Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tol-Verkuyi, Eva. M
Amsterdam: Uitgeverij Coutinho, 2005
BLD 439.315 TOL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Anggraeni
"Penolakan merupakan sebuah respon atau reaksi negatif yang diberikan untuk menjawab sebuah permintaan, ajakan, maupun tawaran. Dalam melakukan sebuah tuturan penolakan, penutur biasanya menggunakan strategi tertentu untuk menyampaikan maksud penolakan kepada mitra bicara daripada hanya sekedar mengatakan kata "Tidak". Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga hubungan baik dengan mitra bicara. Strategi penolakan dapat direalisasikan secara berbeda pada bahasa dan budaya yang berbeda. Perbedaan tersebut misalnya pada urutan penggunaan strategi penolakan di dalam sebuah tuturan penolakan yang pada budaya tertentu dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan mitra bicara.
Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menganalisis bagaimanakah urutan strategi yang dipakai oleh penutur asli bahasa Indonesia, penutur asli bahasa Jepang, dan pemelajar bahasa Jepang pada penolakan terhadap situasi ajakan yang dibedakan atas status usia dan keakraban dengan mitra bicara. Apakah urutan strategi yang dipakai pemelajar bahasa Jepang telah serupa dengan penutur asli bahasa tersebut. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui apakah terdapat transfer pragmatik pada tuturan penolakan pemelajar bahasa Jepang akibat pengaruh dari pemakaian strategi yang berlaku pada bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama pemelajar.
Hasil yang didapatkan adalah penutur asli bahasa Indonesia dan penutur asli bahasa Jepang pada penelitian ini mempunyai urutan strategi yang serupa dalam melakukan penolakan hampir di semua situasi yang disajikan. Urutan strategi yang dipakai oleh pemelajar bahasa Jepang ternyata saling menyerupai antara penutur asli bahasa Jepang dan penutur asli bahasa Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa terdapat transfer pragmatik posistif karena terdapatnya kesamaan urutan strategi tersebut.

Refusal is a negative reaction or response given to answer a request, invitation, or an offer. In making a refusal, the speaker usually use a certain strategy to his/her hearer than saying "No" directly. This is usually done to keep a good relationship between the speaker and the hearer. Refusal strategy could be accomplished differently in various language and culture such as the order of the refusal strategy. This is influenced by certain factors in relation with the hearer.
Therefore, this study analyze how the order of refusal strategy used by Indonesian native speaker, Japanese native speaker, and Japanese language students in making a refusal based on the situation of invitation categorized by age and familiarity with the hearer. This study learns whether the Japanese language students used the order of refusal strategy similar with Japanese native speaker. From this comparison, it could be discerned if there are any pragmatic transfer in the refusal by the Japanese language students because of the influence from Indonesian language as the native language of the students.
It can be concluded from this study that the Indonesian native speaker and Japanese native speaker used similar order of refusal strategy in almost all of the situation presented. The refusal strategy used by Japanese language students are also similar with Indonesian and Japanese native speaker. Therefore, the pragmatic transfer is positive because of the similarity of refusal strategies. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13508
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dahsiar Anwar
"Budhisme mempunyai prinsip samsara yang berarti menjalani kehidupan dengan mengontrol harapan dan keinginan
dengan tujuan dapat mencapai satori. Dalam tradisi pemikiran orang Jepang yang natural, pragmatik dan realistis, telah
diaplikasikan dan direkonstruksi dari bonno o tatsu (untuk mengontrol harapan dan keinginan) menjadi bonno o ikasu
(membangunkan/ menggerakkan harapan dan keinginan).
Buddhism has samsara principle, which means to undergo the life by restraining the hope and desire with the purpose
of achieving satori. However, in the Japanese thought tradition, which is natural, pragmatic and realistic, it has been
applied and reconstructed from bonno o tatsu (to control the hope and desire) to be bonno o ikasu (to arouse the hope
and desire)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Miller, Ronald B., 1948-
"In this warm and deeply personal text, author Ronald B. Miller offers students a different approach to conceptualizing and treating mental illness. Miller critically examines reigning orthodoxies, such as our tendency to pathologize psychological difficulties and to downplay or ignore subjective experiences of human suffering. He reviews theoretical bases, methods of diagnosis and assessment, and treatments that have long produced successful outcomes, yet have too often been denigrated or ignored by proponents of the dominant approaches to mental health care. This text offers a pragmatic and compassionate approach that can revolutionize readers' understanding of abnormal psychology."
Washington, DC: American Psychological Association, 2015
616.89 MIL n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Iriyanti
"Sebuah upacara pernikahan membutuhkan surat undangan. Di Indonesia, ada surat undangan pernikahan bilingual yang ditulis menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin. Dalam sebuah undangan memuat informasi nama kedua pasang mempelai, tanggal dan tempat berlangsungnya suatu acara pernikahan.
Jurnal ini berfokus pada analisis format dan tata letak isi surat undangan, serta dilihat dari makna pragmatiknya. Penulis menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis data. Penulisan jurnal ini bertujuan untuk memaparkan perbedaan tata letak dan makna pragmatik dalam surat undangan pernikahan berbahasa Indonesia dan Mandarin.

A wedding ceremony needs wedding invitation letter. In Indonesia, there are wedding invitation letter that written using bahasa Indonesia and Mandarin language. In an invitation letter contains the information of the bride and groom, date also the place where the wedding ceremony will be held.
This journal will be focusing on format analysis and the layout of the invitation letter, and also seen from its pragmatic meaning. The writer will be using qualitative method for analyzing the data. The aim of this journal is to explaining the differences between the layout and pragmatic meanings in wedding invitation letter in bahasa Indonesia and Mandarin language."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rahyono, 1956-
""Reformasi Total", demikianlah sebuah slogan yang dihadirkan dalam wacana publik pada masa pascaorde baru. Kecaman, keluhan, atau kemarahan itu pun hadir di berbagai media wacana, baik dalam dialog formal maupun informal. Pada masa pascaorde baru, memori yang ada pada masyarakat adalah memori tentang peristiwa-peristiwa yang tidak terkendali. Memori itu kemudian terrepresentasikan dalam wacana yang berbunyi "Reformasi yang kebablasan". Sebuah kata, frasa, serta kalimat pada dasarnya berpotensi menampilkan makna referensial maupun kontekstual. Secara pragmatis, sebuah kata, frasa, atau kalimat memiliki kemungkinan untuk menyatakan maksud kearifan atau maksud ketidakarifan. Ketidakarifan - yang dimaksudkan dalam penelitian ini - merupakan tindakan pelanggaran terhadap etika dan etiket yang berlaku di masyarakat. Bagaimana mewacanakan gerakan reformasi secara arif? Perlukah memanfaatkan kosakata ketidakarifan secara produktif dalam wacana publik? Siapakah yang bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan kearifan masyarakat? Kearifan dalam bahasa tidak berkaitan dengan tindakan manipulatif dalam penyampaian informasi. Kearifan dalam bahasa berkaitan dengan strategi pemilihan satuan-satuan bahasa. Kearifan adalah tanggung jawab bersama. Bahasa yang arif tidak akan hadir secara menyeluruh jika pihak-pihak terkait dan segala peristiwa yang dihasilkannya tidak menuju ke kearifan. Kearifan tidak memperdebatkan tuntutan hak dan kebebasan berwacana.

The Wisdom of Language A Pragmatic Study on the Profile of the Post-New Order Era Mass Media Language. "Total Reformasi!" is the slogan circulated in the public discourse of the post-New Order era. All kinds of condemnation, grievances, and anger have been raised in various discourses, from formal to informal dialogues. In such an era, people?s collective memory is mostly associated with uncontrollable events, and it is eventually represented in the discourse of "the overdosed Reformasi" (Reformasi yang kebablasan). A word, phrase, and sentence basically have the potential of expressing both referential and contextual meanings. From a pragmatic point of view, a word, phrase, or sentence has a capacity to express either wise or unwise intentions. "Unwise intention" in the context of this research is defined as an act of transgressing or violating the ethics and etiquettes of a society. How can the discourse of Reformasi be constructed wisely? Is it necessary to appropriate unwise vocabulary in public discourses? Who holds the responsibility for fostering public wisdom? The wisdom of language has nothing to do whatsoever with manipulative acts in information dissemination. The wisdom of language relates to strategies of choosing certain linguistic features. Wisdom is a collective responsibility. A wise language would not be able to fully exist unless all of the related parties and resulting events make a concerted effort towards wisdom. Wisdom does not involve itself in the tug of war between the right and freedom of participating in discursive formations."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"In paramagmatic research one of the data collection instrument whichreleability is being questioned about its realibility is the Discourse Completion Test (DCT)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rahyono, 1956-
""Reformasi Total", demikianlah sebuah slogan yang dihadirkan dalam wacana publik pada masa pascaorde baru. Kecaman, keluhan, atau kemarahan itu pun hadir di berbagai media wacana, baik dalam dialog formal maupun informal. Pada masa pascaorde baru, memori yang ada pada masyarakat adalah memori tentang peristiwa-peristiwa yang tidak terkendali. Memori itu kemudian terrepresentasikan dalam wacana yang berbunyi "Reformasi yang
kebablasan". Sebuah kata, frasa, serta kalimat pada dasarnya berpotensi menampilkan makna referensial maupun kontekstual. Secara pragmatis, sebuah kata, frasa, atau kalimat memiliki kemungkinan untuk menyatakan maksud kearifan atau maksud ketidakarifan. Ketidakarifan ? yang dimaksudkan dalam penelitian ini - merupakan tindakan pelanggaran terhadap etika dan etiket yang berlaku di masyarakat. Bagaimana mewacanakan gerakan reformasi secara arif? Perlukah memanfaatkan kosakata ketidakarifan secara produktif dalam wacana publik? Siapakah yang bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan kearifan masyarakat? Kearifan dalam bahasa tidak berkaitan dengan tindakan manipulatif dalam penyampaian informasi. Kearifan dalam bahasa berkaitan dengan strategi pemilihan satuansatuan bahasa. Kearifan adalah tanggung jawab bersama. Bahasa yang arif tidak akan hadir secara menyeluruh jika pihak-pihak terkait dan segala peristiwa yang dihasilkannya tidak menuju ke kearifan. Kearifan tidak memperdebatkan tuntutan hak dan kebebasan berwacana.

The Wisdom of Language A Pragmatic Study on the Profile of the Post-New Order Era Mass Media Language. "Total Reformasi" is the slogan circulated in the public discourse of the post-New Order era. All kinds of condemnation, grievances, and anger have been raised in various discourses, from formal to informal dialogues. In such an era, people?s collective memory is mostly associated with uncontrollable events, and it is eventually represented in the discourse of ?the overdosed Reformasi? (Reformasi yang kebablasan). A word, phrase, and sentence basically have the potential of expressing both referential and contextual meanings. From a pragmatic point of view, a word, phrase, or sentence has a capacity to express either wise or unwise intentions. "Unwise intention" in the context of this research is defined as an act of transgressing or violating the ethics and etiquettes of a society. How can the discourse of Reformasi be constructed wisely? Is it necessary to appropriate unwise vocabulary in public discourses? Who holds the responsibility for fostering public wisdom? The wisdom of language has nothing to do whatsoever with manipulative acts in information dissemination. The wisdom of language relates to strategies of choosing certain linguistic features. Wisdom is a collective responsibility. A wise language would not be able to fully exist unless all of the related parties and resulting events make a concerted effort towards wisdom. Wisdom does not involve itself in the tug of war between the right and freedom of participating in discursive formations."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Febrianantya
"ABSTRAK
Dampak Penggunaan Strategi Penerjemahan pada Kesepadanan Pragmatis dalam Subtitle Film Jumanji.Tesis ini membahas dampak penggunaan strategi penerjemahan pada subtitle dalam film Jumanji. Dampak itu dilihat melalui kesepadanan pragmatis antara subtitle dan situasi adegan film. Penelitian ini berancangan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah replik dialog, subtitle, dan gambar situasi adegan film Jumanji yang mengandung tindak tutur direktif perintah dan larangan. Langkah awal penelitian ini adalah penjabaran situasi adegan dari replik dialog dan subtitle yang mengandung tindak tutur direktif perintah dan larangan. Langkah berikutnya adalah menganalisis strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan replik dialog pada subtitle. Kemudian, menganalisis fungsi tuturan penutur dan tanggapan mitra tutur dalam peristiwa tutur yang terjadi dalam situasi adegan untuk menjabarkan tindak tutur direktif perintah dan larangan. Langkah terakhir adalah menganalisis koherensi antara subtitle dan situasi adegan dari data terpilih. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sepuluh data dinyatakan tidak berhasil, lima data dinyatakan kurang berhasil, dan tujuh data dinyatakan sudah berhasil mencapai kesepadanan pragmatis. Dengan begitu, penelitian ini menunjukkan bahwa kesepadanan pragmatis merupakan tujuan dari penerjemahan dalam film. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan strategi penerjemahan merupakan faktor penting dalam mencapai kesepadanan pragmatis dalam film.

ABSTRACT
The impact can be seen through pragmatic equivalence between subtitle and ongoing situation scene. This research is a qualitative research that uses descriptive analysis method. The source of this research is taken from replica dialog, subtitle, and ongoing situation picture that are containing directive speech acts of command and prohibition. First step to do in this research is describing ongoing situation when speaker and co speaker are doing conversation. Then researcher analyzes translation strategy that translator used to translate the directive speech acts into subtitle. Then researcher also analyzes speaker rsquo s speech and co speaker rsquo s reaction to the directive speech to describe the speech acts function in ongoing situation scene. For the last step, researcher analyzes coherency between subtitle and ongoing situation scene. By this research, researcher finds that ten data are declared unsuccessful, five data are expressed less successful, and seven data are successful to achieve pragmatic equivalence. So that, this research shows that the pragmatic equivalence can impact the quality of subtitle. Besides, researcher also finds that the aim of making subtitle in film translation is to be accurate and natural to the ongoing situation scene. "
2015
T46600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Syamsi Alifia
"Teori relevansi membahas mengenai komunikasi dan kognisi manusia dalam berbahasa. Teori yang dikembangkan oleh Sperber dan Wilson ini mengutamakan dua hal berkenaan dengan relevansi dalam tuturan yaitu dampak kontekstual dan pemrosesan usaha. Dalam penelitian ini, teori relevansi digunakan sebagai ancangan teori dalam melihat suatu relevansi  humor dalam ceramah dan teori humor yang dikemukakan oleh Berger dan Manser. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan mekanisme pemerolehan efek humor yang dihasilkan dalam tuturan humor dalam ceramah dan menguraikan relevansi dalam tuturan humor ceramah dengan nilai keagamaan. Penelitian ini menggunakan objek berupa dua buah video ceramah K.H. Zainuddin MZ yang berjudul Peran Suami terhadap Istri dan Akhlak Kepada Allah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan merujuk pada sumber data berupa data tuturan langsung. Temuan dalam penelitian ini adalah didapati bahwa ada beberapa proses yang diperlukan agar efek humor dalam tuturan ceramah. Selain itu, ceramah K.H.Zainuddin MZ memiliki derajat relevansi yang kuat karena adanya penemuan kata yang memicu tawa audiens lebih banyak daripada frasa, klausa, dan kalimat. Kata-kata yang memicu tawa diklasifikasikan menjafi kata-kata umum, kosakata Betawi, dan kata-kata metaforis. Dalam kedua video ceramah tersebut ditemukan adanya generalisasi pesan secara tersirat disampaikan melalui pengamalan ayat-ayat Al-Quran.

The relevance theory discusses communication and human cognition in language. The theory developed by Sperber and Wilson prioritizes two things relating to relevance in speech, namely contextual impact and business processing. In this study, the theory of relevance was used as a theoretical approach in looking at the relevance of humor in the lecture and humor theory proposed by Berger and Manser. This study aims to describe the mechanism of the acquisition of humorous effects produced in humorous speeches in lectures and outlines the relevance of humorous speech lectures with religious values. This research uses objects in the form of two K.H video lectures. Zainuddin MZ entitled The Role of Husbands Against Wives and Morals to God. This study uses qualitative methods by referring to the source of data in the form of direct speech data. The findings in this study were found that there are several processes needed for the effect of humor in lecture speech. In addition, K.H.Zainuddin MZs lecture has a strong degree of relevance because of the discovery of words that trigger audience laughter more than phrases, clauses, and sentences. Words that trigger laughter are classified into common words, Betawi vocabulary, and metaphorical words. In the two lecture videos, it was found that the generalization of the message implicitly was conveyed through the practice of the verses of the Quran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T55253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>