Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lies Mariani
Abstrak :
ABSTRAK
Penulisan ini berlandasan dengan adanya pengaruh dari unsar-unsur kebudayaan India yang terdapat hampir di seluruh Indonesia.Pengaruh yang jelas tampak ada di Pulau Jawa. Peninggalan-peninggalan arkeologi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan jawa Timur menunjukan bahwa pengaruh agama Hindu India sudah berkembang pada masa Jawa Kuno. Bukti pertama yang menunjukan adanya pengaruh agama Hindu di Jawa Tengah adalah dengan ditemukannya sebuah batu bertulis yang berasal dari sekitar tahun 500 Masehi di lereng barat Gunung Merapi, di desa bekawu, Kawedanan Grabag, yang lebih dikenal dengan nama Prasasti Tuk Mas, yang ditulis dengan bahasa Sanskerta, disertai juga gambar-gambar peralatan dan laksana dari desa-desa Agama Hindu, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siva.(Poerbatjaraka 1952: 42). Pada masa Jawa Kuno dikenal adanya kelompok-kelompok Dewa Hindu. Kelompok dewa tertinggi yang disebut Trimurti terdiri dari Brahma sebagai dewa pencipta, Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan Siva sebagai dewa perusak. Kelompok dewa tertinggi ini selain dikenal sebagai satuan kelompok, juga dikenal sebagai tokoh dewa yang berdiri sendiri-sendiri.
1985
S11767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baehaki
Abstrak :
Skripsi ini berisi tentang analisis ikonografi arca Wisnu koleksi Museum Nasional Jakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketentuan ikonografi arca Wisnu koleksi MNJ yang sesuai dengan ketentuan ikonografi Hindu di India dan memahami keterikatan para pemahat Jawa kuno terhadap aturan ikonografi Hindu India pada pengarcaaan Wisnu koleksi MNJ. Sumber data yang digunakan adalah arca Wisnu koleksi MNJ yang berjumlah 13 arca dengan bahan batu yang berasal dari pulau Jawa. Sumber data yang lain yaitu sebagai data penunjang adalah berupa kitab-kitab yang ada kaitannya dengan ikonografi Hindu khususnya Wisnu. Tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : tahap pengumpulan data (observation), tahap pengolahan data (description), tahap penafsiran data (explanation) dan penarikan kesimpulan. Pendeskripsian Wisnu koleksi MNJ meliputi deskripsi ikonografi, yaitu pengukuran arca dan pengamatan laksana. Tahap berikutnya adalah pembandingan dengan ketentuan ikonografi Hindu. Hasil dari perbandingan ini dapat diketahui bahwa pengarcaan Wisnu koleksi MNJ masih mengikuti ketentuan-ketentuan ikonografi Hindu di India.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lani Kumarika Dharma
Abstrak :
ABSTRAK
Avalokitesvara merupakan Bodhisattva yang dianggap penting dalam agama Budha Mahayana. Bukti adanya pemujaan Avalokitesvara di Jawa Tengah selain diketahui dari pene_muan sejumlah arca Avalokitosvara, diketahui pula dari prasasti. Dalam penelitian ini yang dipergunakan sebagai data primer ialah 14 buah arca Avalokitosvara koleksi Museum Nasional Jakarta asal Jawa Tengah, bahan perunggu. Tujuan yang hendak dicapai ialah untuk mengetahui se_jauh mana ketentuan pengarcaan Avalokitosvara seperti yang disebutkan Sadhanamala diikuti di Jawa Tengah. Ciri yang sama antara Avalokitosvara Jawa Tengah dengan ketentuan dalam Sadhanamala adalah hiasan pada mahkota yang berupa bentuk Amitabha. Identifikasi tidak berhasil dicapai. Tidak satu pun arca yang mengikuti semua ketentuan salah satu perwujudan Avalokitosvara seperti yang disebutkan Sadhanamala. Arca Avalokitosvara dipergunakan sebagai obyek meditasi. Mantra yang digoreskan pada umpak arca memperkuat dugaan tersebut. Kepustakaan yang dipergunakan berjumlah 63 buah, yang tertua tahun 1896, yang termuda tahun 1984_
1985
S11768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hartati
Abstrak :
Gelang adalah benda yang berbentuk lingkaran, berukuran dari yang kecil hingga besar, dibuat dari bermacam-macam bahan, biasanya dipakai oleh manusia di pergelangan tangan, lengan, dan pergelangan kaki, dan yang berfungsi sebagai perhiasan, penolak bala, atau seringkali menjadi bekal kubur setelah si pemakai mati. Bentuk lingkaran gelang tersebut bermacam-macam, seperti yang didapati pada koleksi Museum Nasional Jakarta, ada yang berupa lingkaran ganda ada Pula yang berupa lingkaran tunggal. Gelang yang bentuknya lingkaran tunggal juga mempunyai bentuk yang berbeda-beda, selain itu juga memiliki penampang lingkar dan motif hias yang beragam. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) mengetahui bentuk dasar dan bentuk penampang gelang perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta dan hubungan di antara keduanya, (2) mengetahui motif hias dan teknik hias yang diterapkan pada gelang-gelang perunggu tersebut dan hubungan di antara keduanya, (3) mengetahui hubungan antara bentuk dasar dengan motif hias dan teknik hias, dan (4) mengetahui persebaran tipe-tipe gelang perunggu tersebut di Jawa Tengah. Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki adalah: (a) pengumpulan data (gelang perunggu dan studi kepustakaan, (b) pengolahan data, dan (c) penafsiran data. Pada tingkat pengolahan data dilakukan kiasifikasi. Klasifikasi ini dilakukan secara bertahap, yaitu (1) analisis satu atribut (tahap I), (2) analisis dua atribut silang (tahap II), dan (3) analisis keseluruhan atribut (tahap III). Pada tingkat penafsiran data, hasil pengolahan data dihubungkan dengan jumlah frekuensi (kuantitatif), sehingga dapat diketahui bentuk-bentuk gelang perunggu yang umum ditemukan dan persebarannya di Jawa Tengah. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa gelang-gelang perunggu tersebut terdiri dari: (a) empat bentuk dasar, (b) sepuluh bentuk penampang, (c) sepuluh motif hias, dan (d) tujuh teknik hias. Kesimpulan-kesimpulan yang dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) gelang dengan Tipe III (Bentuk Tumpang Ujung) dan Tipe II (Bentuk Pisah Ujung) lebih digemari dari pada gelang Tipe I (Bentuk Temu Ujung) dan Tipe IV (Bentuk Kumparan), yang mungkin disebabkan oleh faktor teknis bahwa gelang-gelang dengan Tipe III dan Tipe II itu memiliki daya fleksibilitas yang besar untuk dipakai dalam jangka waktu yang lama dengan cara membesarkan atau mengecilkannya sesuai dengan bertambahnya dan berkurangnya lengan pemakai, (2) gelang Tipe I biasanya berkaitan dengan Penampang Bulat, gelang Tipe II berkaitan dengan Penampang Persegi Empat, dan gelang Tipe III juga selalu berkaitan dengan bentuk penampang yang berkisar bulat, yaitu Penampang Bulat, Penampang Setengah Lingkaran dan Penampang Lonjong, (3) gelang perunggu yang umum ditemukan di Jawa Tengah adalah gelang dengan Tipe III ( di 21 daerah dari 24 daerah di Jawa Tengah), dan kebanyakan di satu daerah hanya membuat satu macam tipe, (4) dari motif-motif hias yang ada kebanyakan dibuat dengan teknik cetak dan teknik lilit. Motif-motif hias yang terdapat pada gelang perunggu tersebut ternyata makin ke timur makin beragam motif hias yang diterapkannya.
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentia M. N. D
Abstrak :
Artefak adalah salah satu data arkeologi yang sangat penting peranannya dalam usaha merekonstruksi Kebudayaan masa lalu manusia melalui suatu penelitian. Untuk dapat mencapai tujuan dari penelitian tersebut, harus dilakukan tiga tahapan penelitian arkeologi, yaitu observasi (pengumpulan data), deskripsi (pengolahan data) dan eksplanasi (penafsiran data). Untuk penelitian ini digunakan sampel berupa cermin perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta yang berasal dari pulau Jawa. Selain menggunakan cermin perunggu sebagai data utama penelitian ini, digunakan juga Karangan-karangan yang membahas tentang cermin, baik cermin-cermin dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, seperti dari Cina dan Eropa. Setelah melakukan pendataan atas cermin-cermin perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta, yang secara kwantitatif maupun kwalitatif telah memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai data penelitian, hasil dari pendataan ini kemudian diolah. Pada pengolahan data dilakukan pemilahan untuk menetapkan data-data yang akan diteliti. Data-data ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok cermin dan kelompok tangkai. Masing-masing kelompok kemudian dipilah lagi berdasarkan atribut bentuk dan hiasannya. Dari basil pemilahan ini didapatkan ciri-ciri cermin dan tangkai. Untuk dapat menafsirkan ciri-ciri cermin perunggu, digunakan metode klasifikasi. Secara umum klasifikasi diartikan sebagai pemilahan ke dalam golongan-golongan, sedangkan secara khusus klasifikasi merupakan suatu tindakan pemilahan artefak yang bertujuan membentuk kelas atau tipe, dimana penggolongan atas kelas dan tipe sepenuhnya merupakan rancangan si peneliti. Dalam penelitian ini, ciri-ciri dari hasil pemilahan yang dilakukan terhadap cermin perunggu dimaksudkan untuk membentuk tipe, karena tipe artefak sekurang-kurangnya harus menunjukkan perkaitan antara dua ciri. Pada cermin-cermin ini, ciri-ciri tersebut adalah atribut bentuk dan atribut hiasan. Setelah berhasil membentuk tipe-tipe serta variasinya, dapatlah diamati tipe dan variasi yang paling banyak muncul. Dengan melihat hubungan antara hiasan, ukuran serta berat cermin perunggu dengan bukti-bukti yang ada mengenai kegunaan cermin sebagai obyek yang berkaitan dengan kecantikan dan keagamaan, dapatlah kiranya disimpulkan bahwa cermin perunggu di pulau Jawa memang digunakan oleh wanita sebagai obyek kecantikan dan juga digunakan oleh para pendeta dan pertapa untuk upacara-upacara keagamaan maupun sebagai bekal kubur.
1989
S11784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Patmiarsi Retnaningtyas
Abstrak :
Penelitian mengenai ragam hias pada talan yang terbuat dari bahan logam, telah dilakukan di Museum Nasional Jakarta. Tujuannya adalah untuk memerinei bentuk, khususnya bagian tepian dan jenis-jenis hiasan, termasuk variasinya, melihat ada tidaknya kaitan antara bentuk dan hiasan, dan melihat kemungkinan ragam bias digunakan sebagai penunjang penggunaan talam. Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati bentuk talam secara keseluruhan, yang meliputi bentuk dan hiasan. Pengamatan terhadap bentuk, terutama dituliskan pada bagian tepian, karena bagian inilah yang dapat digunakan untuk membedakan bentuk talam. Pengamatan atas ragam hias didasarkan pada hiasan utama yang dapat dijumpai di tengah permukaan talam. Hiasan ini terdapat dalam suatu lingkaran yang dikelilingi oleh hiasan, geometris atau bidang-bidang melingkar yang berisi hiasan tanaman maupun binatang. Hasil yang diperoleh dari pengamatan tersebut adalah bentuk tepian talam dapat dibedakan atas 4 tipe, yaitu ti_pe I memiliki dinding miring dengan bibir yang mendatar ke arah luar, Tipe II memiliki dinding tegak dengan bibir tepian sedikit mengkung ke dalam, Tipe III memiliki dinding gang berlekuk-lekuk ke arah luar, dan Tipe IV memiliki dinding miring dengan bibir tepian mendatar ke arah dalam. Sedang ragam hias dapat dibatasi atas 8 jenis hiasan uta_ma dengan 50 variasi. Hiasan utama itu terdiri dari hiasan manusia, hewan, tanaman, jambangan, geometris, gabungan hewan-tanaman, gabungan tanaman-jambangan, dan gabungan hewan-tanaman-jambangan. Pada beberapa jenis hiasan tampak memiliki kaitan dengan bentuk tepian talam. Hal ini dapat terlihat dari ko_relasi yang dilakukan atas kedua unsur tersebut. Tipe I kebanyakan memiliki hiasan gabungan tanaman-jambangan, khususnya pada jambangan, Tipe II kebanyakan memiliki hiasan hewan, khususnya sanktia, yang meliputi hiasan tunggal maupun gabungan, dan Tipe IV kebanyakan memiliki hiasan tanaman, khususnya ceplok bunga. Tipe III belum dapat memberikan petunjuk yang berarti, karena hanya terdiri dari 2 talam, sedang masing-masing talam memiliki hiasan yang berbeda. Hiasan pada talam mungkin dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan talam, Hal ini dapat ditunjukkan oleh beberapa hiasan yang memiliki makna khusus. Makna ini menjadikan suatu hiasan tidak hanya digunakan sebagai unsur dekoratif raja, tetapi juga sebagai petunjuk untuk mengetahui penggunaan talam yang memiliki hiasan tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiawan
Abstrak :
Hal yang sangat menarik di antara sisa-sisa purbakala adalah keris. Keris merupakan senjata tradisial yang paling menonjol dari masa ke masa, bahkan sekarang masih dianggap sebagai sen_jata keramat oleh masyarakat pada umumnya. Keris banyak diteliti bukan berdasarkan disiplin arkeologi, melainkan penelitiannya le_bih didasarkan pada pendekatan antropologi, khususnya dalam men_duga adanya sifat magis yang dikandungnya. Bila ditilik dari sejarahnya, keris sulit untuk memberikan keterangan secara pasti. Tetapi untuk mengetahui gambaran sekilas dapat dibuktikan melalui beberapa sumber tertulis baik berupa nas_kah kuno maupun sumber lainnya berupa hasil peninggalan masa lampau. Sumber-sumber tertulis yang dimaksud antara lain Kitab Suluk Tambangraras (Centini), Kitab Pararaton, ceritera pewayangan yang bersumber pada Kitab Mahabhrata _ Arjuna Wiwaha, dan beberapa pra_sasti, sedangkan sumber lainnya dapat dijumpai melalui beberapa relief candi khususnya yang menggambarkan. tentang senjata. Juga perlengkapan arca sebagai salah satu bagian dari laksananya. Hasil dari penelitian ini lebih menitikberatkan pada tipologi keris Jawa, disanping itu juga berusaha mengungkapkan peranan keris itu sendiri dalam masyarakat. Selanjuthya metode yang digunakan, tentu disesuaikan dengan tujuan yang hendak di_capai yaitu dengan menggunakan metode kiasifikasi dan analisis. Kemudian sebagai penunjang utama dalam penulisan ini menggunakan studi kepustakaan, tujuannya untuk memberikan gagasan informasi yang dibutuhkan di dalam penyelesaian masalah akhir dari penulisan ini, sehingga tercapai sasaran yang dimaksud.
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S11466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Setyowati
Abstrak :
Genta pendeta merupakan jenis genta yang digunakan oleh seorang pendeta sebagai salah satu alat perlengkapan, upacara agama, khususnya agama Hindu dan Buddha. Ciri umum genta ini menurut Anom terdiri atas tiga bagian yaitu: bagian bawah berbentuk setengah bulatan, bagian tengah berupa susunan lingkaran-lingkaran, dan bagian atas (puncak) terdiri dari berbagai macam hiasan. Bentuk genta pendeta yang terdapat pada koleksi benda-benda perunggu Museum Nasional Jakarta tampak menunjukkan keanekaragaman bentuk, hiasan, dan ukuran. Keanekaragaman tersebut merupakan Masalah utama yang dibahas di dalam penelitian ini. Masalah lain yakni berkenaan dengan pemakaian genta di Jawa pada masa Hindu-Buddha, Genta pendeta rupanya telah dikenal oleh masyarakat di Jawa pada masa Hindu-Buddha (sekitar abad VIII-XV Masehi), terbukti dari banyaknya bukti sejarah di Jawa yang menunjukkan pemakaian genta pada masa itu, di antaranya relief dan naskah-naskah Jawa kuno. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai data utama adalah genta pendeta koleksi Museum Nasional Jakarta yang berjumlah 170 genta, sedangkan relief digunakan sebagai data Bantu. Analisa genta dilakukan dengan menggunakan klasifikasi taksonomi yaitu suatu klasifikasi yang memusatkan perhatiannya pada sejumlah atribut, dan atribut-atrihut tersebut digunakan sebagai indikator di dalam pembentukan tipe. Tipe yang dihasilkan berupa tipe deskriptif yaitu tipe yang menunjukkan keadaan alamiah artefak. Pengamatan adegan-adegan pada relief dimaksudkan untuk mengetahui peranan genta pada masa lalu. Hasil analisa genta menunjukkan adanya 25 tipe genta pendeta, dan dari ke-25 tipe tersebut, tipe yang memiliki bentuk bagian bawah membulat, bagian tengah berupa susunan lingkaran-lingkaran, dan puncak berhias vajra serta berukuran kecil, merupakan tipe yang popular dari koleksi Museum Nasional Jakarta, Bentuk genta serupa ditemukan pula di dalam beberapa adegan relief. Selain itu dari relief diketahui pula fungsi genta pendeta di Jawa pada masa lalu yakni di samping digunakan, sebagai alat pengiring puji-pujian, kemungkinan digunakan pula sebagai benda persembahan.
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Indratiningsih
Abstrak :
Penelitian terhadap mata uang logam Cirebon yang menjadi koleksi Museum Nasional Jakarta telah dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran lengkap dari data utama, mengetahui bacaan dan arti tulisan, serta melihat kemungkinan hubungan antara keberadaan huruf Latin dan Cina pada mata uang logam Cirebon koleksi Museum nasional Jakarta dengan sejarah Cirebon. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan terdiri atas tiga tahap. Pertama adalah pengumpulan data, terdiri atas data pustaka dan data dari pengamatan lapangan. Tahap kedua adalah pengolahan data, dengan melakukan pemerian data secara lengkap. Pada tahap ini juga dilakukan analisis dengan memakai metode klasifikasi taksonomi, yang bertujuan untuk membentuk tipe mata uang logam Cirebon ini dengan indikator sejumlah atribut. Atribut utama yang ditetapkan adalah komponen penciri utama berupa huruf, tanda dan polos. Lebih lanjut dalam tahap ketiga yaitu penafsiran data, dilakukan penafsiran data dengan cara mengidentifikasikan dan menganalogikan ciri-ciri mata uang ini dengan sumber-sumber sejarah. Deskripsi dan klasifikasi yang dilakukan menghasilkan pengelompokkan mata uang yang diteliti kedalam 3 tipe, 10 sub tipe, 11 varian dan 12 sub varian. Seluruhnya terdiri atas 25 jenis mata uang logam Cirebon koleksi museum nasional Jakarta. Atribut yang diteliti juga dibahas dalam upaya mengetahui jenis yang paling sering dan paling jarang muncul dari tiap atribut. Dari hasil deskripsi juga diketahui gejala yang disimpulkan sebagai jejak pembuatannya. Dengan mengacu pada pengetahuan numismatik, khususnya tentang teknik pembuatan mata uang logam, maka disimpulkan bahwa mata uang yang diteliti dibuat dengan teknik cetak. tentang bahannya, hanya dapat disimpulkan berdasarkan data sejarah yang berlaku secara umum untuk seluruh mata uang logam Cirebon yang diteliti, yaitu timah dengan kadar campuran 1/5 timah (putih) dan 4/5 timah hitam. Tentang bunyi dan arti bacaan pada mata uang yang diteliti, belum semua dapat diketahui dengan penelititan ini. Diantara yang berhasil diketahui adalah huruf-huruf yang dibaca sebagai CHERIBON dan SHI TAAN JU HAU. Cheribon tersebut disimpulkan sebagai mengacu pada nama negara atau kesultanan Cirebon. Hal itu didasarkan atas keterangan Kern (1973), yaitu munculnya penulisan Cirebon dengan bentuk Cheribon di sekitar abad ke-18. Dengan mengacu pada uraian Nestcher dan Chijs (1854), Shi Taan Ju Hau disimpulkan sebagai berikut: Shi Taan merupakan upaya penyebutan kata Sultan dalam huruf Cina. Sedangkan Ju hau merupakan bagian dari kalimat konfusius yang bermakna kebahagiaan. Pada salah satu mata uang ini tertera angka 1761. Angka tersebut disimpulkan sebagaimana juga dikatakan antara lain oleh Millies (1871) dan Wicks (1983), adalah angka tahun penerbitan mata uang tersebut. Selanjutnya, pemakaian jenis huruf latin pada mata uang logam kesultanan Cirebon disimpulkan berkaitan dengan keadaan politik di Cirebon, dimana kekuasaan Belanda ternyata tidak hanya berpengaruh pada kekuasaan politik kesultanan Cirebon, tapi juga telah berpengaruh dalam ekonomi Cirebon. Huruf Cina juga dipakai dalam mata uang Cirebon, disimpulkan karena pembuatnya memang orang Cina. Orang Cina yang dikontrak untuk membuat mata uang tersebut, memadukan pengetahuan nenek moyangnya dengan keadaan di Cirebon. Berkaitan dengan masa pengeluaran mata uang yang diteliti, diasumsikan bahwa sebagian besar dari mata uang ini berasal dari abad ke-18. Namun demikian, muncul pula beberapa pertanyaan sejalan dengan hasil-hasil penelitian ini. Antara lain berkaitan dengan mata uang tidak berkomponen utama/polos, yaitu apakah mata uang ini dahulu pernah digunakan sebagai alat tukar atau tidak. Kemudian tentang arti dari huruf DM yang merupakan rangkaian dari CHERIBON DM, serta sebagian besar bacaan dan arti huruf-huruf Cina yang belum dapat diketahui dengan penelitian ini.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roby Irsyad
Abstrak :

ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan adalah mengkaji ikonometri terhadap 14 arca Ganesa perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta. Semua arca berasal dari pulau Jawa.

Metode dalam penelitian ini adalah metode yang umum digunakan di dalam penelitian arca. Metode tersebut meliputi deskripsi yaitu melakukan pendataan terhadap arca yang diteliti. Deskripsi yang dilakukan dititikberatkan kepada deskripsi ikonometri. Kemudian dari hasil deskripsi ikonometri tadi dilakukan perbandingan dengan ikonometri arca-arca Ganesa di India berdasarkan kitab_-kitab agama yang memuat aturan ikonometri arca Hindu India khususnya arca Ganesa. Dari hasil perbandingan ini diketahui apakah aturan ikonometri India digunakan dalam membuat arca Ganesa perunggu Jawa.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa para silpin Jawa Kuna yang membuat arca ini tampaknya mengenal aturan ikonometri India. Hal ini tampak dari diterapkannya aturan proporsi India pada pembuatan arca-_arca ini terutama sekali aturan proporsi utama yang meliputi tinggi dada, tinggi perut sampai dengan tinggi alas kaki, dan rentang kaki di antara dua lutut. Aturan ukuran proporsi yang masuk golongan minor hanya beberapa yang diterapkan oleh para silpin Jawa Kuna.
1998
S11901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>