Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raihan
"Penelitian ini bertujuan untuk pengalaman perawat pelaksana terhadap pelaksanaan rotasi kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak. Desain penelitian menggunakan fenomenologi deskriftif, proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Partisipan pada penelitian ini diambil secara purposive sampling, analisa data menggunakan metode Collaizi. Hasil penelitian teridentifikasi tema : persepsi perawat pelaksana tentang pelaksanaan rotasi kerja, pelaksanaan rotasi kerja tidak sesuai prosedur, pengaruh pelaksanaan rotasi kerja, hambatan dan dukungan dalam pelaksanaan rotasi kerja, berbagai kebutuhan dan sarana dalam pelaksanaan rotasi kerja, harapan perawat terhadap pelaksanaan rotasi kerja. Dapat disimpulkan bahwa persepsi perawat pelaksana terhadap pelaksanaan rotasi kerja masih kurang baik oleh karena itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen rumah sakit untuk melaksanakan rotasi kerja sesuai prosedur dan standard operational procedure yang ada.

The purpose of this research was to identify the perceptions and experiences of nurse practitioners to the implementation of job rotation. This research used descriptive phenomenology design and the data analysis used Colaizzi techniques. As the result of the research was the identification of several themes, which are: perception of nurse practitioners of job rotation, the experience of nurses who experienced job rotation, support and obstacles in the implementation of job rotation, facilities and infrastructure that support job rotation. It can be concluded that the perception of nurse practitioners of the implementation of job rotation is not good enough. Therefore, the support from hospital management is needed to implement job rotation in accordance with existing standard operational procedures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syafitri Wulandari
"Pengembangan sumber daya manusia selain dengan pendidikan dan pelatihan dapat juga dilakukan dengan rotasi pekerjaan. Rotasi pekerjaan merupakan perpindahan karyawan untuk meningkatkan keefektifan dan produktivitas karyawan dalam suatu organisasi. Tujuan rotasi pekerjaan diharapkan membantu karyawan dalam mempelajari keahlian baru, mengurangi kebosanan dan menghilangkan ketidakpuasan. Terlebih lagi persepsi yang berkembang saat ini bahwa rotasi kerja dilakukan pada perawat yang kualitas kerjanya sudah tidak baik atau bermasalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi rotasi pekerjaan dan kepuasan kerja perawat pelaksana. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan potong lintang menggunakan 59 perawat pelaksana yang telah mengalami rotasi pekerjaan dengan masa kerja minimal 2 tahun yang tersebar di seluruh ruangan, dipilih dengan teknik convenience sampling. Analisis menggunakan uji Chi-square. Terdapat hubungan dari sub variable persepsi rotasi pekerjaan meliputi dasar Prinsip the right man and the righ job (p value 0,005), media kompetensi (p value 0,028), Terkoordinasi (p value 0,004). Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan sistem rotasi pekerjaan perawat pelaksana di RSPI Sulianti Saroso Jakarta.

Development of human resources in addition to the education and training can also be done with a job rotation. A job rotation is a movement of employees to improve the effectiveness and productivity of employees in an organization. The purpose of job rotation is expected to help employees learn new skills, reduce boredom and eliminate dissatisfaction. In the contrary, currenly, the growing perception nowadays, is that a job rotation would be done by nurses who work no good or have trouble. This study aimed to determine the relationship of perception of job rotation and job satisfaction of nurses. The design of this study was descriptive cross sectional correlative with using 59 nurses who have undergone job rotation period of at least 2 years that scattered throughout the room. Those were selected by a convenience sampling technique. The analysis used Chi-square test. There was a perception of the relationship of the sub variables include basic principle of job rotation the right man and the righ job (p value 0.005), media competence (p value 0.028), Coordinated (p value 0.004). The results of this study are expected to be taken into consideration in the implementation of job rotation system nurses in RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Yogaswara
"ABSTRAK
Industri otomotif pada saat ini masih banyak menggunakan proses manual untuk beberapa proses yang membutuhkan tingkat kustomisasi tinggi dan memiliki jumlah tugas yang kompleks dalam jumlah besar. Pada kasus ini, pekerja yang bekerja pada pekerjaan manual secara repetitif, sepeti di lini perakitan, sangat rentan terpapar resiko work-related musculoskeletal disorders WSMDs . Job rotation pada umumnya diadopsi untuk mengurangi dampak resiko ergonomic dan mencapai tingkat produksi yang lebih baik. Namun, pada rencana penjadwalan pekerja, terdapat beberapa faktor manusia yang kritikal yang belum dimasukkan ke dalam perhitungan. Pada tesis ini, penulis mengajukan model mixed integer nonlinear programming yang bertujuan untuk mendapatkan jadwal ergonomic job rotation yang optimal. Resiko ergonomi dievaluasi dengan menggunakan metode OCRA ISO 11228-3:2007 . Selain itu, jadwal istirahat yang muncul antar setiap rotasi dihitung dengan menggabungkan faktor fatigue dan recovery. Jadwal istrihat yang optimal dibutuhkan untuk mengurangi akumulasi kelelahan pada akhir proses produksi. Hasil yang didapatkan menunjukkan keefektifan modal dimana model berhasil membuktikan sebagai salah satu model yang dapat mengurangi dan menyeimbangkan beban kerja fisik diantara para pekerja, seiring dengan tercapainya level produksi yang diharapkan.

ABSTRACT
A lot of automotive industries still using manual process for some process that providing the highest degree of customization and including largest number of complex tasks. In this case, workers that work on repetitive manual tasks, such as assembly lines, are exposed to the risk of work related musculoskeletal disorders WMSDs . Job rotation is usually adopted in order to reduce the ergonomic risk and achieve better production rate. However, in the design of workforce scheduling, there are still some criticcal human factors that haven rsquo t included yet. In this paper, authors propose mixed integer non linear programming models aiming at finding an optimal ergonomic job rotation schedule. The ergonomic risk and its acceptability is evaluated using OCRA method ISO 11228 3 2007 . Moreover, break schedules that appear between each job rotation are calculated by incorporating fatigue and recovery factors. Optimal break schedules is needed to reduce the accumulated fatigue at the end of the process. Results obtained revealed the effectiveness of the models as they proved to be adequate tools to jointly address the reduction and balancing physical workload among workers, which are consistent with required production levels. "
2018
T50788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Ari Wibowo
"Latar belakang Pelayaran singkat, pertukaran proses bersandar dan berlayar yang cepat, serta kepadatan lalu-lintas di jalur pelayaran Bakauheni menjadi tantangan bagi awak kapal feri roro dalam mempertahankan pola kerja dan menyebabkan tekanan psiko-emosional, yang dapat mengganggu kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan menilai hubungan pola rotasi kerja terhadap kualitas tidur pada awak kapal feri roro, serta faktor lain yang berhubungan.
Metode Dengan desain potong lintang, awak kapal feri roro di Pelabuhan Bakauheni yang dipilih dilakukan penilaian kualitas tidur dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Karakteristik pekerjaan yang dinilai: jabatan, durasi berlayar, masa kerja, jumlah shift kerja, jam kerja/shift, jam kerja/minggu. Getaran dan kebisingan diukur pada setiap kamar tidur awak kapal yang dipilih.
Hasil Sebanyak 107 responden dari 4 kapal berbeda dilibatkan dalam penelitian ini dengan karakteristik sebagian besar berusia >35 tahun (54,2%), masa kerja >10 tahun (59,8%), bekerja dalam pola shift (81,4%) dengan jam kerja ≤10 jam/shift (82,2%), serta waktu kerja total ≤72 jam/minggu (51,4%). Kualitas tidur buruk didapatkan pada 72,9% responden. Pola kerja 2- shift (OR: 34.67, 95% CI: 3.21–375.07) dan 3-shift (OR: 14.19, 95% CI: 1.26–159.35) merupakan faktor determinan kualitas tidur buruk pada awak kapal feri roro. Faktor lain yang berhubungan adalah jabatan (OR: 8,20, 95% CI: 1,90–35,39) dan getaran (OR: 3,83, 95% CI: 1,09–13,49).
Kesimpulan Dengan prevalensi kualitas tidur buruk yang cukup tinggi, pengawasan dan pengaturan pola rotasi kerja awak kapal feri roro perlu ditingkatkan. Perusahaan pelayaran harus melakukan pemeliharaan, modifikasi, atau pembaharuan akomodasi kapal untuk meningkatkan kualitas tidur awak kapal.

Introduction
Crew members on roll-on roll-off (roro) ferries at the crossing port face many work challenges, including more port calls due to shorter voyages and challenging sailing conditions. These factors can lead to an irregular work schedule and psychological and emotional stress, that can induce sleep disruption. This study aims to analyse the association of work schedule and sleep quality, as well as other related factors.
Method
This cross-sectional study was conducted at Bakauheni port Lampung, Indonesia, which is renowned as one of the busiest ports in Indonesia, The Indonesian version of the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) was used to assess the quality of sleep. An interview was conducted to gather information regarding the job rank, duration on board, seafaring experience, shifts schedule, and working hours. Vibrations and noise levels were measured in the bedrooms of selected crews. The determining factor was analyzed using logistic regression.
Result
We conducted an analysis on a sample of 107 participants from four randomly selected ships that shared comparable characteristics. The majority of participants were over the age of 35 (54,2%), had more than 10 years of sailing experience (59,8%), worked in shifts (81,4%), and had total working hours of 72 hours or less per week (51,4%). Approximately 72.9% of the participants experience poor sleep quality. The 2-shift (OR: 34.67, 95% CI: 3.21–375.07) and 3-shift (OR: 14.19, 95% CI: 1.26–159.35) schedule are determining factors that associated with poor sleep quality. Additionally, job rank (OR: 8.20, 95% CI: 1.90–35.39) and exposure to vibration (OR: 3.83, 95% CI: 1.09–13.49) are other contributing factors.
Conclusion
There is a high of prevalence of poor sleep quality among roro ferry crews in Indonesia. The regulation of the work rotation schedule needs to be improved and supervised. Shipping companies are required to provide appropriate accommodation for the crews.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library