Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dedi Afandi
Abstrak :
Sebelum tahun 1950-an hubungan dokter-pasien adalah hubungan yang bersifat paternalistik, yaitu pasien selalu mengikuti apa yang dikatakan dokternya tanpa bertanya apapun, dengan prinsip utama adalah beneficence. Sifat hubungan paternalistik ini kemudian dinilai telah mengabaikan hak pasien untuk turut menentukan keputusan. Sehingga mulai tahun 1970-an dikembangkan hubungan kontraktual. Konsep ini muncul berkaitan dengan hak menentukan nasib sendiri (the right to self determination) sebagai dasar hak asasi manusia dan hak atas informasi yang dimiiiki pasien tentang penyakitnya sebagai mana yang tertuang dalam Declaration of Lisbon (1981) dan Patients's Bill of Right (American Hospital Association,1972)- pada intinya menyatakan "pasien mempunyai hak menerima dan menolak pengobatan, dan hak untuk menerima informasi dari doktemya sebelum memberikan persetujuan atas tindakan medik". Prinsip otonomi pasien ini dianggap sebagai dasar dari doktrin informed consent. Tindakan medik terhadap pasien harus mendapat persetujuan (otorisasi) dari pasien tersebut, setelah ia menerima dan memahami informasi yang diperlukan.(1,2,3,4,5,6,) Di Indonesia, penghormatan atas otonomi pasien ini telah diatur dan dirumuskan dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) khususnya pasal 7a, 7b dan 7c, dimana seluruh dokter di Indonesia harus menghormati hak-hak pasien. Penghormatan atas hak ini lebih lanjut juga diatur dalam peraturan perundang-undangan RI secara implisit terdapat dalam amandemen UUD 1945 pass! 28G ayat (1) yang menyebutkan "setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,...dst".
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria
Abstrak :
Latar Belakang: Secara global, jumlah penduduk usia lanjut terus meningkat yang diiringi dengan jumlah pasien usia lanjut yang menjalani pembedahan juga meningkat. Pasien usia lanjut memerlukan perhatian khusus dalam persiapan, saat pembedahan dan pasca pembedahan karena kemunduran sistem fisiologis dan farmakologi sehingga lebih berisiko mengalami komplikasi. Tujuan: Mendapatkan angka mortalitas, model prediksi, serta performa model prediksi pasien usia lanjut yang menjalani pembedahan elektif di RSCM. Metode: Penelitian menggunakan desain kohort retrospektif dengan metode sampling konsekutif. Data sekunder rekam medis pasien usia lanjut yang menjalani pembedahan elektif di RSCM periode Januari 2015-Desember 2017 dianalisis dengan program statistik SPSS Statistics 20.0 untuk analisis univariat, bivariat, multivariat, Receiving Characteristics Operator (ROC), dan analisis bootstrapping pada uji kalibrasi Hosmer-Lemeshow. Hasil: Terdapat 747 subjek penelitian yang dianalisis untuk mendapatkan angka mortalitas dan prediktor yang bermakna untuk disertakan sebagai komponen sistem skor. Sebanyak 108 (14,5%) pasien meninggal pascabedah. Variabel status fungsional, komorbiditas, kadar albumin serum preoperatif, jenis pembedahan, dan status fisik ASA merupakan variabel yang secara statistik independen berhubungan dengan mortalitas. Sistem skor yang dibuat memiliki nilai AUC = 0,900 (KI 95% 0,873-0,927). Kalibrasi sistem skor baik dengan nilai p>0,05. Hasil ini konsisten setelah dilakukan bootstrapping. Kesimpulan : Angka mortalitas pasien geriatri yang menjalani pembedahan elektif adalah 14,5%. Prediktor dan komponen skor prediksi mortalitas pembedahan elektif pada pasien usia lanjut yaitu status fungsional, komorbiditas, kadar albumin serum preoperatif, jenis pembedahan, dan kategori ASA. Model prediksi memiliki kualitas kalibrasi dan diskriminasi yang baik dan kuat.
Background: Globally, the number of elderly population continues to grow. It is accompanied by the increasing number of older people undergoing surgery. Elderly patients need certain care in preoperative, intraoperative,and postoperative phase since they are more likely to develop postoperative complication due to physiological and pharmacological deterioration. Aim: To get mortality rate, predictive model, and the performance of predictive model in elderly patients undergoing elective surgery in RSCM. Methods: This study is a retrospective cohort study with consecutive sampling method. Secondary data from patients' medical record who underwent elective surgery from January 2015-December 2017 is analysed using SPSS Statistics 20.0 for univariate, bivariate, multivariate, and Receiving Operator Characteristics (ROC) and SPSS Statistics 20.0 for bootstrapping analysis in Hosmer-Lemeshow calibration test. Results: All 747 subjects are analysed to get mortality rate and predictor variables that are statiscally significant included as scoring system components. A hundred eight patients (14.5%) died within thirty days after surgery. Functional status, comorbidities, preoperative serum albumin level, type of surgery, and ASA physical status are independently associated with mortality. A scoring system composed of above predictors has an AUC value at 0.900 (95% CI 0.873-0.927). This scoring system shows good calibration with p>0,05 and this result is consistent even after bootstrapping analysis. Conclusion: The mortality rate of elderly patients undergoing elective surgery in RSCM is 14.5%. Scoring system for predicting mortality in elderly patients undergoing elective surgery consist of functional status, comorbidities, preoperative serum albumin levels, type of surgery and ASA physical status. The predictive model shows good calibration and strong discrimination.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Popy Yusnidar
Abstrak :
Latar Belakang. Komplikasi pascabedah elektif meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Status frailty pada pasien usia lanjut dikaitkan dengan peningkatan kejadian komplikasi pascabedah. Pengaruh status frailty terhadap komplikasi 30 hari pascabedah perlu diteliti lebih lanjut pada pasien usia lanjut di Indonesia. Tujuan. Mengetahui pengaruh status  frailty terhadap komplikasi 30 hari pascabedah elektif pada pasien usia lanjut. Metode. Studi dengan desain kohort prospektif untuk meneliti pengaruh status frailty terhadap kejadian komplikasi 30 hari pascabedah elektif pada pasien usia lanjut, dengan menggunakan pengambilan data pada pasien yang menjalani pembedahan elektif di RS Cipto Mangunkusumo pada tanggal 20 April sampai dengan 13 Juli 2018. Penilaian frailty dengan menggunakan FI 40 items. Analisis bivariat dan multivariat dengan logistik regresi dilakukan untuk menghitung crude risk ratio (RR) dan adjusted RR terjadinya komplikasi 30 hari pascabedah elektif antara kelompok frail terhadap kelompok fit, dan antara kelompok pre-frail terhadap kelompok fit dengan menggunakan SPSS. Hasil. Sebanyak 21,1% dari total 180 subjek pasien usia lanjut yang menjalani pembedahan elektif mengalami komplikasi 30 hari pascabedah. Proporsi kejadian komplikasi 30 hari pada kelompok frail lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pre-frail dan fit (41,7% vs 15% vs 9,4%). Pada analisis multivariat, didapatkan adjusted RR pada kelompok frail sebesar 4,579 (IK 95% 1,799-8,118), setelah memperhitungkan faktor perancu, yakni jenis pembedahan. Pada kelompok pre-frail, tidak ditemukan komplikasi yang berbeda bermakna walaupun terdapat kecenderungan komplikasi lebih tinggi dibandingkan kelompok fit. Kesimpulan. Kondisi frail meningkatkan risiko komplikasi 30 hari pascabedah elektif pada pasien usia lanjut. Sedangkan pre-frail dibandingkan fit walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, namun terdapat kecenderungan peningkatan komplikasi.
Background. Postoperative complication is increased in the elderly patients. Frailty in the elderly is associated with postoperative complication. The impact of frailty on 30- day complications after elevtive surgery needs to be evaluated in the elderly patients in Indonesia. Objectives. To identify the impact of frailty on 30-day complications after elective surgery in the elderly patients. Methods. A prospective cohort study was conducted to determine the impact of frailty on 30-day complications after elective surgery in the elderly patient in Cipto Mangunkusumo hospital from 20 April to 13 Juli 2018. Frailty was asessed using Frailty Index  40 items. Analysis was done using SPSS statistic for univariate, bivariate and multivariate logistic regression to obtain crude risk ratio and adjusted risk ratio of probability of 30-day complications after elective surgery in the elderly patients. Result. Out of the total 180 eldery patients who underwent elective surgery, 21,1% of those had 30-day complications. Postoperative complications were higher in those with frail than pre-frail and fit subjects(41,7% vs 15% vs 9,4%). Multivariate analysis using logistic regression analysis with type of surgery as counfounder, revelead that adjusted RR in frail group was 4.579 (95% CI 1.799-8.118). Although pre-frail subjects showed higher postoperative complications than fit subjects, but there were no differences significantly. Conclusion. Elderly patients with frail condition had higher 30-day complications after elective surgery. There were no significant differences between pre-frail compared to fit subject on 30-day complications after elective surgery, although pre-frail subject tends to showed higher complication.
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Budiluhur
Abstrak :
Memulai operasi elektif yang tepat waktu merupakan indikator dari mutu pelayanan di kamar bedah khususnya dalam efisiensi dan kerja. Kamar bedah RS Islam Pusat mempunyai 8 kamar operasi. Dua kamar operasinya digunakan untuk operasi yang `bersih' atau non infeksi. Survei yang dilakukan bulan Januari - Maret 2003 terdapat 52,29% waktu dimulainya operasi elektif tidak tepat waktu di Kamar Bedah RS Islam Pusat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari pelayanan tindakan bedah di Kamar Bedah RS Islam Pusat Jakarta dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu dimulainya operasi yang tidak tepat waktu tersebut, sehingga pihak manajemen kamar bedah dapat mengatasi akar masalah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional karena tidak bersifat intervensi. Hasil penelitian membuktikan sebanyak 87,5% operasi yang dimulai tidak tepat waktu, rata-rata lama waktu dimulainya operasi elektif setelah 44 menit dart jadwal yang telah ditentukan. Melalui buku register anestesi dan reanimasi, dapat diketahui rata-rata lama operasi besar 2 jam, sedang 1 jam dan kecil jam. Sebanyak 77,1% operator datang tidak tepat waktu. Kedatangan pasien dari ruang rawat inap ke kamar bedah yang tidak tepat waktu adalah 69,8%. Sedangkan factor-faktor yang berhubungan dengan tidak tepat waktu dimulainya operasi elektif adalah kedatangan dokter bedah dan kedatangan pasien ke kamar bedah. Walaupun ketidakcukupan jumlah perawat tidak berhubungan dengan waktu dimulainya operasi yang tidak tepat waktu, tetapi adanya ketidakcukupan perawat di 3 hari kerja dalam seminggu sebagai bukti bahwa pihak manajemen perlu menyiasati penjadwalan dan bantuan tenaga pada Hari Rabu, Kamis dan Sabtu. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut mempermudah pihak Manajemen Kamar Bedah untuk membuat kebijakan guna menghindari masalah-masalah tersebut terjadi kembali. Daftar Bacaan : 16 (1971 - 2003)
Analysis the Delayed of an Elective Surgery in Islam Central Hospital Jakarta, 2004A service quality in efficiency and effectivity indicator for operating room in Hospital can be known by it's just in time elective surgery services. Islam Central Hospital has 8 operating rooms. Two rooms are for a non infection operation. The study that had been done in January-Mares 2003 showed there were 52,29 % delayed of an elective surgery . The purpose of this study was to described the delayed of an elective surgery service and had recognized what factors which associated in, so the manager can handle the root cause of the problems. This study was a cross sectional study with a quantitative analysis using primary and secondary data. The result of this study showed that the delayed of an elective surgery was about 87,5 %. The average of the delayed was about 44 minutes after the proper time. The study can recollect the classification of surgery from the registered and reanimation book. The average of major surgery was 2 hour, intermediate was 1 hour small operative was '/2 hour. The surgeons didn't come on time was about 77,1 %. The arrival of the patient at operating room's gate was about 69,8 % late. The factor which associated with the delayed of an elective surgery were the arrival of surgeon and patient came into operating room's gate.(p value 0,00 and 0,000). Although there weren't enough nurse surgeon and it didn't associated in delayed elective surgery, the manager should has the strategies to solve that problem. Recognized these factors would be easier for the Operating room's manager to remake standard operational procedure to minimalized the delayed.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marshelli Orlanda
Abstrak :
Latar Belakang: Mual dan muntah adalah salah satu keluhan pascaoperasi yang paling sering ditemukan selain nyeri pada pasien yang menjalani operasi dalam pembiusan umum. Dari banyak penelitian yang telah dilakukan, sebesar 20-30% pasien pascaoperasi mengalami mual muntah dalam waktu 24 jam setelah operasi, dan keluhan ini merupakan salah satu penyebab ketidakpuasan pasien dalam menjalani tindakan pembiusan. PONV (postoperative nausea and vomiting) memiliki faktor-faktor risiko yang multifaktorial seperti jenis kelamin, usia, riwayat PONV sebelumnya, riwayat merokok, penggunaan neostigmin, lama anestesi, anestesi inhalasi, dan penggunaan opioid. Di RSCM belum ada data mengenai gambaran insiden PONV dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhinya. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui insiden PONV pada pasien bedah elektif di IBP RSCM, dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhinya. Metode: Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, dilakukan pada 256 pasien yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Data pasien kemudian dicatat, berupa data umum pasien, data mengenai teknik anestesi, obat-obatan yang digunakan serta jenis pembedahan. Pasien diamati dua kali dalam 24 jam yaitu dalam dua jam dan dalam 24 jam pascaoperasi tentang apakah pasien mengalami mual dan atau muntah. Data kemudian dianalisis menggunakan perhitungan regresi logistik multivariat untuk menentukan faktor-faktor risiko apa saja yang berpengaruh. Hasil: insiden PONV dalam 24 jam pertama adalah 21,5%. Faktor risiko yang dapat diidentifikasi dari penelitian ini adalah jenis kelamin perempuan, usia di bawah 50 tahun, teknik anestesi umum inhalasi, penggunaan fentanyl di atas 100 mcg, dan riwayat PONV sebelumnya. Faktor risiko yang tidak dapat disimpulkan sebagai faktor risiko PONV dalam penelitian ini adalah status merokok, penggunaan neostigmin, lama anestesi, penggunaan N2O, dan penggunaan morfin pascaoperasi. ......Background:PONV is one of the most frequently found complaints postoperatively beside pain after elective surgery. From many studies it found that 20-30% patients will have PONV in 24 hours after surgery, dan this complain is one of the cause of patient’s discontent after undergoing anesthesia. PONV have multifactorial risk factors, such as sex, age, history of PONV, smoking history, neostigmin usage, duration of anesthesia, inhalational anesthesia technique, and opioid usage.At RSCM there is still no data depicting the incidence and risk factors of PONV. The purpose of this study is to find the PONV incidence at central operating theathre of RSCM and to determine the PONV risk factors that may contribute. Methods: This study is a cross-sectional study, involving 256 patients undergoing elective surgery at central operating room of RSCM by consecutive sampling technique. Data obtained are patient’s general characteristics, anesthesia techniques, drugs used, and types of surgery. Patients were observed two times in 24 hours after surgery, the first observation is within 2 hours and the second is in 24 hours after surgery. Data are then analyzed using mutivariate logistic regression analysis to determine which risk factors that may contribute to PONV. Results: PONV incidence in the first 24 hours is 21,5%. Indentified PONV risk factors are female sex, age under 50 years, inhalational anesthetic technique, usage of fentanyl above 100 mcg, and history of previous PONV. Factors that cannot be concluded as the PONV risk factors are smoking status, neostigmin usage, length of anesthesia, N2O usage, and postoperative morphine usage
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berri Primayana
Abstrak :
Latar Belakang : Kejadian AKI Acute Kidney Injury pascabedah akan meningkatkan morbiditas, mortalitas dan lama perawatan di rumah sakit. Diagnosis AKI ditegakkan berdasarkan kriteria AKIN. Kondisi dan manajemen perioperatif sangat mempengaruhi kekerapan AKI pascabedah. Tujuan : Mengetahui hubungan faktor komorbiditas prabedah dan jenis operasi sebagai prediktor AKI pascabedah elektif yang dirawat di ICU RSCM. Metode : Penelitian kohort retrospektif menggunakan data dari rekam medis pasien yang dirawat di ICU pascabedah elektif antara Januari 2014 hingga Desember 2015. Seratus satu pasien diikutkan dalam penelitian dari total 1739 data pasien yang didapatkan. Diagnosis AKI ditegakkan dengan keriteria AKIN. Data diolah menggunakan perangkat lunak SPSS dengan uji Chi Square dan Independent T test. Hasil : Analisis dilakukan pada 101 pasien dari 1739 populasi terjangkau. Insiden AKI didapatkan sebesar 44,6 . Diagnosis AKI ditegakkan dengan penurunan jumlah urin sesuai dengan Stage 1 AKI berdasarkan AKIN. Rata-rata usia AKI didapatkan sebesar 50,44 13,7 tahun p=0,304 . Analisis berdasarkan masing-masing variabel didapatkan kekerapan AKI pada diabetes melitus sebesar 50 p=0,633 , penyakit jantung sebesar 40,7 p=0,641 , hipertensi sebesar 46,9 p=0,749 , dan operasi intraabdomen sebesar 61,9 p=0,072 . Kesimpulan : Dari variabel yang diteliti tidak ada hubungan faktor komorbiditas prabedah dan jenis operasi sebagai prediktor AKI pascabedah elektif yang dirawat di ICU RSCM.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astuty
Abstrak :
Pelayanan kamar operasi merupakan salah satu bentuk pelayanan yang sangat mempengaruhi tampilan suatu rumah sakit. Seiring dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan bedah menjadi bentuk pelayanan kesehatan spesialistik yang mahal, jadi harus efisien pengelolaannya. Instalasi Kamar Operasi RSUD Pasar Rebo mempunyai 4 kamar operasi yang melayani bedah cito dan elektif. Dengan disatukannya pelayanan tindakan bedah cito dan elektif di instalasi kamar operasi ini, tindakan bedah elektif sering diundur pelaksanaannya karena harus mendahulukan pelaksanaan tindakan bedah cito yang mendapat prioritas utama dan adakalanya bedah elektif terpaksa ditunda/dibatalkan pelaksanaannya. Kapasitas waktu yang tersedia dari jam 8.00 pagi s.d 14.00 siang juga pada kenyataannya tidak dimanfaatkan seefisien karena belum adanya sistem penjadwalan operasi yang baik, pemakaian kamar operasi selalu dimulai diatas jam 8.00 pagi sehingga waktu kerja yang terbuang dimasing-masing kamar operasi rata-rata 32,87% perhari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran/karakteristik sistem pelayanan tindakan bedah di Instalasi Kamar Operasi di RSUD Pasar Rebo dan membuat tehnik penjadwalan yang sesuai sehingga produk yang dihasilkan dapat efisien dan optimal. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dan melakukan analisa kuantitatif terhadap data sekunder untuk membuat model kuantitatif dan analisa deskriptif. Dari hasil penelitian diketahui utilisasi kamar operasi sebesar 46,66% pada saat bedah cito masih dilakukan bersama-sama dengan bedah elektif. Lalu dari simulasi diperoleh besar utilisasi kamar operasi untuk bedah elektif (tanpa bedah cito) rata-rata sebesar 39,25% di setiap kamar operasi dengan 9 kasus perhari. Dengan simulasi juga dapat diketahui kapasitas optimal kamar operasi untuk mengerjakan bedah elektif sebanyak 18 kasus per hari. Dengan mengetahui kapasitas optimal masing-masing kamar operasi dan lama waktu operasi untuk masing-masing tindakan bedah dapat dibuat sistem penjadwalan yang sesuai untuk Instalasi kamar Operasi RSUD Pasar Rebo. Dengan adanya penjadwalan dapat diketahui berapa besar kapasitas yang berlebih setiap hari dan disarankan membuat perencanaan untuk pemanfaatannya sehingga Instalasi Kamar Operasi dapat sebagai salah satu revenue center rumah sakit.
Developing a Model for Scheduling of Elective Surgery Service for The Surgery Theatre Installation of The Pasar Rebo HospitalSugery theatre service is one of the hospital services that make an image to the hospital performance. In line with advanced knowledge and technology, surgical operation become more expensive specialistic health service and need to be managed efficiently. The Surgery Theatre Installation of The Pasar Rebo Hospital have four surgical theatres which serve surgical operations both emergency and elective surgery. As The Surgery Theatre Installation served surgical operations both emergency and elective surgery, resulting in postponement or cancellation of elective surgical operations. Allocated time to serve surgical operations is from 8.00 a.m to 2.00 p.m daily. This allocated time had not been utilized effectively because of unmanaged scheduling for surgical operations resulting in lost of worktime about 32,87% for each surgical theatre daily. The purpose of this study was to describe characteristic of surgical service acheduling system of The Pasar Rebo Hospital and subsequently to develop a model to manage better through scheduling technique. This study was a cross sectional study with quantitative model related to scheduling of surgery services. The result of this study showed that each surgical theatre utilization rate was about 46,6% when both emergency and elective surgical operations performed in those surgical theatres. After performing simulation, utilization rate of elective surgery without emergency surgery was about 39,25% with 9 cases for each surgical theatre daily. In addition, optimal capacity of Sugery Theatre Installation was 18 cases daily. After knowing optimal capacity for each surgical theatre and average time for each surgical operation, a model of well managed scheduling system can be developed for The Surgery Theatre Installation of The Pasar Rebo Hospital. After implementing well managed scheduling system, The Surgery Installation of The Pasar Rebo Hospital would be able to know daily capacity for each surgery theatre and develop a plan to utilize effectively each surgery theatre daily resulting in increasing revenue for The Pasar Rebo Hospital.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Notoprodjo
Abstrak :
Sejalan dengan perkembangan IPTEK maka kebutuhan pelayanan kesehatan melalui tindakan bedah menjadi bentuk pelayanan yang spesialistik dan mahal. Terdapat kecenderungan penghematan biaya pada pelayanan rumah sakit dengan melakukan sentralisasi unit-unit yang memerlukan biaya tinggi atau unit sebagai cost centre diantaranya adalah kamar operasi. Rumah Sakit Umum Daerah Serang merupakan rujukan dari rumah sakit Se-Wilayah Banten . Salah satu pelayanan rujukan adalah pelayanan bedah, diantaranya tindakan operasi baik elektif maupun cito. Tidak semua operasi elektif bisa dilaksanakan sesuai dengan rencana , ada pembatalan operasi yang membawa dampak selain pada pasien juga penampilan kerja rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pembatalan operasi elektif, yang dilaksanakan secara studi potong lintang selama 6 ( enam) bulan mulai 1 November 1997 sampai dengan 30 April 1998 di ruang Rawat Inap RSUD Serang. Pengumpulan data dilakukan dengan nenggunakan data primer berupa formulir isian dan data sekunder dari Instalasi Bedah Sentral, Rekam Medik dan Bagian personalia. Analisis statistik yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil yang didapat adalah : 1. Tidak semua data variabel dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pembatalan operasi elektif lengkap tercatat dalam buku register Instalasi Bedah Sentral terutama data pendidikan dan pekerjaan pasien. 2. Persentase pembatalan operasi elektif sebesar 6,8 % ( 57 dari 833 kasus ) 3. Terdapat hubungan antara pembatalan operasi elektif dengan variabel : a. Pasien : umur, pekerjaan, kondisi medik pasien, SIO. b. Operator : umur,pendidikan lanjutan non formal,pengalaman kerja, jabatan rangkap, bekerja di RS lain, ketidakhadiran. c. Manajemen Instalasi Bedah Sentral : cito operasi. 4. Tidak ada hubungan antara pembatalan operasi dengan variabel : a. Pasien : jenis kelamin, penanggung biaya, persiapan darah. b. Operator c. Dokter spesialis anesthesi. SARAN-SARAN 1. Agar dibentuk organisasi yang mantap dan meliputi unsur-unsur di Instalasi BedahSentral. 2. Agar alasan pembatalan operasi baik cito maupun elektif dicatat dibuku register untuk peningkatan mutu pelayanan operasi. 3. Agar obat-obat anesthesi disediakan di Instalasi Bedah Sentral baik untuk operasi cito maupun elektif. 4. Agar operasi cito dan elektif dipisahkan baik tempatnya maupun orangnya. 5. Agar jadwal rencana operasi disebarluaskan kepihak manajemen dan instalasi terkait. 6. Agar petugas rawat inap memahami dan mentaati peraturan Instalasi Bedah Sentral. 7. Agar dilakukan penelitian lain tentang lama dan Janis operasi untuk membantu perencanaan operasi di Instalasi Bedah Sentral.
In accordance with IPTEK ( Science & Technology) development, the necessity of health service for surgery becomes specialization and expensive service. To decrease service fee, hospital centralizes the high cost units or makes the units as a cost centre, such as surgery room. Public hospital of Serang regency is the referral of other hospitals in Banten. One of referrals is surgery service, either elective surgery or emergency surgery. Not all elective can be done the same as its planning. Cancellation of surgery gets bad effect not only on patients but also on job appearance of hospital. The purpose of this research is to know the factors related with cancellation of surgery, which used crossway study during 6 ( six ) months, from 1 st Nov 1997 to 30 01 April 1998 in hospitalize room of RSUD Serang. Collecting data is done with using primary data, such as flling form and secondary data from Central Surgery Installation, Medical Record and Personnel Department. Analysis statistics which used are Univariat and Bivariat. The results are as follows : 1. Not all variable data from factors that connected with cancellation of elective surgery is mentioned completely in registered book of Central Surgery Installation, especially education and job of patients. 2. Percentage of cancellation of elective surgery is 6,8 % ( 57 from 833 cases ) 3. There is relationship between cancellation of elective surgery and variable : a. Patient are ; age, job, medical condition of patient , operative permit. b. Operator are : age , informal education, job experience, double position work in other hospital, surgeon's absence. c. Management Central Surgery Installation : emergency surgery. 4. There is no relationship between cancellation of surgery and variable : sex, cost responsible, blood preparing for patients, surgeon and anesthetist. Suggestion : 1. Forming strong organization which containing Central Surgery Installation, 2. Reason for cancellation of surgery, either emergency or elective must be written is registered book for increasing quality and surgery service 3. The drugs of anesthetist for emergency and elective surgery, should be available in Central Surgery Installation 4. Separating emergency from elective surgery , either the place or the person 5. Schedule of surgery is informed to the management and other related installations. 6. Hospital nurses have to understand and obey the rule of Central Surgery Installation. 7. Holding research about kind and duration of surgery to be easy in arranging the planning of Central Surgery Installation.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanwar Hadiyanto
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian riset operasional, kualitatif untuk pembuatan desain cetak biru layanan bedah elektif di rumah sakit Pondok Indah – Pondok Indah. Tujuan penelitian ini adalah memetakan pengalaman pasien bedah elektif di RSPI Pondok Indah saat ini, mendesain cetak biru layanan pasien bedah elektif yang dapat menjadi pedoman dalam penyusunan perencanaan perbaikkan mutu layanan, khususnya bedah elektif di RS Pondok Indah - Pondok Indah dan memberikan saran agar cetak biru layanan bedah elektif yang dihasilkan dapat diimplementasikan. Hasil penelitian ini adalah peta pengalaman pasien bedah elektif dan cetak biru layanan bedah elektif yang masing-masing terbagi dalam 4 tahap yaitu rawat jalan, rawat inap pre-operasi, kamar operasi dan rawat inap paska-operasi. Peta pengalaman pasien bedah elektif di RS Pondok Indah- Pondok Indah memperlihatkan banyak potensi untuk perbaikkan proses khususnya dalam memperbaiki pengalaman pasien saat ini. Cetak biru layanan bedah elektif yang dihasilkan merupakan masukkan untuk memperbaiki pengalaman pasien di rumah sakit di mana penelitian ini dilakukan dan langkah-langkah pembuatan cetak biru ini dapat menjadi contoh bagi rumah sakit lain untuk mengelola pengalaman pasien dan pelengkap yang bermanfaat dalam pembuatan standar pelayanan kesehatan dalam pelayanan pasien yang berfokus pada pasien sesuai amanat dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tentang Rumah Rumah Sakit karena cetak biru ini memperhatikan semua aspek layanan dari sisi pasien maupun dari sisi semua pemberi layanan termasuk yang bukan dokter dan perawat. ......This research is an qualitative, operational research to design service blueprint for elective surgery at the Rumah Sakit Pondok Indah - Pondok Indah. The purpose of this study was to map the current experience of elective surgery patients in Pondok Indah RSPI, to design service blueprint for elective surgery patients which would be a guide in the preparation for the hospital in the planning process of service quality improvement, particularly in elective surgery in Pondok Indah Hospital and provide suggestions to the management for this service blueprint of elective surgery produced can be implemented. The results of this study are elective surgical patients experience maps and service blueprint for elective surgery which both are divided into 4 stages outpatient, inpatient pre - surgery, operating room and post -operative hospitalization. Surgical patients experience maps in Pondok Indah Hospital - Pondok Indah shows a lot of potential for improvement in process especially in improving the current patient experience. Service blueprint for elective surgery has provided an input to improve the patient experience at the hospital where the study was conducted and the steps to create this blueprint can be an example for other hospitals to manage patient experience and a useful complement to standard-setting in patient care according to the mandate of the Indonesia Law Number 44 of 2009 regarding Hospital, because this blueprint considers both aspects of the service, patient and providers perspective, including those who are not physicians and nurses.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berri Primayana
Abstrak :
Latar Belakang : Kejadian AKI Acute Kidney Injury pascabedah akan meningkatkan morbiditas, mortalitas dan lama perawatan di rumah sakit. Diagnosis AKI ditegakkan berdasarkan kriteria AKIN. Kondisi dan manajemen perioperatif sangat mempengaruhi kekerapan AKI pascabedah. Tujuan : Mengetahui hubungan faktor komorbiditas prabedah dan jenis operasi sebagai prediktor AKI pascabedah elektif yang dirawat di ICU RSCM. Metode : Penelitian kohort retrospektif menggunakan data dari rekam medis pasien yang dirawat di ICU pascabedah elektif antara Januari 2014 hingga Desember 2015. Seratus satu pasien diikutkan dalam penelitian dari total 1739 data pasien yang didapatkan. Diagnosis AKI ditegakkan dengan keriteria AKIN. Data diolah menggunakan perangkat lunak SPSS dengan uji Chi Square dan Independent T test. Hasil : Analisis dilakukan pada 101 pasien dari 1739 populasi terjangkau. Insiden AKI didapatkan sebesar 44,6 . Diagnosis AKI ditegakkan dengan penurunan jumlah urin sesuai dengan Stage 1 AKI berdasarkan AKIN. Rata-rata usia AKI didapatkan sebesar 50,44 13,7 tahun p=0,304 . Analisis berdasarkan masing-masing variabel didapatkan kekerapan AKI pada diabetes melitus sebesar 50 p=0,633 , penyakit jantung sebesar 40,7 p=0,641 , hipertensi sebesar 46,9 p=0,749 , dan operasi intraabdomen sebesar 61,9 p=0,072 . Kesimpulan : Dari variabel yang diteliti tidak ada hubungan faktor komorbiditas prabedah dan jenis operasi sebagai prediktor AKI pascabedah elektif yang dirawat di ICU RSCM.
Background Postoperative Acute Kidney Injury AKI will increase the risk of patient rsquo s morbidity, mortality and or prolonged the hospital stay. In this study, the diagnosis of AKI was made based on The Acute Kidney Injury Network AKIN criteria. Perioperative patient condition and management influenced the incidence of postoperative AKI. Aim To determine the relationship between preoperative patient rsquo s comorbidities and surgical procedure with the incidence of postoperative AKI in patients who were admitted in ICU RSCM immediately after surgery. Methods A retrospective cohort study using consecutive patients who underwent elective surgery with postoperative ICU admission from January 2014 to December 2015. A total of 1739 patients were collected from medical record, and 101 patients were included for the study. The included patients were segregated using AKIN diagnosis criteria and the relationship variables were analyzed using Chi Square test and Independent T test. Results The incidence of AKI in this study were 44.6 , in which all of them were diagnosed as AKI Stage I, based on decrease in urine output as stipulated by AKIN criteria. The average age was 50.44 13.7 years old p 0.304 . The incidence of AKI in patients with diabetes mellitus was 50 p 0.633 , heart disease 40.7 p 0.641 , hypertension 46.9 p 0.749 , and intra abdominal surgery 61.9 p 0.072 . Conclusion There were no relationship between patient rsquo s preoperative comorbidities and surgical procedure with the incidence of AKI postoperatively in patients admitted in ICU RSCM.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library