Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Primadani Kaurow
"Sinus maksilaris merupakan struktur kraniofasial yang dapat digunakan untuk perkiraan jenis kelamin berdasarkan pengukuran morfometriknya dari gambaran CT-scan. Pada penelitian-penelitian sebelumnya didapakan ukuran morfometrik berbeda-beda pada setiap populasi, karena dipengaruhi oleh faktor ras. Tujuan penelitian ini adalah mencari nilai diagnostik dari ukuran morfometrik panjang, lebar, tinggi dan volume sinus maksilaris terhadap perkiraan jenis kelamin berdasarkan gambaran CT-Scan Maksilofasial pada suatu populasi dewasa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang terhadap 420 sinus maksilaris yang didapatkan dari hasil randomisasi data CT-Scan Maksilofasial pada populasi usia 20-50 tahun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Analisis bivariat menggunakan uji t tidak berpasangan dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian ini didapatkan nilai rerata masing-masing laki-laki dan perempuan sebesar 3,90 ± 0,3 cm dan 3.74 ± 0,3 cm pada panjang; 3.42 ± 0,6 cm dan 3.32 ± 0.5 cm pada lebar; 4.29 ± 0,6 cm dan 3.78 ± 0,4 pada tinggi; dan 7.02 ± 1.8 cc dan 6.52 ± 1.3 cc pada volume. Berdasarkan ukuran panjang, lebar, dan tinggi, didapatkan rumus y = -10,760 + 1,319*(P) – 1,647*(L) + 2,796*(T); dengan nilai cut-off sebesar 0,0606 poin, yang memberikan nilai akurasi 79,2%. Berdasarkan ukuran volume didapatkan rumus y = -1,444 + 0,213*(Volume); dengan nilai cut-off sebesar 0,2845 poin, yang memberikan nilai akurasi 58,3%. Dari penelitian ini didapatkan pengukuran morfometrik panjang, lebar, tinggi, dan volume sinus maksilaris dari gambaran CT-Scan maksilofasial dapat digunakan untuk perkiraan jenis kelamin.

Maxillary sinus is one of maxillofacial structure which can be used in sex estimation based on its morphometric measurement from CT image. Based on the previous studies, the morphometric of maxillary sinus were different in each population, because it was influenced by race. The aim of this study is to find diagnostic value from the morphometric of length, width, height and volume of maxillary sinus from maxillofacial CT image in Indonesian adult population to estimate sex. This study uses a cross-sectional design of 420 maxillary sinus obtained from randomized CT images data in population aged 20-50 years at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Bivariate analysis using independent T-test and multivariate analysis using logistic regression test. In this study, mean score for men and women is (3.90 ± 0.3) cm and (3.74 ± 0.3) cm on length; (3.42 ± 0.6) cm and (3.32 ± 0.5) cm on width; (4.29 ± 0.6) cm and (3.78 ± 0.4) on height; and (7.02 ± 1.8) cc and (6.52 ± 1.3) cc on volume, respectively. Based on length, width and height, estimation formula is y = -10.760 + 1.319*(L) – 1.647*(W) + 2.796*(H); with cut-off 0,0606 point, given accuracy score of 79,2%. Based on volume, estimation formula is y = -1.444 + 0.213*(volume); with cut-off point 0,2845 point, given accuracy score of 58,3%. The study showed that the morphometric measurement of maxillary sinus from CT image can be used to estimate sex."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Sanjaya
"Latar Belakang: Celah bibir dan langit-langit merupakan kelainan bawaan yang umum ditemukan yang terjadi saat perkembangan janin karena kegagalan proses pertumbuhan organ wajah. Defisiensi pertumbuhan maksila secara tiga dimensi (3D) sering ditemukan pada penderita celah bibir dan langit-langit terutama pada kasus unilateral. Pasien yang telah menjalani prosedur operasi menunjukkan adanya penurunan tinggi basis kranial, maksila yang lebih pendek, retrograntik maksila berlebihan dan inklinasi gigi insisif atas dan bawah yang lebih ke lingual. Perawatan bertahap dibutuhkan untuk penanganan pasien dengan celah bibir dan langit-langit seperti bedah perbaikan tulang alveolar, restorasi prostodontik, dan koreksi dental definitif. Tujuan: Menganalisis pengaruh labioplasti dan palatoplasti terhadap tinggi maksila, volume sinus maksilaris dan ukuran sella turcica pada pasien celah bibir dan langit-langit unilateral. Material dan Metode: Penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Subjek penelitian ini adalah anak berusia ³13 tahun dengan celah bibir dan langit-langit unilateral, telah dilakukan labioplasti dan palatoplasti, serta tidak mengikuti prosedur perawatan ortodontik cekat di RSAB Harapan Kita, Jakarta dalam kurun waktu 2011-2013. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh jumlah samepl sebanyak 12 subjek. Setiap subjek dilakukan pengambilan gambaran radiografi CBCT untuk penilaian tinggi maksila, volume sinus maksilaris dan ukuran sella turcica. Perbandingan tinggi maksila dan volume sinus maksilaris dilakukan pada sisi celah dan sisi normal, sedangkan perbandingan ukuran sella turcica dilakukan secara deskriptif menggunakan data sekunder. Hasil penelitian: Terdapat perbedaan tinggi maksila dan volume sinus maksilaris yang signifikan antara sisi celah dan sisi normal (p=0,00 dan p=0,01). Terdapat perbedaan ukuran lebar dan kedalaman sella turcica antara subjek dengan kelompok kontrol. Kesimpulan: Labioplasti dan palatoplasti mempengaruhi tinggi maksila, volume sinus maksilaris dan ukuran sella turcica pada pasien dengan celah bibir dan langit-langit unilateral

Background: Cleft lip and palate is a common congenital disorder that formed during fetal development due to failure of the developmental processes of the face. Three-dimensional (3D) maxillary growth deficiency is often found in patients with cleft lip and palate, particularly in unilateral cases. Patients who had undergone surgical procedures show a decrease on cranial base height, shorter maxilla, severe maxillary retrograntic and more lingual inclination of upper and lower incisor teeth. Multistage treatment is neccessary for patients with the lips and palate such as alveolar bone repair, prosthodontic restoration, and definitive dental correction. Objective: To analyze the effect of labioplasty and palatoplasty to maxillary height, maxillary sinus volume and sella turcica size in patients with unilateral cleft lip and palate. Materials and Methods: Observational analytic study with cross-sectional design. The subjects of this study were children ³13-years-old with unilateral cleft lip and palate, had undergone labioplasty and palatoplasty, and did not undergo fixed orthodontic treatment procedures at RSAB Harapan Kita, Jakarta in the period of 2011-2013. Based on the inclusion and exclusion criteria, a total of 12 subjects were obtained. Each subject took a CBCT radiographic to assess the maxillary height, maxillary sinus volume and sella turcica size. Comparison of maxillary height and maxillary sinus volume was performed on the cleft and normal sides, while the comparison of the size of the sella turcica was performed descriptively using secondary data. Results: There are significant differences in the maxilla height and maxillary sinus volume between the cleft side and the normal side (p = 0.00 and p = 0.01). There is a difference in width and height of the sella turcica between the subject and the control group. Conclusion: Labioplasty and palatoplasty affect maxillary height, maxillary sinus volume and sella turcica size in patients with unilateral cleft lip and palate."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tunjung Prasetyo Nugroho
"ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan : Sinusistis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal dengan berbagai faktor penyebab: variasi anatomi, infeksi bakterial/virus, alergi dan lain-lain. Deviasi septum nasi dan sinusitis kronis dapat mempengaruhi volume sinus maksila. Penelitian ini bertujuan menilai hubungan antara derajat deviasi septum nasi dengan kejadian sinusitis kronis maksila dan perubahan volume sinus maksila. Metode : Penelitian retrospektif dengan desain kasus-kontrol, jumlah sampel diambil konsekutif dari sistem PACS hingga 86 subjek. Dilakukan pengukuran derajat deviasi septum nasi dan volume sinus maksila dari 3 dimensi. Hasil : Didapatkan rerata deviasi septum nasi pada kelompok kasus 9,35 3,05 derajat Derajat I dan II , dan 10,62 4,11 derajat Derajat I dan II pada kelompok kontrol. Volume sinus maksila sisi ipsilateral satu sisi dengan deviasi septum nasi pada kelompok kasus cenderung lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol, namun tidak berbeda signifikan p>0,05 . Volume sinus maksila ipsilateral yang disertai kejadian sinusitis kronis maksila ipsilateral tidak berbeda signifikan dibandingkan kontrol p>0,05 . Uji korelasi negatif yang tidak signifikan pada hubungan derajat deviasi septum nasi dengan delta volume sinus maksila ipsilateral baik kelompok kasus maupun kontrol. Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara deviasi septum nasi Derajat I dan II dengan kejadian sinusitis kronis maksila dan perubahan volume sinus maksila

ABSTRACT
Background and purpose Sinusistis is an inflammatory of mucosal sinuses by various factors anatomic variations, bacterial virus, allergies and others. Nasal septal deviation and chronic sinusitis can affect maxillary sinus volume. This study aims to assess the relationship between the degree of nasal septal deviation with the incidence of chronic maxillary sinusitis and maxillary sinus volume changes. Methods The study was a retrospective case control design, consecutive samples taken from the PACS system up to 86 subjects. Measurement of the degree of nasal septal deviation and maxillary sinus volume from 3 dimensions. Results the mean of nasal septal deviation in the case group 9.35 3.05 degrees Grade I and II , and 10.62 4.11 degrees Grade I and II in the control group. The ipsilateral maxillary sinus volume the same side with the nasal septal deviation in the case group tended to be smaller than the control, but did rsquo t differ significantly p 0.05 . The ipsilateral of the maxillary sinus volume with ipsilateral chronic maxillary sinusitis incidence not significantly different compared to control p 0.05 . Test negative correlation was not significant relationship of the degree of nasal septal deviation with ipsilateral maxillary sinus volume delta, both groups of cases and controls. Conclusion There is no significant relationship between nasal septal deviation Grade I and II and the incidence of chronic maxillary sinusitis and change of maxillary sinus volume."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library