama 24 jam pengamatan. Pengamatan ambilan serapan seluler kompleks inklusi RDV-HPβCD-FITC menunjukkan intensitas yang lebih baik di dalam sel Vero daripada remdesivir-FITC. Lebih lanjut, kompleks Inklusi menunjukkan viabilitas sel yang lebih tinggi daripada remdesivir murni pada konsentrasi tertentu. ......The broad-spectrum antiviral remdesivir is used in the treatment of COVID-19. The truncated cone-like structure of hydroxypropyl-β-cyclodextrin can increase the solubility and cellular uptake of poorly soluble drugs. This study aimed to obtain the RDV-HPβCD inclusion complex which is physically and chemically stable thus it can increase cellular uptake and not toxic to Vero cells. The RDV-HPβCD inclusion complex was synthesized by solvent evaporation method, the inclusion complex was characterized by some evaluations. The dissolution test and stability test were evaluated, fluorescence microscopy was used to locate cellular uptake and the 3-(4,5-dimetitiazole-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT) assay was used in the cytotoxicity study. Both the inclusion complex and remdesivir showed a maximum absorption peak at 246 nm. The inclusion complex had a particle size of 1609 ± 189.96 nm with a zeta potential of -20.13 ± 2.08 mV. The shifting spectrum, broad XRD peak, and broad DSC thermogram peak at 72.93 °C indicated the successful formation of the inclusion complex. The inclusion complex and remdesivir %CV values ​​not more than 2% indicated that the sample remained stable for 24 hours of observation. Cellular uptake of the RDV-HPβCD-FITC inclusion complex showed better intensity in Vero cells than pure remdesivir-FITC. Furthermore, the inclusion complex showed higher cell viability than pure remdesivir at certain concentrations.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
99mTc-siprofloksasin merupakan salah satu radiofarmaka yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi. Kedokteran nuklir rumah sakit juga telah memanfaatkan 99mTc-siprofloksasin untuk mengetahui efektivitas terapi dengan suatu antibiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah mensintesis dan menganalisis 99mTc-siprofloksasin, serta menentukan uptake bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang resisten siprofloksasin. Pembuatan kit kering siprofloksasin dilakukan secara aseptis dengan cara liofilisasi, kemudian ditandai dengan 99mTcO4- sesaat sebelum digunakan. Uji kualitas 99mTc-siprofloksasin dilakukan dengan menentukan persentase kemurnian radiokimia menggunakan metode kromatografi. Fase diam Whatman1 dengan fase gerak etil-metil-keton akan memisahkan pengotor 99mTcO4- , sedangkan fase diam ITLC-SG dengan fase gerak campuran etanol:air:ammonia (2:5:1) akan memisahkan pengotor 99mTcO2. Kemurnian radiokimia yang diperoleh sebesar 85,670,98% (n=4). Escherichia coli wild-type dan Staphylococcus aureus wild-type yang resisten siprofloksasin diperoleh dengan cara diberikan siprofloksasin pada konsentrasi dibawah Kadar Hambat Minimal (KHM) secara berturut-turut selama 4 hari untuk Staphlylococcus aureus wild-type dan 5 hari untuk Escherichia coli wild-type. Bakteri yang telah resisten terhadap siprofloksasin kemudian dilihat uptake-nya terhadap 99mTc-siprofloksasin. Bakteri Staphylococcus aureus wild-type yang telah resisten siprofloksasin memberikan uptake sebesar 42,0910,35% (n=6). Bakteri Escherichia coli wild-type yang telah resisten dengan siprofloksasin memberikan uptake sebesar 32,76  3,80% (n=6).
Universitas Indonesia, 2010
S33103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Rizki Lestari
Abstrak :
Radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin merupakan salah satu radiofarmaka yang dikembangkan oleh BATAN untuk mendiagnosis infeksi dan mengetahui efektivitas terapi infeksi dengan suatu antibiotik. Resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik menjadi suatu masalah bagi penggunaan radiofarmaka ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mensintesis, menganalisis radiofarmaka 99mTcsiprofloksasin, dan menentukan uptake bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus wild-type yang telah dibuat resisten terhadap kotrimoksazol. Bakteri dibuat resisten dengan memberikan antibiotik kotrimoksazol dibawah kadar hambat minimumnya selama berturut-turut lima hari untuk Escherichia coli dan empat hari untuk Staphylococcus aureus yang selanjutnya ditentukan uptake terhadap 99mTc-siprofloksasin. Radiofarmaka siprofloksasin dibuat dalam bentuk kit-kering secara aseptis dengan proses liofilisasi. Preparasi radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin dilakukan dengan penambahan radionuklida 99mTc, aktivitas 2-13 mCi ke dalam kit-kering siprofloksasin sesaat sebelum digunakan. Kontrol kualitas radiofarmaka dilakukan dengan menentukan pH, sterilitas, dan kemurnian radiokimia dengan metode kromatografi. Fase diam ITLC-SG dengan fase gerak larutan etanol, aquabidest, ammonia (2: 5: 1) memisahkan pengotor 99mTcO4 - sedangkan fase diam Whatman 1 dengan fase gerak Etil Metil Keton memisahkan pengotor 99mTcO2. Kemurnian radiokimia 99mTc-siprofloksasin yang didapat sebesar 87,45 ± 3,88% (n= 3). Bakteri Staphylococcus aureus yang resisten kotrimoksazol memberikan uptake sebesar 41,94 ± 7,17% (n= 6) dan bakteri Escherichia coli yang resisten kotrimoksazol memberikan uptake sebesar 37,12 ± 6,54% (n= 6).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33144
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Neny Fidayanti
Abstrak :
This research was made not only to find out scope of green area and total of carbon dioxide?s emission in Palangka Raya which can be absorbed by vegetation but also to find out suitability of land use of green area of Palangka Raya with necessity of green open space in Palangka Raya. The research was a description about environment condition in Palangka Raya which related to total of carbon dioxide?s emission and scope of vegetated land. The result of the research based on analysis of land cover and carbon dioxide absorption showed that scope of vegetated land in Palangka Raya was 219.498.7 hectares and it was still able to absorb all carbon dioxide?s emission amount to 387.366,248 tons which came from energy consumption and respiration of Palangka Raya?s inhabitants. Based on the extent of its region, urban area of Palangka Raya needed green open space (RTH) with wide to 14.096,1 hectares, based on the number of inhabitants was needed 581,84 hectares RTH which consisted of city park, city forest, median, river border and cemetery, based on equality of water use was needed 323,75 hectares RTH and based on carbon dioxide?s emission was needed 3.331,38 ha RTH. Based on suitability plan of land use of green area in urban area of Palangka Raya, there was lack of green open space. Sub district Pahandut lack of RTH based on extent of its district (-3.513,23 hectares), number of inhabitants (-244,85 hectares), need of water (-142,45 hectares) and carbon dioxide?s emission (-2.368,88 hectares) while sub district Jekan Raya lack of RTH based on extent of its district (-9.071,96 hectares) and carbon dioxide?s emission (-5.660,93 hectares).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas kawasan hijau dan jumlah emisi karbondioksida yang mampu diserap oleh vegetasi serta untuk mengetahui kesesuaian tata ruang kawasan hijau Kota Palangka Raya dengan kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Palangka Raya. Penelitian berupa deskripsi tentang keadaan lingkungan di Kota Palangka Raya yang berkaitan dengan jumlah emisi karbondioksida dan luas lahan bervegetasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis tutupan lahan dan serapan karbondioksida, diketahui luas lahan bervegetasi di Kota Palangka Raya adalah 219.498,7 ha dan masih mampu menyerap seluruh emisi karbondioksida sejumlah 387.366,248 ton yang berasal dari konsumsi energi dan respirasi penduduk Kota Palangka Raya. Berdasarkan luas wilayah, kawasan perkotaan Kota Palangka Raya memerlukan RTH seluas 14.096,1 ha, berdasarkan jumlah penduduk diperlukan 581,84 ha RTH yang berupa taman kota, hutan kota, jalur hijau jalan, sempadan sungai dan pemakaman, berdasarkan kesetaraan penggunaan air diperlukan 323,75 ha RTH dan berdasarkan emisi karbondioksida diperlukan 3.331,38 ha RTH. Berdasarkan kesesuaian rencana tata ruang hijau kawasan perkotaan Kota Palangka Raya, diperoleh adanya kekurangan RTH. Kecamatan Pahandut kekurangan RTH berdasarkan luas wilayah (-3.513,23 ha), jumlah penduduk (-244,85 ha), kebutuhan air (-142,45 ha) dan emisi karbondioksida (-2.368,88 ha), sedangkan Kecamatan Jekan Raya kekurangan RTH berdasarkan luas wilayah (-8.936,96 ha) dan emisi karbondioksida (-2.849,04 ha).
Universitas Palangkaraya, 2016
502 JMSTUT 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Juhans
Abstrak :
ABSTRAK
Kabupaten Karawang dilewati oleh Jalan Nasional Rute 1 atau yang dikenal dengan nama Jalur Pantai Utara (Pantura). Jalan nasional ini menghubungkan kota besar seperti DKI Jakarta dan kota-kota besar di Jawa Barat yaitu, Cirebon dan Bandung dengan Kabupaten Karawang. Hal ini menjadikan jalan nasional di Kabupaten Karawang memiliki volume lalu lintas yang tinggi. Dinamika arus kendaraan pada jalan nasional berbanding lurus dengan jumlah karbon yang terdapat pada jalan tersebut. Untuk itu penelitian stok karbon penting untuk mengetahui sejauh mana kontribusi jalur hijau jalan yang berada di sepanjang jalan nasional ini dalam menyerap gas rumah kaca khususnya CO2. Metode indeks vegetasi digunakan sebagai metode yang efisien untuk mengestimasi nilai stok karbon. Indeks vegetasi yang memiliki nilai korelasi paling tinggi dengan sampel di lapangan adalah EVI, sehingga EVI merupakan indeks vegetasi yang cocok untuk digunakan pada penelitian ini. Hasilnya estimasi nilai stok karbon jalur hijau jalan nasional Kabupaten Karawang sebesar 9.046 ton/ha dan daya serap karbonnya mencapai 33.170 ton/ha. Sementara total rata-rata emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan yang melewati jalan nasional tersebut mencapai nilai 65.868 ton per harinya. Sebagian besar segmen jalan nasional di Kabupaten Karawang mampu menyerap dengan baik emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan yang melewati jalan tersebut.
ABSTRACT
Karawang regency passed by the National Road or Route 1, known as the North Shore Line (coast). This national road connects major cities such as Jakarta and major cities in West Java, namely, Cirebon and Bandung with the Karawang regency. This makes the national road in the Karawang regency has a high traffic volume. The dynamics of the flow of vehicles on national roads is directly proportional to the amount of carbon contained in the road. For the study of carbon stocks is important to know the extent of the contribution of the green belt road that is along the national road is to absorb greenhouse gases, especially CO2. Vegetation index method is used as an efficient method to estimate the carbon stock. Vegetation index that has the highest correlation with the value of the samples in the field is EVI, so the vegetation index EVI is suitable for use in this study. The result is the estimated value of stock-carbon green belt national road Karawang regency of 9.046 tonnes / ha and absorption of carbon reaching 33.170 tonnes / ha. While the average total carbon emissions produced by vehicles passing through the national road reaches the value of 65.868 tons per day. Most of the national road segments in the Karawang regency are able to absorb the carbon emissions produced by vehicles passing through the road.
2016
S64128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>