Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhri
"ABSTRAK
Alga epifitik hidup menempel pada berbagai jenis tumbuhan akuatik dan dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik perairan.
Untuk mengetahui keanekaan marga alga epifitik pada teratai (Nymphaea lotus L.), dilakukan penelitian di Kolara Kampus UI Depok. Pemilihan titik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode modifiKasi 'direct count method.
Alga epifitik yang ditemukan pada tangkai daun teratai ada 24 marga, yaitu Achnanthes, Anabaena, Ankistrodenmus, Anomoeoneis, Asterionella, Closterium, Cosmarium, Gymbella, Euastrum, Glenodinium, Gloeocapsa, Gonrphonema, Gyrosigma, Micrasterias, Navicula. Oedogonium, Oscillatoria, Pediastrum, Pinnularia, Scenedesmus, Spirulina, Staurartrum, Stauroneis dan Tabellaria. Alga epifitik yang ditemukan pada helaian daun teratai ada 26 marga, sama seperti di atas ditambah Pandorina dan Peridinium. Marga alga epifitik yang ditemukan paling melimpah adalah Navicula, Gomphonema , Ankistrodenmus, Cymbella, dan Oscillatoria.
Pada helaian daun dan langkai daun teratai, alga epifitik yang dominan adalah marga alga yang tergolong ke dalam Bacillariophyta dan Chlorophyta. Berdasarkan komposisi marga alga epifitik, ternyata helaian daun dan tangkai daun teratai memiliki kesamaan yang tinggi, dengan nilai indeks kesamaan sebesar 96 %. Indeks keanekaan marga alga epifitik pada helaian daun dan tangkai daun, nasing-masing sebesar 2,01172 dan 1,99005. Kedua indeks keanekaan tersebut tidak berbeda nyata.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumitro Sunityoso
"Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk melihat pengaruh pencekokan ekstrak daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) terhadap gejala klinik dan perubahan histologi organ hati dan ginjal mencit (Mus musculus L). Masing-masing kelompok mencit dicekoki pelet yang telah dicampur dengan ekstrak daun lamtoro pada dosis : 0 % (kontrol), 20 %, 40 % dan 60 % b/b setiap hari.
Pengamatan harian menunjukkan tidak ditemukan adanya gejala klinik pada semua mencit kontrol dan yang diberi perlakuan ekstrak daun lamtoro. Semua mencit mengalami kenaikan berat badan yang hampir sama selama masa percobaan.
Hasil uji ANAVA (a = 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pencekokan ekstrak daun lamtoro terhadap rata-rata diameter vena sentralis organ hati dan rata-rata kerusakan glomerulus organ ginjal antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dosis 20% dan 40%, akan tetapi ada perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok periakuan dosis 60%.
Pengamatan mikroskopik terhadap organ hati dan ginjal mencit dilakukan pada hari ke 36 setelah perlakuan. Pemberian ekstrak daun lamtoro dengan dosis 20 % pada mencit memperlihatkan gambaran histologi organ hati dan ginjal yang tidak berbeda dengan kontrol. Sedangkan pada dosis 40 % mulai tampak kerusakan ringan, dan dengan dosis 60 % kerusakan yang terjadi semakin meningkat yaitu pada organ hati kerusakan berupa perluasan vena sentralis dan vena porta, perlemakan, piknosis serta nekrosis. Kemudian berlanjut dengan peradangan di daerah vena porta. Sedangkan organ ginjal menampakkan kerusakan berupa penyusutan glomerulus dan pelebaran jarak antara kedua dinding kapsula Bowman. Kerusekan organ hati dan ginjal tampak jelas meningkat seiring dengan kenaikan dosis ekstrak daun lamtoro yang diberikan."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Kusumawati
"Penelitian perbandingan anatomi daun, tangkai daun, dan batang, serta morfologi serbuk sari dari jenis-jenis yang mewakili 3 puak dalam Suku Malvaceae telah dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA - UI. Penelitian bersifat desktriptif dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang menonjol pada keempat hal yang diteliti tersebut pada jenis Hibiscus mutabilis Linn, dan Abelmoschus manihot (L.) Medicus (dari puak Hibisceae), Malvaviscus arboreus Cav, dan Urena lobata Linn, (dari puak Ureneae), serta Sida rhombifolia Linn, dan Abutilon striatum Dickson ex Lindl. (dari puak Malveae). Data-data ini diharapkan dapat mendukung klasifikasi Malvaceae berdasarkan morfologinya menjadi ketiga puak tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi serbuk sari mendukung pembagian Malvaceae ke dalam puak-puak yang telah dibuat, sedangkan segi anatomi, hanya memberikan ciri-ciri khusus dalam satu jenis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Naek
"ABSTRAK
Pena pegas daun adalah salah satu komponen automotif yang bahan dasarnya baja karbon S 45 C., Baja karbon ini merupakan baja yang paling banyak dan mudah didapatkan dipasaran- Pena pegas daun adalah komponen penghubung antara sasis kendaraan dan pegas daun. Dalam fungsinya komponen ini menerima beban dinamis dan gesekan yang cukup besar. Pengujian terhadap pena pegas daun yang selama ini diperoleh dari supplier menunjukkan hasil masih dibawah standard spesifikasi yang diinginkan.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat mencari solusi peningkatan sifat tarik dan kekerasan pada pena pegas daun tersebut. Untuk mencapai spesifikasi tersebut dilakukan perlakuan panas yang meliputi pemanasan hingga suhu austenisasi, pencelupan kedalam air atau oli, penemperan pada berbagai temperatur dan berbagai waktu temper serta permukaan luar benda uji diberikan perlakuan panas dengan cara induksi.
Pengujian yang dilakukan terhadap pena pegas daun tersebut meliputi ; analisa komposisi kimia bahan, mikrostruktur, kekerasan, uji tarik dan ketahanan aus﷓
Hasil penelitian menunjukkan, peningkatan kekerasan pada pena pegas daun tersebut sehingga memenuhi spesifikasi yang diinginkan yaitu :
- kuat tarik 710 - 800 N/m2.
- kekerasan dipermukaan Hv 650 - 700 = (59 - 60) HRc
- kedalaman pengerasan 1 -1,5 mm.
Kesimpulan.
Untuk mencapai spesifikasi standard, pena pegas daun dilakukan perlakuan panas dengan dipanaskan mencapai suhu austenisasi 850 ° C dan dicelup kedalam air dan ditemper pada temperatur 570 ° C atau kedalam oil dan ditemper pada temperatur 250 ° C dengan waktu temper masing-masing 1 jam, yang terakhir pena pegas daun permukaannya dikeraskan dengan cara induksi dengan berbagai kecepatan skanning

ABSTRACT
The leaf spring is one of the automotive components made from Steel S 45 C. This Carbon steel is most available and easy to get in the market. The leaf spring pin is a joint component between chasiss of vehicle and leaf spring. In its function, this component receive dynamic load and friction on the surface. Test result of leaf spring pin obtained from supplier are generally below the spesification standard requested. In this research it is expected to get solution, how to increase tensile strength and hardness of leaf spring pin.
To reach the specification, the heat treatment process have been performed. They heated until austenit temperature, and quenched into water or oil. Subsequently the pin was tempered at various temperature and time. After that, the sample pins were subsequently hardened by induction hardening technique. The test was performed to the leaf spring pin, are chemical composition, microstructure, hardness, tensile strength and wear resistance.
The result of research shown, that the hardness of leaf spring pin increased and fulfill the request spesification namely :
- Tensile strength 710 - 810 N/m2
- Hardness on the surface Hv 650 - 700 ( 59 - 60) HRc
- Depth of hardness = 1 -1,5 mm.
Conclusion
To reach the standard specification the leaf spring pin was performed heat treatment, by heating up until austenit temperature 850 °C, quenched into water and subsequently tempered at temperature 570 °C or quenched into oil and tempered at temperature 250 °C, each of them during 1 hour, and the last the leaf spring pin to be hardened on the surface by induction hardening with various scanning speed."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
"ABSTRAK
Deformasi yang terjadi pada fabrikasi konstruksi Gate Leaf yang dipersiapkan untuk daun pintu air di bendungan, menimbulkan permasalahan. Permasalahan tersebut meliputi kesulitan perakitan, pemasangan unit di tempatnya, yang secara langsung mengurangi kekuatan konstruksi serta kesesuaian bentuk konstruksi, disamping biaya produksi.
Deformasi yang diuraikan di atas dalam penelitian ini dikaji secara literatur dengan tujuan untuk mengetahui dan mengeliminir permasalahan yang terjadi secara tepat, mengurangi kerja ulang dan peningkatan mutu. Data diambil dari catatan dan laporan kegagalan proses di lapangan.
Dan pengkajian secara teoritis deformasi terjadi akibat penerapan teknik pengelasan yang tidak tepat, yang meliputi deposisi logam las yang berlebihan dan urutan deposisi, penerapan welding jig yang tidak sesuai. Didapatkan bahwa konstruksi Gate Leaf perlu dukungan terhadap manajemen produksi yang tepat dan penerapan prinsip-prinsip manufaktur seperti persiapan prosedur produksi, pengendalian mutu secara bertahap dan berkesinambungan.
Saran untuk mengatasi permasalahan fabrikasi tersebut di atas, perlu ditingkatkan pengetahuan karyawan dalam bidang konstruksi dan pengetahuan teknik pengelasan dan perancangan konstruksi yang berorientasi pada ketrampilan manufaktur. Disamping hal tersebut diperlukan dukungan personil welding enginer, welding inspector untuk persiapan fabrikasi, prosedur produksi dan penyusunan teknik pengelasan yang benar sehingga dapat mengurangi terjadinya deformasi.

ABSTRACT
Deformation occurred during fabrication of Gate Leaf for water darn construction was found to cause severe problems. The problems involved can be categorized as difficulty in assembling and erecting of the component in the site plant. As a result construction strength would be lowered despite unfitted geometrical shape and inefficiency in production cost.
In this thesis, the deformation described above was investigated based on the literature studies. The discussion was focused on characterization and elimination of technical problems that arise from manufacturing operation. Therefore repairs would be reduced to a lower level besides quality improved. Research data was collected from direct observation in the field and report from previous production failures.
A careful theoretical assessment came to the conclusion that deformation was particularly due to welding process which specifically could be identified as improper welding procedure, over deposited weld pool, unsuitable design and position of welding jigs. The studies also suggested that the manufacturing of the Gate Leaf component need to be supported with a correct implementation of production management, manufacturing operation procedure, as well as continuous quality inspection.
The investigation indicated that human resource quality need to be improved in their technical skill, (i.e.: welding technology and construction design)_ This knowledge should have orientation in manufacturing skill and thereby improvement of welding engineer and welding inspector is essential in order to reduce risk of deformation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The aims of this research are to know blood glucose level of rats rattus norvegicus L. glucose loaded with tratment of breadnut leaf extract and GABA also GABA level in leaf of breadnut....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This research was about bioactive substances identification from ethanol extract of seligi (Phyllanthus buxifolis) leaf and its effect on the serology and hematology broilers chiken infected by newcastle disease virues
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ginindha Izzati Sabila
"Latar Belakang: Insidensi infeksi jamur oportunistik yang disebabkan oleh Candida krusei terus meningkat. Di sisi lain, beberapa penelitian melaporkan adanya penurunan sensitivitas C. krusei terhadap caspofungin, vorikonazol, Amfoterisin B, flusitosin, dan ketokonazol. Selain itu, pilihan obat untuk infeksi Candida krusei menimbulkan berbagai efek samping. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan alternatif yang lebih efektif dan aman, salah satunya adalah daun Polyscias scutellaria. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas daun Polyscias scutellaria terhadap Candida krusei in vitro. etode: Penelitian eksperimental ini untuk menguji efektivitas daun Polyscias scutellaria terhadap Candida krusei in vitro dengan menggunakan metode difusi cakram dan dilusi. Konsentrasi daun Polyscias scutellaria yang digunakan adalah 800 mg/mL, 1600 mg/mL, 3200 mg/mL, 6400 mg/mL, dan 12800 mg/mL. Hasil: Ekstrak daun Polyscias scutellaria memiliki aktivitas fungistatik terhadap Candida krusei dengan nilai KHM 12800 μg/mL. Diskusi: Daun Polyscias scutellaria berpotensi sebagai antifungi terhadap Candida krusei. Pembacaan hasil setelah 24 dan 48 jam inkubasi dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya untuk memberikan hasil yang lebih optimal.

Background: The incidence of opportunistic fungal infection caused by Candida krusei has been increased. On the other hand, several researches had been reported the decrease sensitivity of Candida krusei to caspofungin, voriconazole, Amphotericin B, flucytosine, and ketoconazole. Moreover, drug of choice for Candida krusei infection cause various side effects. Therefore, it be required the alternative therapy that is more effective and safer, one of which is Polyscias scutellaria leaf. Objective: This research was done to determine the effectiveness of Polyscias scutellaria leaf to Candida krusei in vitro. Methods: This experimental study is to test the effectiveness of Polyscias scutellaria leaf against Candida krusei in vitro using disc diffusion method and dilution method. The extract concentrations of Polyscias scutellaria leaf that be used are 800 mg/mL, 1600 mg/mL, 3200 mg/mL, 6400 mg/mL, and 12800 mg/mL. Results: Polyscias scutellaria leaf extract has fungistatic activity to Candida krusei with MIC value is 12800 μg/mL. Discussion: Polyscias scutellaria leaf extract is potent as antifungal against C. krusei. The reading time after 24 and 48 hours incubation can be considered in the next research to provide more optimal results."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain Fatoni
"Penelitian ini didasarkan adanya keluhan dari petani penyadap karet yang mengeluhkanpsiau penyadapnya sering aus, rompal dan retak. Sehinga peneliti mencoba mencari jalan keluarnyadengan membuat pisau baru dari bahan pegas daun mobil (Per bekas).Spesimen dalam penelitian ini ialah pisau penyanyat yang di potong bagian pisaunya, jumlahspesimen adalah 7 buah, salah satunya benda yang telah di pakai, 1 buah dari pandai besi dan 5 buahdibuah sendiri diberi perlakuan panas dengan temperatur bervariasi dari 810 °C, 820 °C, 830 °C, 840°C dan 850 °C.Selanjutnya di lakukan proses quenching dan pengujian kekerasan dengan alat Uji Rockwell, sertastruktur mikro. Data hasil penelitian di analisa dengan teknik deskriptif dan hasil analisa di tampilkandalam bentuk diagram batang.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian kekerasan akibat didinginkan lajupendinginan air lebih cepat, karbon yang terjebak dari struktur austenit (FCC) berubah menjadimartensit (BCT) lebih banyak dan austenite sisa pada temperatur kamar yang tidak sempatbertransformasi menjadi martensit lebih sedikit. hal inilah yang menyebabkan kekerasan denganpendingin mengunakan air terjadi.Disarankan agar mengunakan menggunakan temperatur antara 810°C dan 820°C. Agar material yang di peroleh adalah material yang ulet dan keras sehinga mata pisau tidak muda patah dan tumpul"
Palembang: Fakultas teknik Universitas tridinanti palembang, 2016
600 JDTEK 4:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah P.R. Sabirin
"Wound healing is a biological response that occurs following a trauma or pathologic condition of the oral mucosa. Wounds require proper management so they may heal faster and without complication. The number of fibroblast cells seen in the oral mucosa is a strong indicator of wound healing. In the remodelling phase of wound healing, fibroblast cell proliferation decreases as collagen fibres are synthesized. Noni leaf (Morinda citrifolia L.), a part of the noni plant, is traditionally used to heal soft tissue wounds in Indonesia. The leaves have potential chemical compounds that may be useful in the wound repair process.
Objective: This paper aims to examine the effect of ethanol based pastes of the Indonesian noni leaf on oral mucosa wound healing by investigating visual wound closure and fibroblast cell counts in Wistar rats.
Methods: Rats were divided into 2 control groups and 4 treatment groups. The pastes were formulated in concentrations of 2.5%, 5%, 10%, and 20% and were applied onto wounds of the oral mucosa of the rats. One control group was given no medication and the other control group had an ethanol gel with a concentration of 10% noni leaf extract applied to their intraoral wounds.
Result: Result revealed that all groups treated with noni leaf paste experienced better wound closure (p<0.05) when compared to the control groups. Fibroblast cell counts showed little significance amongst all groups (p=0.143), however fibroblast cell counts of groups treated with noni leaf paste, of all concentrations, were lower than both control groups.
Conclusion: These results suggest that topical application of noni leaf paste promotes better oral mucosa wound healing than gel formulas but shows no significant difference in the amounts of fibroblasts during the remodelling phase."
[Place of publication not identified]: Faculty of Dentistry, Department of Oral Biology Universitas Jenderal Achmad Yani, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>