Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmadhona Freshe Mulya
Abstrak :
ABSTRAK
Pecok adalah bahasa yang pernah digunakan oleh sekelompok masyarakat di Indonesia. Bahasa Pecok lahir akibat adanya kontak antara bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Secara umum bahasa Pecok menggunakan sistem gramatika bahasa Melayu begitu juga dengan fonologinya. Dengan demikian kosakata yang berasal dari bahasa Belanda dilafalkan menurut sistem fonologi bahasa Melayu. Perbedaan fonologi antara bahasa Melayu dan bahasa Belanda mengakibatkan kosakata bahasa Belanda yang diserap mengalami perubahan bunyi pada bahasa Pecok. Analisis dalam makalah ini bertujuan untuk memaparkan pola fonologis yang menyebabkan terjadinya perubahan bunyi pada kosakata Belanda dalam bahasa Pecok, seperti penghilangan dan penambahan fonem. Contoh kata bahasa Belanda yang mengalami perubahan bunyi dalam bahasa Pecok yaitu zeg, konsonan [x] dengan ciri [-suara, +frikatif, +velar] berubah menjadi [h] yang memiliki ciri [-suara, +frikatif, +glotal].
ABSTRACT
Pecok is a language used by a group of people in Indonesia. Pecok was born due to contact between Malay and Dutch. In general, the Pecok language uses the Malay grammar system as well as its phonology. Thus the vocabulary derived from Dutch is pronounced according to the phonological system of the Malay. The phonological differences between Malay and Dutch causes the sound change of Dutch vocabulary in Pecok language. The analysis in this paper aims to describe the phonological patterns that cause sound changes of the Dutch vocabulary in Pecok, such as disappearance and phoneme addition. The examples of Dutch words that have the changes in sound in Pecok are in the words zeg, consonant [x] with the characteristics of [-sound, + fricative, + velar] changing to [h] which has the characteristics [-sound+ fricative + glotal].
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bakti Supriadi
Abstrak :
Skripsi ini membahas penggunaan dan permainan bahasa pecok sebagai pembebasan ekspresi kelompok indo kecil pada empat belas sketsa Piekerans van Een Straatslijper I dan II karya Tjalie Robinson. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa bahasa pecok digunakan oleh kelompok indo kecil sebagai pembebasan ekspresi mereka untuk membangun dan mempertahankan identitas.
The Focus of this study is the use of pecok language as a term of freedom of expression by small indo group in fourteen sketches Piekerans van Een Straatslijper I and II from Tjalie Robinson. This research is qualitative interpretive. Result of the research explained that pecok language was use by small indo group as freedom of expression to built up and maintained their identiy.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S18
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library