Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simatupang, Heaven Lord Trainer
"Tesis ini membahas penilaian kinerja dokter umum dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dokter umum di RSU UKI Jakarta Timur. Penilaian kinerja dokter umum dilakukan dengan cara penilaian kinerja 360 derajat dan penilaian diri sendiri, dengan menggunakan lima aspek penilaian kinerja dokter umum. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Dilakukan wawancara mendalam kepada para informan yaitu dokter umum, rekan sekerja, dan atasan dokter umum. Hasil penelitian menyatakan bahwa kinerja dokter umum di RSU UKI dalam penelitian ini dinyatakan baik. Seluruh variabel dalam input yaitu faktor-faktor motivasi dinyatakan seluruhnya mempengaruhi kinerja dokter umum di RSU UKI dalam penelitian ini. Tetapi faktor yang menjadi motivasi utama dokter umum dalam penelitian ini ingin bekerja di RSU UKI adalah faktor ingin melanjutkan sekolah ke tingkat pendidikan dokter spesialis. Perlunya perbaikan dalam perlengkapan alat-alat kedokteran di RSU UKI, pemberian pendidikan dan pelatihan kepada para dokter umum di RSU UKI, supervisi, penghargaan, dan pemantauan pembuatan dokumentasi pasien dari dokter umum perlu dilakukan oleh pihak rumah sakit.

The focus of this study is the estimation of medical doctors work and factors that influence medical doctors work at UKI Hospital. The estimation of medical doctors work has been done by 360 degrees estimation of work and self assesment, by using five aspecs of medical doctor work. This research is a qualitative descriptive interpretive. Deep interview has been done to the informan which is medical doctors, work partner, and the superior of medical doctors. This research showed that estimation of medical doctors work at UKI Hospital are good. All of the variabel in input which is motivation factors are proved influenced medical doctors work at UKI Hosptal in this research. But the main motivation for medical doctors is the factor that they want to continue their education to specialist level. UKI Hospital needs to renew the medical tools, education and training should be given to medical doctors, supervision and appreciation to medical doctors, and supervision in the making of patient documentation from medical doctors is need to be done by UKI Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meillyarni Primaroza
"Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer yang mengedepankan upaya promotif dan preventif yang bertujuan untuk mewujudkan kecamatan sehat. Dokter Umum, bidan dan perawat merupakan tenaga kesehatan penolong persalinan yang wajib tersedia di puskesmas. Provinsi Banten merupakan provinsi yang ada di Indonesia Barat yang puskesmas tanpa dokter umumnya paling banyak 34,63 . Salah satu Kabupaten di Provinsi Banten yang juga mengalami masalah minimnya dokter umum adalah Kabupaten Lebak yang merupakan daerah tertinggal dan mempunyai indeks pembangunan manusia paling rendah di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak mempunyai wilayah geografis paling luas sehingga membutuhkan densitas dokter umum lebih banyak tetapi densitas dokter umum di Lebak paling rendah dibandingkan densitas dokter umum di daerah lainnya di Provinsi Banten yang disebabkan minimnya dokter umum yang masuk ke Lebak. Selama tahun 2011-2016 terdapat 6 enam orang dokter umum yang pindah dari Lebak dan tidak ada satupun dokter umum yang masuk ke Lebak. Minimnya dokter umum tersebut harus diantisipasi oleh Pemerintah Kabupaten Lebak dengan cara meningkatkan upaya retensi kerja dokter umum di puskesmas terpencil di Lebak. Upaya-upaya retensi kerja yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Lebak antara lain dukungan akses ke pengembangan kapasitas profesional, bimbingan klinis bagi dokter baru, serta memberikan kebebasan dalam menjalankan pekerjaannya. Faktor determinan lainnya adalah faktor personal seperti tertarik gaya hidup rural, lingkungan yang baik untuk membesarkan anak, biaya hidup rendah dan keterikatan personal dengan masyarakat, pengakuan dari masyakarat setempat, serta keinginan membuat sesuatu hal yang beda Altruism .

A community health center puskesmas is a primary health service facility which provides promotive and preventive measures in creating a healthy subdistrict. General practitioner, midwive and nurse are medical workers who assist birth and whose existence are mandatory in puskesmas. Banten Province is a province in West Indonesia which has the highest prevalence of puskesmas without general practitioner 34.63 . One of the districts in Banten Province which also experiences the lack of general practitioner is the Lebak District, which is a least developed area, and which human development index is the lowest in the entire province. Lebak District has the widest geographic area, which therefore needs more density of general practitioner, and yet it has the lowest as compared to that of other areas in Banten Province due to the low rate of general practitioners coming into the area. Throughout 2011 2016, there were 6 six general practitioners moving out from Lebak, and none moved into the area. This condition of lack of general practitioner needs to be addressed by the Lebak District Government by increasing measures to retain general practitioners in remote puskesmas in the district. Work retention measures that can be conducted by the Lebak District Government may include providing access to professional capacity development, clinical coaching for new doctors, as well as granting some flexibility to the doctors in carrying out their duties. Other determinant factors include personal ones, such as interest in rural life, a good environment to raise children, low cost of living, and personal bond with the local community, recognition from the local community, as well as the desire to make something different altruism."
2017
T48128
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Pratiwi Suwandi
"Employee Engagement yang baik menggambarkan pegawai yang memiliki komitmen, motivasi, dukungan dari organisasi secara positif sehingga dapat bekerja dengan efektif maupun efisien dalam meningkatkan organisasi tempat bekerjanya. Pengukuran Employee Engagement penting dilakukan salah satunya untuk Dokter Umum yang merupakan salah satu bagian yang secara langsung dari segi performa atau kinerjanya akan memberikan dampak pada kualitas pelayanan rumah sakit ke pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis determinan Employee Engagement Dokter Umum di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada Tahun 2023. Penelitian melalui survei Employee Engagement dan wawancara mendalam dengan menganalisis data determinan yang dapat memengaruhi Employee Engagement pada Dokter Umum di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Survei Employee Engagement dihasilkan sebanyak 20 Dokter Umum kategori “Engaged”, 30 Dokter Umum kategori “Not Engaged” dan tidak ada Dokter Umum kategori “Disengaged”. Hasil wawancara mendalam menunjukkan persepsi respons positif pada pertanyaan terkait Status Kepegawaian, Pengembangan Kompetensi, Penghargaan, Lokasi Penempatan, Hubungan Rekan Kerja, dan Kesesuaian Harapan. Hasil wawancara mendalam menunjukkan persepsi respons negatif pada pertanyaan terkait Kompensasi, Pengembangan Karir, Beban Kerja, dan Program Peningkatan Employee Engagement. Oleh karena itu, manajemen rumah sakit perlu melakukan evaluasi strategi perbaikan determinan Employee Engagement Dokter Umum untuk mempertahankan engagement yang baik kedepannya dan memberikan dampak positif bagi rumah sakit. Beberapa strategi diantaranya adalah sosialisasi pembekalan pada awal rekrutmen Dokter Umum di rumah sakit secara lengkap, pendataan kompetensi yang dibutuhkan di setiap penempatan kerja Dokter Umum sebagai dasar penetapan capaian kompetensi penempatan hingga remunerasi, pendataan Analisis Beban Kerja Dokter Umum sesuai dengan jenis dan jumlah beban kerja, serta monitoring secara rutin tingkatan engagement Dokter Umum di Rumah Sakit Universitas Indonesia.

Good Employee Engagement describes employees who have positive commitment, motivation and support from the organization. Therefore, they can work effectively and efficiently to improve organization which they work in. It is important to measure Employee Engagement, including for General Practitioners, who are one of the departments whose performance will directly impact the quality of hospital services to patients. This research aims to conduct an analysis of the determinants of Employee Engagement for General Practitioners at the Universitas Indonesia Hospital in 2023. The research uses an Employee Engagement survey and in-depth interviews by analyzing determinant data that can influence Employee Engagement for General Practitioners at the Universitas Indonesia Hospital. The Employee Engagement Survey resulted in 20 General Practitioners in the "Engaged" category, 30 General Practitioners in the "Not Engaged" category and no General Practitioners in the "Disengaged" category. The results of in-depth interviews show a positive response perception to questions related to Employment Status, Competency Development, Awards, Placement Locations, Colleague Relations, and Matching Expectations. The results of in-depth interviews show a perception of negative responses to questions related to Compensation, Career Development, Workload, and Employee Engagement Improvement Program. Therefore, hospital management needs to evaluate strategies for improving the determinants of General Practitioner Employee Engagement to maintain good engagement in the future and have a positive impact on the hospital. Some of the strategies include providing complete outreach at the beginning of the recruitment of General Practitioners in hospitals, data collection on the competencies required for each General Practitioner work placement as a basis for determining competency achievements for placements and remuneration, data collection on General Practitioner Workload Analysis according to the type and amount of workload, as well as regularly monitoring the level of engagement of General Practitioners at the Universitas Indonesia Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Felya Afifah Chairunnisa
"Latar Belakang Kortikosteroid merupakan obat dengan fungsi imunosupresif dan antiinflamasi. Kortikosteroid dalam sediaan topikal umum digunakan untuk mengobati berbagai dermatosis. Efek kortikosteroid topikal (KST) yang cepat dalam meredakan gejala dermatosis menyebabkan maraknya pemakaian KST di kalangan dokter. Penggunaan KST yang salah dikhawatirkan memicu efek samping seperti penipisan kulit atau supresi tumbuh kembang. Oleh karena itu, penggunaan KST sebagai tatalaksana memerlukan pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter umum yang baik. Namun, belum terdapat penelitian terkait pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter umum terhadap penggunaan KST di Indonesia. Pada studi ini, akan dieksplorasi tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter umum terhadap penggunaan KST. Metode Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang dinilai validitasnya menggunakan uji korelasi Pearson dengan nilai signifikansi <0,05. Reliabilitas kuesioner dinilai dari koefisien Cronbach’s Alpha. Data penelitian dianalisis secara deskriptif untuk menilai tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter umum terhadap penggunaan KST. Hasil Responden telah memiliki pengetahuan yang baik terhadap KST (72,1%). Sebagian besar responden memiliki sikap yang positif terhadap kenyamanan penggunaan KST (76%) dan kepuasan terhadap hasil tatalaksana KST (74,1%). Sebanyak 98,1% responden telah memberikan/meresepkan KST. Terdapat 1,9% responden yang meresepkan KST tidak sesuai indikasi. Kesimpulan Tingkat pengetahuan dokter umum terhadap KST baik. Sebagian besar dokter umum memiliki sikap positif terhadap penggunaan KST. Mayoritas dokter umum telah meresepkan KST dengan indikasi yang sesuai.

Introduction Corticosteroids are medications with immunosuppressive and anti-inflammatory functions. Topical corticosteroids (TCS) are commonly used to treat various dermatoses. The rapid effects of TCS in relieving dermatosis symptoms have led to its widespread use. Improper use of TCS may trigger side effects such as skin thinning or growth suppression. Therefore, the use of TCS requires good knowledge, attitude, and behavior from doctors. However, there is currently no research on the knowledge, attitude, and behavior of general practitioners regarding the use of TCS in Indonesia. This study explore the level of knowledge, attitude, and behavior of general practitioners regarding the use of TCS. Method The research instrument used is questionnaire, and its validity is assessed using Pearson correlation with significance level of <0.05. The reliability of the questionnaire is evaluated through the Cronbach's Alpha coefficient. Research data is analyzed descriptively to assess the level of knowledge, attitude, and behavior of general practitioners regarding the use of TCS. Results The respondents exhibited good knowledge of TCS (72.1%). Majority of respondents demonstrated positive attitude toward the comfort of using TCS (76%) and satisfaction with the results of TCS management (74.1%). A total of 98.1% of the respondents have prescribed TCS. There were 1.9% of respondents who prescribed TCS outside the recommended indications. Conclusion The level of knowledge among general practitioners regarding TCS is good. Majority of general practitioners have positive attitude towards the use of TCS. Most general practitioners have prescribed TCS with correct indications."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Putra
"Latar Belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi perhatian utama di Indonesia. Pilar Safe Motherhood oleh WHO, diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Asuhan antenatal sangat penting, dan profesional perawatan kesehatan yang kompeten sangat penting untuk penyediaannya. Menilai kompetensi petugas layanan kesehatan sangat penting untuk memastikan asuhan antenatal yang berkualitas.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi asuhan antenatal dokter umum yang bekerja di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Jakarta dan untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Metode: Penelitian cross-sectional ini menilai kompetensi asuhan antenatal menggunakan kuesioner yang telah dikembangkan sebelumnya yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan yang dikategorikan ke dalam lima kelompok topik: layananasuhan antenatal terpadu, layanan terkait preeklampsia, rekomendasi nutrisi ibu hamil, USG dasar, dan persiapan persalinan.
Hasil: Dari 98 peserta, hanya 8,2% yang menunjukkan kompetensi yang baik dalam pelayanan antenatal care secara keseluruhan. Secara spesifik, masing-masing 50%, 13,3%, 23,5%, 68,4%, dan 12,2% menunjukkan pengetahuan yang baik tentang layanan terpadu, layanan asuhan antenatal terkait preeklampsia berat, rekomendasi nutrisi untuk ibu hamil, USG dasar, dan persiapan persalinan. Uji chi-square yang dilakukan pada faktor sosiodemografi, pendidikan, dan pekerjaan menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan kompetensi dan pengetahuan dokter umum dalam layanan asuhan antenatal secara keseluruhan.
Kesimpulan: Pelayanan asuhan antenatal oleh dokter umum yang bekerja di Puskesmas di Jakarta perlu ditingkatkan. Program pemberdayaan direkomendasikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan antenatal. Penelitian di masa depan harus fokus pada program pelatihan yang disesuaikan untuk dokter umum dan metode penilaian alternatif untuk mengevaluasi keterampilan layanan asuhan antenatal.

Introduction: Maternal Mortality Ratio (MMR) is a major concern in Indonesia. Initiatives, such as the Safe Motherhood pillar by WHO, are being implemented to address this issue. Antenatal care (ANC) is crucial, and competent healthcare professionals are vital for its provision. Assessing healthcare workers' competence is essential for ensuring quality ANC.
Objective: This study aims to investigate the ANC competence of general practitioners working at Primary Health Care in Jakarta and to enhance their competence.
Methods: This cross-sectional study assesses the ANC competency using a pre-developed questionnaire that had undergone a validity and reliability testing. The questionnaire consists of 22 questions categorized into five topic groups: integrated ANC services, preeclampsia- related services, recommendations for pregnant women's nutrition, basic ultrasound, and labor preparation.
Results: Out of the 98 participants, only 8.2% demonstrated good competence in antenatal care services overall. Specifically, 50%, 13.3%, 23.5%, 68.4%, and 12.2% exhibited good knowledge regarding integrated services, ANC services related to severe preeclampsia, nutrition recommendations for pregnant women, basic ultrasound, and labor preparation, respectively. The chi-square tests conducted on sociodemographic, educational, and occupational factors revealed no significant relationships with the competence and knowledge of general practitioners in ANC services overall.
Conclusion: ANC services by general practitioners working at Primary Health Care in Jakarta require improvement. An empowerment program is recommended to enhance ANC service quality. Future research should focus on tailored training programs for general practitioners and alternative assessment methods to evaluate ANC service skills.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mimi Oktami
"Perencanaan sumber daya manusia merupakan fungsi utama yang harus dilakukan dalam organisasi, guna menjamin tersedianya tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai posisi, jabatan dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat. Salah satu metode dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di instansi adalah dengan metode Workload Indicators of Staffing Needs (WISN).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dokter umum dengan menggunakan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN) melalui observasi menggunakan tehnik work sampling di Poli Umum Puskesmas Kecamatan Pademangan Jakarta Utara Tahun 2018.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018. Sampel penelitian ini adalah tiga orang dokter umum di Poli Umum Puskesmas Kecamatan Pademangan Jakarta Utara.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa waktu kerja tersedia bagi dokter umum di Poli Umum Puskesmas Kecamatan Pademangan adalah 76.620 menit/tahun di Poli Umum. Dengan standar beban kerja terbesar dokter umum di Poli Umum per tahun sebesar 29583,01 pelayanan medik dengan waktu penyelesaian kegiatan pelayanan medik adalah 2,59 menit per satu kali layanan. Standar tugas penunjangnya adalah 1,82. Hasil perhitungan WISN didapatkan kelebihan tenaga satu orang dokter. Diperlukan peningkatan kualitas layanan dengan mengevaluasi standar mutu layanan.

Human resource planning is the main function that must be carried out in the organization, to ensure the availability of the right workforce to regulate various positions, positions and the right job at the right time. One of methods in planning the needs of health workers in institutions is the Workload Indicators of Staffing Needs (WISN) method.
This study discusses the needs of general practitioners by using the Workload Indicators of Staffing Needs (WISN) through observation using work sampling technique at the General Poly of the Public Health Center of Pademangan District, North Jakarta in 2018.
This study uses a qualitative type of research with descriptive design. This research was conducted in December 2018. The sample of this study were three general practitioners at the General Poly District Health Center of Pademangan District, North Jakarta.
The results of this study indicate that the working time for general practitioners at the General Police of Pademangan District Public Health Center is 76,620 minutes / year at General Poly. With the workload standard of the practitioner at General Police per year was 29583.01 medical services with medical service approval time was 2.59 minutes per one time service. The supporting task standard was 1.82. The results of the WISN calculations obtained were by the strength of one doctor. Improved service quality is needed by evaluating service quality standards.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Menna
"Reaksi anafilaksis adalah reaksi hipersensitivitas hebat yang merupakan kasus emergensi dan dapat mengancam nyawa. Data mengenai prevalens reaksi anafilaksis di Indonesia masih sangat kurang dan belum ada studi yang menganalisis laporan kasus reaksi anafilaksis secara spesifik di Indonesia. Diagnosis dan penanganan tepat oleh tenaga medis diperlukan ketika menghadapi pasien dengan reaksi anafilaksis. Namun demikian, berdasarkan penelitian di luar negeri, banyak dokter tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mendiagnosis dan menangani reaksi anafilaksis dengan tepat. Penelitian cross-sectional ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dokter umum di Puskesmas DKI Jakarta mengenai reaksi anafilaksis dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Terdapat 158 responden, dengan persebaran pengetahuan 10,8% baik, 50% sedang, dan 39,2% buruk. Selain itu, ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara lama praktek sebagai dokter umum, jumlah kasus anafilaksis yang pernah ditangani, serta jumlah sumber pengetahuan mengenai reaksi anafilaksis terhadap tingkat pengetahuan responden. Sebagai kesimpulan, pengetahuan dokter umum di Puskesmas DKI Jakarta mengenai reaksi anafilaksis masih kurang dan tidak ditemukan faktor yang diteliti berhubungan pengetahuan tersebut.

Anaphylaxis is a massive hypersensitivity reaction that can be life threatening. There is lack of prevalence data and no study regarding anaphylactic cases in Indonesia. Proper diagnosis and treatment by physicians is needed to handle anaphylactic cases. However, based on several studies in other countries, a considerable amount of physicians still lack the knowledge to diagnose and treat anaphylaxis properly. This cross-sectional study is conducted to discover the level of knowledge about anaphylaxis among physicians in primary healthcares in DKI Jakarta and its related factors. There are 158 respondents, with a distribution of 10.8% on high level of knowledge, 50% on moderate level of knowledge, and 39.2% on low level of knowledge. Apart from that, there is no correlation between the level of knowledge and the factors studied, which are years of practice, amout of anaphylaxis cases treated, and amount of knowledge source acquired. In conclusion, the level of knowledge about anaphylaxis among physicians in primary healthcares in DKI Jakarta is low and there are no related factors found."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Avenzora Ariandra
"Sebelum seseorang pergi mendatangi jasa pelayanan kesehatan, umumnya mereka akan mencari lebih daliulu informasi mengenai penyedia jasa layanan kesehatan tersebut. Proses peiicarian informasi dilakukan oleh individu/masyarakat atau keluarga dalam memenulii kebutulian mereka akan layanan kesehatan mmigkin saja berbeda-beda.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sumber informasi apa yang paling mempengaruhi seseorang dalam memutuskan untuk pergi berobat ke dokter uinum (general praclictioner) dan dokter ahli kebidanan/kandungan (ok-gyri). Dan faktor apa saja yang dipertimbangkan seseorang dalam memilih dokter uinum dan dokter kandungan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner. Partisipan yang dipilih adalah ibu-ibu hanni yang sedang mengunjungi saat tersebut secara rutin mengunjungi dokter kandungan. Partisipan dipifih dengan cara mendatangi praktek dokter kandungan, riimah sakit, klinik atau rumah bersalin di Jakarta atau menemui beberapa ibu-ibu hamil yang menunjungi dokter kandungan.
Hasilnya adalah, sumber informasi yang paling penting dalam memilih dokter umum dan dokter kandungan di Jakarta adalah sumber informasi yang berasa! dari keluarga. Sumber informasi terpenting kedua adalah hasil observasi sendiri atas keadaan tempat praktek dokter, dan faktor yang paling mempengaruhi seseorang dalam memilih dokter umum dan dokter kandungan adalah sifat atau kepribadian dokter yaitu, dokter yang koinunikatif, ramah, mail memberikan informasi mengenai masalah kesehatan dll.
Hasil temuan ini mengisyaratkan bahwa seorang pasien menjadi sangat berharga karena rnewakih potensi pasien lain terutama dari keluarga mereka sendiri, lokasi atau keadaan tempat praktek dokter bagi segmen tertentu menjadi suatu petunjuk atau sumber informasi yang sangat penting, dan sifat dokter yang komunikatif, ramah, dan mau mendengar keluhan pasien menjadi sangat berharga bagi pasien.
"
2001
T750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Selviana
"Latar belakang: Dokter umum harus memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional, dimana dokter memiliki kewajiban memberikan konseling, anamnesis, pemeriksaan, pengobatan, dan menentukan tindakan medis terhadap pasiennya, hal ini berbeda dengan tenaga perawat atau nakes lainnya sehingga dokter secara tidak langsung memiliki beban kerja dengan tekanan yang lebih tinggi karena dokter memiliki wewenang dan hak untuk melakukan pelayanan kesehatan, selain itu dokter secara rutin dan berkelanjutan melakukan shif kerja lama lebih dari 12 jam tiap shiftnya beresiko tinggi mengalami kelelahan dan berhubungan dalam meningkatkan resiko kecelakaan kerja yang dampaknya bisa merugikan lingkungan kerja, dokter umum sendiri, dan keselamatan pasien jika dibandingkan dengan lama shift kerja sebanyak 8 jam perhari.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara shift kerja dan faktor-faktor risiko lain terhadap derajat kelelahan pada dokter umum yang bekerja di Rumah Sakit di Kota bekasi tahun 2022.
Metode: Metode penelitian cross-sectional dengan sifat penelitian observational berupa pengisian kuesioner yang disebarkan secara online dengan menggunakan google form  kepada dokter umum yang bekerja secara shift dan non-shift di rumah sakit dengan menggunakan kuesioner IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) yang telah dimodifikasi ke dalam bahasa Indonesia, dengan teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan quota sampling. Kemudian data di analisa dengan menggunakan  IBM SPSS versi 20, dimana data dikumpulkan dari bulan maret sampai mei 2022.
Hasil: Analisis multivariat membuktikan bahwa Pekerja yang mendapatkan jaga shift, cenderung lebih beresiko 38 kali (OR: 38,1; IK 95% :3,897-373,285, p <0,0500.
Kesimpulan: Penelitian ini membuktikan bahwa shift kerja memiliki hubungan paling signifikan terhadap risiko kelelahan pada dokter umum dibandingkan dengan faktor risiko lain.

Background: General Practitioners must provide quality and professional services, which includes the obligation to provide counseling, history taking, examination, providing treatment, and determining medical actions for their patients, This is different from other health workers, in which doctors directly have a workload with high pressure. Besides that doctors regularly and continuously perform long work shifts for more than 12 hours. Each shift has high risk to induce fatigue and this is also associated with an increasing the risk of work accidents whose impacts can be detrimental to the work environment, doctors themselves, and especially to the patient safety when compared to the 8 hour work shift per day.
Method: This study was an observational study with a cross-sectional design by using of Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) 30-Item fatigue symptoms. Participants were general practitioners who work at hospital, both shift work and non-shift. They were selected by quota sampling technique. Data were collected from March to May 2022, data were analyzed by IBM SPSS Statistic ver.20.
Results: We collected data primarily through online questionnaire using Google Form Platform, multivariate analysis showed that doctors who work with shift had a risk of 38 times more to experience moderate to severe fatigue compared to doctors who worked with non-shifts. (OR:38,1 CI 95%: 3,897-373,285, p <0,05).
Conclusion: This study proves that shift workers have the most significant correlation to induce fatigue among general practitioner compared to other risk factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>