Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Mega Silviliyana
"Target 8.6 SDGs memiliki tujuan yaitu secara substansial mengurangi proporsi usia muda yang NEET (Not in Employment, Education, or Training) pada tahun 2020. Akan tetapi, capaian NEET secara global maupun nasional masih relatif tinggi, bahkan NEET perdesaan di Indonesia sejak tahun 2016 konsisten selalu lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara capaian nilai Indeks Kesulitan Geografis (IKG) desa tahun 2020 terhadap status pemuda perdesaan untuk menjadi bukan NEET, NEET aktif, ataupun NEET tidak aktif. Penelitian dilakukan terhadap 94.605 sampel individu yang tersebar pada 14.394 desa di seluruh Indonesia berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2020 dan Updating Podes 2020 dengan menggunakan metode analisis model regresi logistik ordinal multilevel. Secara umum, pemuda perdesaan didominasi oleh pekerja keluarga/tidak dibayar. Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan capaian IKG suatu desa satu satuan signifikan menurunkan kecenderungan pemuda perdesaan untuk menjadi NEET (termasuk NEET aktif maupun NEET tidak aktif) serta kecenderungan menjadi NEET tidak aktif. Selain itu juga ditemukan bahwa kenaikan nilai IKG signifikan menaikkan peluang pemuda perdesaan untuk bekerja, namun sebaliknya menurunkan kecenderungan untuk sekolah ataupun pelatihan. Temuan tersebut mengarahkan pada adanya indikasi pemuda perdesaan terpaksa untuk bekerja sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar, serta terlihat pula dari lapangan usaha pertanian,perikanan, dan perkebunan, dan pekerjaan juga sektor informal yang mendominasi pemuda pekerja di perdesaan.
Target 8.6 SDGs has a goal of substantially reducing the proportion of young people who are NEET (Not in Employment, Education, or Training) by 2020. However, the achievement of NEET globally and nationally are still relatively high, even rural NEET in Indonesia since 2016 has consistently been higher than youth NEET in urban. This study aims to determine the relationship between the achievement of the Geographical Difficulty Index/Indeks Kesulitan Geografis (IKG) in 2020 and the status of rural youth to become non-NEET, active NEET, or inactive NEET. The study was conducted on 94,605 individual samples spread over 14,394 villages throughout Indonesia based on the results of the August 2020 Sakernas and Updating Podes 2020 using the multilevel ordinal logistic regression model analysis method. In general, rural youth are dominated by family/unpaid workers. The results of the analysis show that an increase in the IKG achievement of a village by one unit significantly reduces the tendency of rural youth to become NEETs (including active NEETs and inactive NEETs) and the tendency to become inactive NEETs. In addition, it was also found that the increase in the IKG score significantly increased the opportunities for rural youth to work, but on the contrary decreased the tendency to go to school or training. These findings lead to indications of rural youth being forced to work as family/unpaid workers, and can also be seen in the fields of agriculture, fisheries, and plantations, as well as the informal sector which dominates youth workers in rural areas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Akbar Muhammad
"Sejak diresmikan pada 2015, Sustainable Development Goals (SDG’s), pendidikan yang inklusif menjadi prioritas bagi setiap negara diseluruh dunia tak terkecuali Indonesia. Akan tetapi, 6 tahun paska diresmikan, kondisi inklusivitas pendidikan di seluruh provinsi Indonesia masih jauh dari kata ideal, tak terkecuali Provinsi Papua dan Papua Barat (Kemendikbud, 2019). Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat efisiensi belanja pendidikan pemerintah daerah Provinsi Papua dan Papua Barat serta faktor-faktor yang memengaruhi dalam capaian Inklusivitas pendidikan. Penelitian ini menggunakan pooled data yang diambil dari setiap pemerintah kabupaten/kota di Papua dan Papua Barat pada tahun 2015 hingga 2019 dan diolah dengan menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA). Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat efisiensi teknis daerah secara rata-rata telah mencapai 79% dimana variabel belanja pegawai, barang serta akuntabilitas pemerintah daerah secara signifikan menurunkan capaian inklusivitas pendidikan di daerah. Penelitian ini juga ditemukan bahwa faktor geografis dan demografis seperti Indeks Kesulitan Geografis (IKG), penduduk miskin terbukti menurunkan capaian pendidikan sementara fasilitas pendidikan mampu meningkatkan hal tersebut secara signifikan. Selain hal tersebut, secara komparatif ditemukan bahwa tingkat efisiensi teknis di Provinsi Papua lebih baik dibandingkan Papua Barat. Pada bagian akhir, penelitian ini memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah daerah.
Since it was inaugurated in 2015, the Sustainable Development Goals (SDGs), inclusive education has become a priority for every country, including Indonesia. However, six years after it was inaugurated, the inclusiveness of Indonesian education is still far from optimal (Kemendikbud., 2019). Using district/municipality data for the provinces of Papua and West Papua and processed using Stochastic Frontier Analysis (SFA), this study will look at the efficiency level of local government spending in increasing education participation in the districts/cities of Papua and West Papua. The study results show that, on average, local governments have lost the technical efficiency of regional education spending by 21% to increase educational inclusiveness in all regions. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indinesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library