Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devintha Anggraeni
Abstrak :
Today, Indonesia has the largest palm oil plantation in the world. Palm area in Indonesia, in 2008, according Ditjenbun, Department of Agriculture, estimated to reach 7 million ha (Ditjenbun Deptan 2009). Palm fruit produced by palm oil trees collected in bunches, therefore, often called as Fresh Fruit Bunches (FFB). FFBs are then transported to the factory for further process to produce palm oil. The main product of oil mill is Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO). In 2008, about 90,5 ton FFB yielded 18,1 ton of CPO from the fruit (mesocarp) and 2,1 ton of PKO from the nut (palm kernel) (Naibaho 1998; Ditjenbun Deptan 2009; PPKS 2010). When the nut is processed, it yields PKO, Palm Kernel Meal (PKM), and shell. The PKM is the solid part remaining from palm kernel after the extraction of PKO by a mechanical screw pressing. From 90,5 ton of processed FFB can produce about 2,5 ton of PKM. The number of this by-product always be increased due to the growth of the oil palm industry in Indonesia. Institut de Recherche pour le Développement (IRD) has done researches about the application of palm oil industry waste (PKM) as fish feed through bioconversion process using maggot. Maggot is Hermetia illucens L. larvae that has the ability to convert organic material (PKM) into it's biomass. Maggot biomass has then been used to feed fish (Hem et al 2008b). This bioconversion process of PKM using maggot produced waste, which is called Bioconversion Fertilizer Palm Kernel Meal (BFPKM). The aim of this study is to know the effect of BFPKM, as organic fertilizer, to Vigna unguiculata L. Walp (yardlong bean) var. mutiara. The study was held in Balai Riset Ikan Hias and IRD laboratorium Depok, on July until October 2008. This research is an experimental study using a randomized complete design. The parameters observed including the growth of stems, leaves, flowers, pods and roots, between the plants cultivated with BFPKM and without BFPKM. The result shows that BFPKM as organic fertilizer tend to gave a positive effect on the growth of stem, leaf, flower and pod. BFPKM also seem to stimulate the formulation of new branches and make earlier formation of flower. Inside underground, BFPKM tend to show indication to stimulate the growth of the root faster and more branching. Well root development could give more nutritions supply to whole of plant. It was showed by this study. BFPKM supplies nitrogen, phospor, and potassium for plant's growth. That nutriens are needed by plant to grow. So, this study shows that BFPKM can be applied as organic fertilizer that seem to give effect in the growth of yardlong bean.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T28840
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mubarok S.
Abstrak :
Polianthes tuberosa L. is a potential flowering plant to be developed in Jatinangor, but, the type of soil in Jatinangor belongs to Fluventic Eutrudepts has a lower of pH, medium of available K and potential K. New strategy is needed to resolve these problems such as by adding the organic and an-organic fertilizer. This research was conducted to determine the effect of the combination organic fertilizer and NPK on soil reaction (pH), available K, Potential K, and fresh weight of tuberose (Polyanthes tuberose L.) on Fluventic Eutrudepts. The research design used was Randomized Block Design (RBD) with ten treatments and three replications, consist of: without organic fertilizer + NPK (control); without organic fertilizer + recommended dosage of NPK; recommended dosage of organic fertilizer + without NPK; ½ recommended dosage of organic fertilizer + ½ recommended dosage of NPK; ½ recommended dosage of organic fetilizer + recommended dosage of NPK; recommended dosage of organic fetilizer + ½ recommended dosage of NPK; without organic fertilizer + 1 ½ recommended dosage of NPK; 1 ½ recommended dosage of organic fertilizer + without NPK; 1 ½ recommended dosage of organic fertilizer + ½ recommended dosage of NPK; 1 ½ recommended dosage of organic fertilizer + recommended dosage of NPK. The results show that there were effect of soil reaction (pH), available P, potential P, and fresh weight of tuberose from combination of organic fetilizer and NPK. Treatments of 1 ½ recommended dosage of organic fertilizer + without NPK gives the best results of 148,6 g plant-1 with an increase 63,2% compared with no treatment.

Sedap malam (Polianthes tuberosa L.) merupakan tanaman hias berbunga indah yang sangat potensial dikembangkam salah satunya di Jatinagor. Tanah di Jatinangor yang termasuk ke dalam sub group Fluventic Eutrudepts mempunyai reaksi tanah agak masam, K-potensial sedang, K-dd sedang, dan KTK rendah, sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkannya yang salah satunya dengan pemupukan. Percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk NPK terhadap K-potensial, K-dd, KTK dan bobot segar tanaman sedap malam (Polyanthes tuberosa L.) pada Fluventic Eutrudepts. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan sepuluh perlakuan dan tiga ulangan, yaitu terdiri dari : Tanpa pupuk organik + pupuk NPK (kontrol); Tanpa pupuk organik + dosis anjuran NPK; Dosis anjuran pupuk organik + tanpa pupuk NPK; ½ dosis anjuran pupuk organik + ½ dosis anjuran NPK; ½ dosis anjuran pupuk organik + dosis anjuran NPK; Dosis anjuran pupuk organik + ½ dosis anjuran NPK; Tanpa pupuk organik + 1 ½ dosis anjuran NPK; 1 ½ dosis anjuran pupuk organik + tanpa pupuk NPK; 1 ½ dosis anjuran pupuk organik + ½ dosis anjuran NPK; 1 ½ dosis anjuran pupuk organik + dosis anjuran NPK. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh terhadap K-potensial, K-dd, KTK dan bobot segar tanaman sedap malam akibat pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk NPK. Perlakuan 1 ½ dosis anjuran pupuk organik + tanpa pupuk NPK memberikan bobot segar tanaman sedap malam terbaik sebesar 148,6 g tanaman-1 dengan kenaikan bobot segar 63,2% dibandingkan dengan tanpa perlakuan.
Bandung: Universitas Padjadjaran. Fakultas Pertanian,, 2016
630 AGRIN 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Budi Setyawan
Abstrak :
Air limbah domestik dan pertanian telah menjadi masalah lingkungan disebabkan kandungan nitrogen dan fosfat berdampak pada eutrofikasi. Diketahui dari hasil studi menunjukan bahwa jenis mikroalga dapat mereduksi kadar nitrogen dalam limbah. Namun, pada umumnya limbah tidak memiliki nutrien cukup untuk pertumbuhan mikroalga. Pupuk diketahui menjadi sumber nutrien bagi tumbuhan, diduga dapat dimanfaatkan pula untuk pertumbuhan mikroalga. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemanfaatan pupuk terhadap pertumbuhan mikroalga dan kemampuan mikroalga mereduksi senyawa nitrat dan amonia. Penelitian ini membandingan tiga jenis mikroalga (Oscillatoria, Chlorella, dan Scenedesmus) pada tiga konsentrasi pupuk (0,01% (g/l); 0,02%; and 0,03%) dengan rata-rata kandungan awal nitrat dan amonia masing-masing 80 ppm pada pH netral berkisar 6,8-7,2. Setelah pengamatan selama 21 hari, terlihat penurunan konsentrasi amonia rata-rata diseluruh perlakuan sebesar 45 ppm dan peningkatan pada konsentrasi nitrat diseluruh perlakuan sebesar 37 ppm. Pertumbuhan populasi Scenedesmus terlihat paling baik dibandingkan mikroalga lainnya dengan nilai absorbansi rata-rata 0,79. Pada populasi Scenedesmus pH media menurun dari rata-rata 7,09 menjadi 4,62. Konsentrasi nitrit meningkat pada seluruh perlakuan mikroalga dengan konsentrasi pupuk 0,02% dan 0,03% dari rata-rata 0,37 ppm menjadi 5,20 ppm.
Wastewater from domestic and agriculture activities become environmental problem due to nitrogen and phosphate content which can lead to eutrophication. Some microalgae has been proved can reduce amount of nitrate and ammonia content in wastewater. However most of wastewater lack of nutrient which needed by microalgae growth. Fertilizer has been known as source of nutrient and can improve the growth of plant. The objective of this study was to find correlation between nutrientand microalgae growth and ability to reduce nitrate and ammonium compounds. The research compared between three type of microalgae (Oscillatoria, Chlorella, and Scenedesmus) in three concentration of fertilizer (0,01% (g/l); 0,02%; and 0,03%) with average intial concentration of ammonium and nitrate each was 80 ppm and pH netral around 6,8-7,2. After 21 days observation, concentration of ammonium decreased 45 ppm in average and nitrate increased 37 ppm in average. Scenedesmus showed the best growth among others with average value of absorbance 0,79. In Scenedesmus population showed decreased of pH value from an average 7,09 to 4,62. Nitrite concentration has increased in all microalgae treatment with fertilizer concentration 0,02% and 0,03% with average nitrite value from 0,37 ppm to 5,20 ppm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Riando
Abstrak :
Outsourcing sebagai suatu management tool untuk meningkatkan daya saing perusahaan semakin populer dewasa ini dimana semakin banyak perusahaan yang menyerahkan aktivitas-aktivitas rantai nilainya kepada pihak ekstemal. Dengan berkonsentrasi pada kompetensi intinya dan menyerahkan non-core activities kepada pihak luar, diharapkan perusahaan dapat semakin fleksibel dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam lingkungan bisnisnya. Namun seiring dengan keuntungan-keuntungan yang diberikan, outsourcing juga memiliki potensi yang merugikan perusahaan, dimana misalnya dapat terjadi knowledge transfer kepada pihak provider. Untuk itu, perusahaan harus melakukan cost benefit analysis untuk memperhitungkan untung-rugi dari outsourcing yang dilakukan. Perusahaan juga harus mempertimbangkan antara keuntungan taktis (jangka pendek) dengan keuntungan strategis (jangka panjang) yang dapat diperoleh. Dilema outsourcing ini juga dialami oleh PT. Pupuk Kaltim Tbk, salah satu produsen pupuk terbesar di Indonesia. Sebagai salah satu anggota holding pupuk nasional, sesuai keputusan pemerintah, Pupuk Kaltim harus menyerahkan aktivitas distribusi pupuknya kepada PT. Pusri sebagai induk holding. Aktivitas ini kemudian dilaksanakan oleh PT. Mega Eltra, salah satu anak perusahaan PT. Pusri yang bergerak di bidang perdagangan dan distribusi. Dalam karya akhir yang berjudui "Outsourcing sebagai Alternatif Aktivitas Distribusi pada PT. Pupuk Kaltim" ini, penulis mencoba melakukan analisa mengenai outsourcing aktivitas distribusi yang dilakukan Pupuk Kaltim. Walau bukan merupakan suatu keputusan bisnis yang diambil oleh manajemen, tentunya manajemen harus mengkaji kembali implikasi strategis dari penyerahan aktivitas ini apakah tidak mengurangi kemampuan daya saing perusahaan secara keseluruhan dalam jangka panJang. Manfaat jangka pendek berupa penghematan biaya untuk kelancaran operasi harus dibandingkan dengan kerugian strategis potensial yang dapat terjadi di masa depan jika Pupuk Kaltim tidak memiliki jaringan distribusinya sendiri. Hasil analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa outsourcing distribusi hanya menguntungkan secara jangka pendek, namun menimbulkan kerugian-kerugian strategis di jangka panjang, terutama untuk bersaing di pasar global. Pengeroposan (hollowed-out) di rantai nilai dan dependensi pada distributor akan mengurangi fleksibilitas manajemen Pupuk Kaltim dalam mengambil keputusan strategis untuk perusahaan. Sebagai perusahaan pupuk yang berambisi menjadi pemain kelas dunia dengan kapasitas yang besar, tentunya Pupuk Kaltim memiliki rencana untuk semakin memperluas pangsa pasamya, sesuatu yang akan sulit dilakukan dengan ketiadaan suatujaringan distribusi sendiri yang lebih terintegrasi. Dengan kapabilitas dan sumber daya yang dimilikinya, adalah lebih baik bagi Pupuk Kaltim untuk membangun jaringan distribusinya sendiri secara perlahan. Walau membutuhkan biaya investasi yang pastinya besar, hal ini akan lebih menguntungkan di masa yang akan datang mengingat prospek bisnis perusahaan masih cerah dalam bidang pupuk dan petrokimia. Suatu hambatan (constraint) disini adalah semua pertimbangan dan keputusan bisnis apapun yang dilakukan harus sesuai dengan peraturan pemerintah di industri pupuk. Sebagai industri yang dianggap strategis, menyangkut hajat hidup orang banyak, serta berkaitan dengan program ketahanan pangan, industri pupuk tidak lepas dari campur tangan dan intervensi pemerintah, dan hal ini banyak mempengaruhi dan membatasi keputusan bisnis yang dilakukan manajemen. Untuk itu, setiap keputusan akhir apapun yang dilakukan oleh manajemen mdiberlakukan melalui holding pupuk. Beberapa saran hanya dapat dilakukan apabila sistem holding yang terpusat diganti menjadi suatu sistem terdesentralisasi seperti rayonisasi yang lebih memberikan kebebasan bagi produsen pupuk nasional untuk melakukan aktivitas distribusi pupuknya sendiri dan bertanggung jawab atas daerah pemasaran masing-masing untuk menjamin ketersediaan pasokan pupuk di Indonesia. Untuk itu, Pupuk Kaltim harus melakukan lobi-lobi terhadap pemerintah untuk meninjau kembali sistem holding ini menjadi suatu sistem lain yang lebih merangsang persaingan dalam industri pupuk nasional.engenai outsourcing aktivitas distribusinya harus sesuai dengan keputusan pemerintah yang
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Tri Anggoro
Abstrak :
Penggunaan input luar pada usaha tani padi sawah antara lain berupa pupuk kimia saat ini masih relatif tinggi. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kimia, pestisida dan pengolahan lahan yang sangat intensif pada usaha tani padi telah menimbulkan kerusakan lingkungan sehingga menurunkan kapasitas produksi dan kualitas lingkungan. Di lain pihak petani mempunyai potensi input berupa bahan organik dari limbah pertanian yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Penggunaan pupuk organik akan mengurangi jumlah pupuk kimia, sehingga produktivitas lahan dapat meningkat dan kerusakan lingkungan dapat berkurang. Permasalahan yang dikemukakan pada penelitian ini adalah penerapan penggunaan pupuk organik pada usaha tani padi sawah kurang optimal. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan penerapan penggunaan pupuk organik pada usaha tani padi sawah kurang optimal di Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu; (2) Untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor penyebab terhadap penerapan pupuk organik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari Pebruari 2003 sampai dengan April 2003 di Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu dipilih tiga desa yang mempunyai potensi pertanian dan peternakan paling dominan. Penentuan jumlah sampel dengan cara sampling acak sederhana dari 905 KK petani diambil 96 KK petani sampel. Data Primer dikumpulkan dengan teknik wawancara dengan instrumen penelitian yang sudah dipersiapkan. Sebelum pelaksanaan survei instrumen diujicobakan pada 20 orang petani di lokasi penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode regresi berganda, korelasi berganda, dan korelasi parsial. Variabel-variabel penelitian adalah: Variabel tidak bebas Y = Penerapan Pupuk Organik; Variabel bebas (X) terdiri dari X1 = Pengetahuan Petani, X2 = Proses Pembuatan Pupuk Organik, dan X3 = Motivasi Petani. Koefisien regresi dilakukan uji F dan uji.t. Hubungan fungsional antara variabel Y dan Variabel X ditunjukkan dengan model persamaan regresi berganda Y = 38,8 + 1,082 XI - 0,213 X2 + 0,247 X3. Hasil uji F menunjukkan bahwa persamaan regresi sangat signifikan (p < 0,01). Hasil uji t menunjukkan bahwa koefisien X1 dan X3 sangat signifikan (p < 0,01), sedangkan koefisien X2 signifikan (p < 0,05). Dari persamaan regresi tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi pengetahuan petani, semakin rendah kesulitan proses pembuatan pupuk organik dan semakin tinggi motivasi petani secara bersama-sama berpengaruh terhadap semakin tingginya penerapan pupuk organik petani padi sawah di Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara. Koefisien korelasi berganda R adalah sebesar 0,862. Berdasarkan koefisien korelasi berganda didapat koefisien determinasi R2 sebesar 0,742, angka ini menjelaskan bahwa variasi penerapan pupuk organik sebesar 74,2 % ditentukan oleh pengetahuan petani, proses pembuatan pupuk organik dan motivasi petani secara bersama-sama. Sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel uji. Koefisien korelasi parsial dapat dilihat bahwa variabel motivasi petani (X3) merupakan variabel yang paling kuat terhadap penerapan pupuk organik (Y) dengan koefisien korelasi parsial r3,12 = 0,280. Selanjutnya diikuti berturut-turut oleh variabel pengetahuan petani (X1) terhadap penerapan pupuk organik (Y) dengan koefisien korelasi parsial ry1.23 = 0,269, dan terakhir adalah variabel proses pembuatan pupuk organik (X2) terhadap penerapan pupuk organik (Y) dengan koefisien korelasi parsial ry2.13 = - 0,233. Dengan demikian dalam penelitian ini variabel motivasi petani memberikan kontribusi terbesar, diikuti oleh variabel pengetahuan petani dan selanjutnya proses pembuatan pupuk organik dalam mencapai penerapan pupuk organik. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Faktor-faktor penyebab penerapan pupuk organik pada usaha tani padi sawah antara lain adalah: (a) Pengetahuan petani. (b) Proses pembuatan pupuk organik. (c) Motivasi petani; (2) Pengetahuan petani, proses pembuatan pupuk organik, dan motivasi petani secara bersama-sama mempengaruhi penerapan penggunaan pupuk organik.
Usage of external input at rice field paddy farming in the form of chemical fertilizer in this time still high relative. Various research have indicated that usage of chemical fertilizer, pesticide and very intensive land processing at paddy farming have generated damage of environment so that degrade capacities produce and quality of environment. On the other hand farmer has internal input potency from organic materials of waste agriculture of which can processed to become organic fertilizer. Usage or organic fertilizer will lessen the amount of chemical fertilizer, so that farm productivity can increase and damage of environment can decrease. Told problems in this research is application of usage of organic fertilizer at rice field paddy farming less optimal. As for intention of this research is: (1) to know factors what causing application of usage of organic fertilizer at rice field paddy farming less optimal in Arga Makmur District, North Bengkulu Regency, Bengkulu Province; (2) to know influence factors that causing application or organic fertilizer. This research use quantitative approach with survey method. Research conducted during three months of February 2003 until April 2003 in Arga Makmur District, North Bengkulu Regency, Bengkulu Province. Determination of research location conducted by purposive that is selected three countryside having agriculture potency and livestock potency most dominant. Determination of amount of sample by simple random sampling from 905 farmer family head taken 96 family head farmer of sample. Primary data collected with technique interview with research instrument which have been drawn up. Before execution of instrument survey in test-drived at 20 farmers research location to know validity and reliability instrument. Data to be analysis with method of multiple regressions, multiple correlation, and partial correlation. Research variables are: Dependent Variable Y = Application of Organic Fertilizer; Independent Variable (X) consist of X1 = Knowledge of Farmer, X2 = Process of Organic Fertilizer and X3 = Farmer Motivation. Functional link between variable of Y and Variable of X shown with model equation of multiple regression Y = 38,8 + 1,082 X, - 0,213 X2 + 0,247 X3. Result of test of F indicated that equation of regression is very significant (p < 0,01). Result of test of t indicated that coefficient X1 and X3 very significant (p < 0,01), coefficient X2 significant (p < 0,05). From equation of regression can be interpreted that excelsior knowledge of farmer, progressively lower difficulty process of organic fertilizer and excelsior motivate farmer by together have an effect on to its excelsior of application of organic fertilizer of rice field paddy in Arga Makmur District, North Bengkulu Regency, Bengkulu Province. Multiple correlation coefficient of R is equal to 0,862. Coefficient of determination R2 is equal to 0,742, this number explain that variation application of organic fertilizer equal to 74,2 % determined by knowledge of farmer, process of organic fertilizer and farmer motivation by together. While the rest influenced by other factors outside test variable. Partial correlation coefficient earn seeing that variable motivate farmer (X3) represent strongest variable to application of organic fertilizer (Y) with partial correlation coefficient ryaI2 = 0,280. Here in after followed successively by variable knowledge of farmer (X1) to application of organic fertilizer (Y) with partial correlation coefficient ry123 = 0,269, and last is variable process of organic fertilizer (X2) to application of organic fertilizer (Y) with partial correlation coefficient ry2.13 = - 0,233. Thereby in this research variable motivate farmer give biggest contribution, followed by variable knowledge of farmer and hereinafter the process of organic fertilizer in reaching application of organic fertilizer. Conclusion of this research is (1) Factors cause of application of organic fertilizer at farming rice field for example .is: Knowledge of farmer; (b) Process of organic fertilizer. (c) Motivate farmer; (2) Knowledge of farmer, process of organic fertilizer, and farmer motivation by together influence application of usage of organic fertilizer.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
The aim of this study was to know the effects of legin application,NPK (15;15;15) and urea fertilizer on peat soils on the shoot total N,P content and nodule development of soybean (Glycine max (L)Merr.) ....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Haedar Akib
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan fenomena kelangkaan pupuk urea tabur dengan cara menelusuri faktor yang melatarbelakangi. Berawal dari deskripsi intermediate factors, sampai pada implementasi dan formulasi kebijakan yang mengatur, sebagai main factors. Sesuai pendekatan Ekonomi Politik yang digunakan, bertujuan: (1) menjelaskan peran policy makers dalam proses formulasi kebijakan distribusi pupuk di Indonesia, (2) menjelaskan pra-kondisi yang melatarbelakangi wajah ambiguitas kebijakan dilihat dari mekanisme koordinasi yang digunakan, (3) menjelaskan implikasi kebijakan tersebut terhadap kinerja pelaku distribusi dan konsumen. Satuan analisisnya ialah Kebijakan Distribusi Pupuk di Indonesia. Datanya diperoleh melalui indept interview dengan informan terpilih (?purposive") dari policy makers, untuk mewakili departemen dan pelaku distribusi yang terlibat ("snowball.), sehingga representatif untuk diolah, dianalisis dan diinterpretasikan. Jawaban tujuan penelitian ini ada tiga. Pertama, peran policy makers dalam proses formulasi kebijakan distribusi pupuk di Indonesia didasarkan atas visi dan misi departemen dan atau pelaku distribusi yang diwakili. Kedua, pra-kondisi yang melatarbelakangi formulasi kebijakan distribusi pupuk di Indonesia, meliputi: (1) Pupuk dan beras merupakan komoditas bersifat "vital dan strategis". (2) Diharapkan distribusi pupuk memenuhi kriteria enam tepat. (.3) Para petani tidak semestinya diperlakukan sebagai "obyek". (4) Asumsi yang dianut policy makers ialah, pupuk "bukan komoditas komersial, melainkan barang yang didistribusikan". (5) Mempertahankan "rente ekonomi" yang dinikmati oleh departemen dan pelaku distribusi yang ditunjuk oleh pemerintah, yaitu "sebagian" dari fee, handling fee dan biaya distribusi yang disediakan. (6) Tanggung jawab utama pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat, serta (7) heterogenitas visi dan misi atau orientasi nilai policy makers. Kinerja konsumen (petani). Kenaikan harga dasar pupuk urea yang diikuti kenaikan harga dasar gabah tidak menguntungkan petani. Jadi, harapan petani tidak tercapai dan memposisikan memenuhi kebutuhannya dalam batas subsistensi. Disamping itu, meneguhkan superioritas pelaku distribusi, dibandingkan inferioritas petani dalam melakukan jual-beli komoditas input dan output pertanian. Selanjutnya, produsen pupuk (PT PUSRI) diuntungkan dengan tanggung jawab "formal" menyalurkan pupuk sampai lini IV karena hanya menyediakan sampai lini III. Sementara itu KUD berada pada posisi kunci, sekaligus krusial, karena menerima imbal tanggung jawab "aktual" penyediaan pupuk setelah lini III. Akibatnya, resiko ketidakefektifan distribusi pupuk sesuai kriteria enam tepat ditujukan kepada KUD. Kemudian, peran swasta dalam distribusi pupuk "mengaburkan asumsi" bahwa pupuk bukan komoditas komersial dan HET yang ditetapkan hanya berlaku di atas kertas. Rekomendasi penelitian: (1) Untuk memperbaiki sistem distribusi pupuk diperlukan terobosan kebijakan yang mengakomodasikan kepentingan tetap departemen dan pelaku distribusi pupuk Indonesia. (2) Diperlukan insentif dari pemerintah kepada petani, terutama kemudahan memperoleh pupuk sesuai prinsip enam tepat. (3) Campur tangan langsung pemerintah diarahkan untuk menindaklanjuti fungsi regulasi dan pengendalian yang dilakukan dan kebijakan yang mendukung harus tepat waktu. (4) Perlu dilakukan institusional arrangement pada berbagai level, agar terjadi keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab departemen dan atau pelaku distribusi pupuk, balk secara formal maupun secara aktual.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>