Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lutfiah
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini banyak ditemukan permasalahan yang berkaitan
dengan perilaku menyimpang di tempat keija. Hal ini ditandai dengan
semakin meningkatnya kasus-kasus korupsi, pencurian di tempat kerja,
penyalahgunaan fasilitas yang diberikan perusahaan, dsb. Untuk itu,
penelitian ini akan mengangkat masalah tentang tendensi (kecenderungan)
seseorang untuk berperilaku tidak etis di tempat keija. Perilaku tidak etis
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku menyimpang yang
ditampilkan seorang karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan
tempat mereka bekerja. Dari sekian banyak faktor pendorong perilaku tidak
etis, faktor kepribadian merupakan salah satunya (Sackett & De Vore,
dalam Anderson, 2001) penyebabnya. Menurut Tang (2002), kepuasan
terhadap gaji akan mendorong seseorang untuk berperilaku tidak etis.
Selain itu, Tang (2002) menyatakan bahwa berdasarkan teori discrepancy,
orang yang memiliki nilai matrialisme tinggi akan memiliki tingkat
kepuasan yang rendah terhadap gaji. Dengan tingkat kepuasan yang rendah
dan penempatan yang tinggi terhadap harta benda yang diperolehnya, maka
akan mendorong/ mengarahkan seorang materialist untuk berperilaku tidak
etis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan
seberapa besar pengaruh nilai materialisme dan kepuasan gaji terhadap
tendensi perilaku tidak etis pada karyawan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sampel
penelitian sebanyak 153 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur Money Ethics Scale (Tang, 2001), dan Possession Satisfaction Scale (Scott
& Lundstrom, 1990).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai materialisme dan kepuasan
gaji berpengaruh signifikan terhadap tendensi perilaku tidak etis. Namun
demikian, sumbangan pengaruh nilai materialisme dan kepuasan gaji
terhadap tendensi perilaku tidak etis, dapat dikatakan kecil. Oleh karena itu,
peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat lebih memperluas
pemilihan variabel-variabel yang berpotensi dan lebih representatif dalam
mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk berperilaku tidak etis."
2004
S3359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes David
"ABSTRACT
Perilaku tidak etis umum terjadi di berbagai situasi dan bisa menimbulkan
kerugian secara material dan hilangnya kepercayaan masyarakat. Untuk
mengontrol perilaku tidak etis biasanya digunakan risiko tertangkap secara
eksplisit. Penelitian ini dilakukan selain untuk melihat efek kehadiran risiko
eksplisit tertangkap terhadap perilaku tidak etis (Gamliel & Peers, 2013)
tetapi juga memasukkan variabel kategorisasi pada pemeliharaan diri positif
sebagai moderator (Mazar, Amir, Ariely, 2008a; 2008b). Partisipan adalah
anak SMA di Jakarta sejumlah 130 orang. Desain penelitian ini adalah 2x2
ANOVA between group post test only. Hasilnya risiko eksplisit tertangkap
tidak memberi efek pada perilaku tidak etis (p = 0.104). Kategorisasi pada
pemeliharaan konsep diri positif memberikan efek secara signifikan pada
perilaku tidak etis (p = 0.001). Kemudian, tidak ada efek interaksi antara
risiko eksplisit tertangkap dengan kategorisasi terhadap perilaku tidak etis
(p = 0.063).

ABSTRACT
Unethical behavior happens in every situation on our daily life and might
creates monetary loss and lost of goodwill. Explicit risk of getting caught is
usually applied to control unethical behavior. This research was conducted not
only to understand the effect of risk of getting caught toward unethical behavior
(Gamliel & Peers, 2013) but also to understand categorization on maintenance
of positive self-concept effect (Mazar, Amir, Ariely, 2008a; 2008b) as a
moderator between this interaction. There was 130 highschool students in
Jakarta as our participants. The results shows that risk of getting caught doesn?t
affect unethical behavior (p = 0.104). Categorization on maintenance of positive
self-concept is affecting unethical behavior significantly (p = 0.001). Yet there
are no interaction effect of risk of getting caught and categorization toward
unethical behavior (p = 0.063).
"
2016
S62763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naazhiroh
"Moral reminder Sepuluh Perintah Tuhan telah diuji dapat mengurangi perilaku tidak etis secara signifikan walaupun individu mendapat godaan untuk berperilaku tidak etis. Godaan tersebut tidak akan berpengaruh apabila individu memiliki perhatian penuh terhadap standar moralnya dan internal reward mechanism yang berfungsi dengan baik melalui pemberian moral reminder. Pada penelitian ini, penulis hendak menguji kembali pengaruh moral reminder Sepuluh Perintah Tuhan terhadap perilaku tidak etis pada siswa kelas 3 SMA yang beragama Nasrani.
Hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan bahwa partisipan yang diberikan moral reminder melalui tugas menulis Sepuluh Perintah Tuhan memiliki rata-rata ketidakjujuran lebih tinggi M = 0,24; SD = 0,60 dibandingkan partisipan yang tidak diberikan moral reminder dengan tugas menulis sepuluh judul film M = 0,05; SD = 0,28. Perbedaan mean tidak signifikan, t 58,64 = 1,98 ; p > 0,05. Akibatnya, siswa tetap berperilaku tidak jujur saat melaporkan skor jawaban pada eksperimenter meskipun diberikan moral reminder Sepuluh Perintah Tuhan. Hal itu terjadi karena moral reminder hanya meningkatkan atensi partisipan terhadap standar moralnya, tetapi internal reward mechanism tidak berfungsi dengan baik.

Moral reminder the Ten Commandments been tested could reduce unethical behavior significantly although individual received the temptation to behave unethical. The temptation would not affect if individual having full attention towards moral standard and internal reward mechanism functioning well through the provision of moral reminder. In this research, the writer is about to examine more the moral reminder 'Ten Commandments' on the students of 3rd grade of high school whose religion is Christian.
The result of the independent sample t test has shown that the participants who were given moral reminder by having 'Ten Commandments' task have the higher level of dishonesty M 0,24 SD 0,60 compared with those who were not with the task writing 10 names of movies M 0,05 SD 0,28 . The difference of mean was not significant is t 58,64 1,98 p 0,05. As the consequence, students are still being dishonest during reporting their results to the experimentalist even though they were given moral reminder. This is because moral reminder just increased participant attention towards moral standard, but internal reward mechanism did not function properly.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andhika Putra
"Gino, Schweitzer, Mead, dan Ariely (2011) menemukan bahwa kegagalan dalam melakukan regulasi diri menyebabkan peningkatan kemunculan perilaku tidak etis. Kegagalan dalam melakukan regulasi diri disebabkan oleh ego depletion, merujuk pada kondisi manusia yang “kehabisan tenaga” untuk bisa melakukan regulasi diri. Hanya saja, beberapa faktor telah ditemukan bisa “menyembuhkan” ego depletion. Salah satu faktor tersebut adalah uang (Boucher & Kofos, 2012). Dengan demikian, uang mungkin bisa membuat manusia menghindari perilaku tidak etis dengan memperbaiki performa regulasi diri mereka. Di sisi lain, Kouchaki, Smith-Crowe, Brief, dan Sousa (2013) justru menemukan bahwa aktivasi konsep uang membuat individu melakukan perilaku tidak etis. Kouchaki dkk. (2013) mendasarkan temuan mereka pada temuan Vohs, Mead, dan Goode (2006) bahwa uang membuat seseorang tidak ingin terlibat dalam interaksi sosial.
Dalam penelitian ini, penulis menduga bahwa aktivasi konsep uang akan membuat partisipan yang mengalami ego depletion menghindari perilaku tidak etis. Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam persentase kemunculan perilaku tidak etis pada partisipan yang mengalami aktivasi konsep uang dan konsep netral, χ2 (1, N = 40) = 1.90, p > .05. Penulis menyarankan penelitian selanjutnya untuk menggunakan manipulation check yang lebih banyak serta menggunakan desain faktorial 2 x 2.

Recent research by Gino, Schweitzer, Mead, and Ariely (2011) found that the failure of self-regulation exertion leads to an increased number of cheating behavior. Psychologists attribute the failure to ego depletion. However, this condition is apparently “curable” by some factors. One of those factors is money (Boucher & Kofos, 2012). Thus, money may make people act more morally, by bettering their self-regulation performance. On the other hand, Kouchaki, Smith- Crowe, Brief, and Sousa (2013) found evidences on the same money concept activation to unethical conduct, basing their logic on Vohs, Mead, and Goode’s (2006) finding in which money prime makes people less likely to be involved in a social interaction.
In this study, I hypothesized that money concept activation will make depleted participant less likely to do unethical behavior. The result shows that there are no significant difference in the percentage of unethical behavior emergence between college students in money-primed and neutral-primed group, χ2 (1, N = 40) = 1.90, p > .05. I suggested future research to utilize better manipulation checks and a 2 x 2 factorial design.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Khairina
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari identitas diri dan self-serving altruism ketika adanya orang lain yang diuntungkan terhadap intensitas perilaku tidak etis. Partisipan berjumlah 200 orang (usia= min. 18 thn, laki-laki= 58 orang), dan secara random dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan aktivasi identitas diri (priming vs. non priming)dan menipulasi pembayaran (individual dan dyad). Selfserving altruism diukur menggunakan skala likert 7-poin sebanyak 10 pernyataan. Sedangkan intensitas perilaku tidak etis diukur menggunakan jumlah klaim jawaban yang ditulias partisipan. Hasil analisi dengan multiple regression (regresi berganda dengan moderator) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan baik antara identitas diri terhadap penurunan intensitas perilaku tidak etis, antara selfserving altruism terhadap peningkatan intensitas perilaku tidak etis, maupun antara adanya kehadiran orang lain yang diuntungkan terhadap peningkatan intensitas perilaku tidak etis. Namun hasil penelitian ini juga menujukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan ketika aktivasi identitas diri diinteraksikan dengan hadirnya orang lain yang diuntungkan terhadap intensitas perilaku tidak etis. Hasil ini menunjukkan bahwa walau menerima aktivasi identitas diri (priming), yang disertai dengan adanya orang lain yang diuntungkan dari perilaku tidak etis yang dilakukan seseorang, dapat meningkatkan intensitas perilaku tidak etis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivasi identitas diri, self-serving altruism dan Orang yang Diuntungkan secara simultan (secara bersamaan) tidak mempengaruhi intensitas perilaku tidak etis.

This study aimed to look at the influence of self-identity and self-serving altruism when there are others who benefited on the intensity of unethical behavior. Participants were 200 people (age=min. 18 years old, men = 58 people), and randomly divided into 4 groups based on activation of identity (priming vs. non priming) and manipulating payments (individual and dyad). Priming in question was priming identity with nouns (e.g., do not be a cheater). Self-serving altruism was measured using a 7-point Likert scale of 10 statements. As for the dependent variable in this study, the intensity of unethical behavior, will be measured using the number of claims written by participants. The results of the analysis with multiple regression (multiple regression with moderator) showed that there was an insignificant relationship between self-identity to decrease the intensity of unethical behavior,
between self-serving altruism to increase the intensity of unethical behavior, and between the presence of other people who benefited to increase the intensity of unethical behavior. But the results of this study also show that there is a significant relationship when the activation of self-identity is interacted with the presence of other people who benefit from the intensity of unethical behavior. These results indicate that while accepting activation of self-identity (priming), accompanied by
the presence of other people who benefit from unethical behavior by a person, can increase the intensity of unethical behavior. So it can be concluded that the activation of self-identity, self-serving altruism and beneficiaries simultaneously does not affect the intensity of unethical behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library