Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryuani Indriastuti
"Kepadatan di Jalan Raya Kalimalang antara perempatan Agung Shop hingga Pasar Sumber Aria pada jam-jam sibuk pada tahun 1996 yang dihitung berdasarkan hasil bagl kapasitas jalan per volume kendaraan atau disebut juga visi rasio adalah 1.53. Kondisi tersebut berdasarkan ketentuan DLLAJ adalah kondisi yang sangat padat.
Keadaan ini adalah gambaran kejadian sehari-hari dengan lalu lintas hariannya sebesar 7225 smp (satuan muatan penumpang) dengan 4725 sedan yang beroperasi setiap jamnya. Keadaan ini menimbulkan kemacetan yang membuat pengemudi membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam untuk menempuh jarak yang hanya 1,5 km panjangnya. Hal ini mengakibatkan pengemudi hanya bisa menjalankan kendaraannya dengan batas kecepatan maksimal 5 km/jam. Kondisi jalan yang padat dan macet ini membuat pengemudi merasakan sesak, tegang dan stress. Tujuan dan harapan yang ingin dicapainya terhalang sehingga dapat menimbulkan frustrasi.
Frustrasi yang dialami dapat memunculkan berbagai bentuk perilaku agresif pada saat mengemudi. Hal ini sesuai dengan teori dari Berkowitz (1989). yang mengatakan bahwa adanya frustrasi mendorong seseorang melakukan perilaku agresif. Selain melalui frustrasi, perasaan crowding yang muncul dapat menimbulkan perilaku agresif mengemudi pada beberapa pengemudi melalui adanya dorongan atau dipicu oleh berbagai perilaku dari pengemudi lain yang dlanggap memprovokasi pengemudi. Dollard et al (Berkowitz, 1993:16) mengatakan kecenderungan berperilaku agresif didorong adanya provokasi. Saling memotong, membuat jalur baru, memaki, menabrakkan badan mobil, membunyikan klakson adalah contoh-contoh tingkah laku agresif yang muncul di jalan raya yang didapat melalui observasi dari studi awal. Perilaku-perilaku tersebut diatas menurut Lavender (1997) dapat dikategorikan sebagai perilaku agresif mengemudi.
Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji proses yang terjadi dalam timbulnya perilaku agresif pada saat mengemudi di jalan yang padat dan macet pada pengemudi kendaraan pribadi di daerah Kalimalang. Pertanyaan yang muncul adalah apakah perilaku agresif yang muncul akibat kondisi padat dan macet di daerah Kalimalang disebabkan oleh frustrasi atau oleh provokasi dari pengemudi lain?
Untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan hal tersebut diatas penulis bermaksud mengadakan penelitian pada penduduk pengguna Jalan Raya Kalimalang antara perempatan Agung Shop hingga Pasar Sumber Arta. Penelitian ini ditujukan pada pengemudi kendaraan beroda empat yang mengemudikan sendiri kendaraannya dan menggunakan kendaraan tersebut sebagai alat utama untuk menuju tempat tujuan. Alasan dan studi kepustakaan yang dilakukan menunjukkan bahwa belum ada penelitian sebelum ini yang memfokuskan studinya pada pengemudi kendaraan pribadi yang berperilaku agresif mengemudi.
Pengumpulan data dilaksanakan dengan meiakukan wawancara terhadap penduduk yang menggunakan Jaian Raya Kalimalang antara Perempatan Agung Shop hingga Pasar Sumber Arta. Teknik analisa yang digunakan adalah menggunakan program Ethnograph dan Triangulasi Teori.
Hasil Penelitian ini ditemukan adanya dua proses terjadinya perilaku agresif mengemudi pada pengemudi kendaraan pribadi di daerah Kalimalang. Proses yang pertama adaiah proses awal subyek mengalami kemacetan yaitu keadaan padat dan macet di jalan raya menimbulkan perasaan sesak yang menekan. Lamanya subyek terjebak dalam situasi tersebut memunculkan frustrasi karena ada tujuan yang terhalang dan mendorong terjadinya perilaku agresif mengemudi. Selain melalui frustrasi, adanya provokasi dari pengemudi Iain terhadap subyek yang merasa sesak yang menekan ini juga dapat menimbulkan periiaku agresif dalam mengemudi. Proses yang kedua adalah proses setelah subyek melakukan adaptasi, yaitu para pengemudi melakukan perilaku coping sehingga tidak memunculkan perilaku agresif dalam mengemudi. Namun perilaku coping ini tidak selalu menghasilkan adaptasi karena perilaku agresif mengemudi tetap muncul. Hal ini terjadi karena adanya provokasi dan pengemudi Iain serta kondisi-kondisi terberi di luar diri juga dapat memancing munculnya anger (rasa marah). Rasa marah yang disebabkan adanya provokasi pengemudi Iain mendorong terjadinya perilaku agresif mengemudi. Sedangkan rasa marah yang dikarenakan adanya kondisi-kondisi terberi yang ada di luar diri tidak mendorong munculnya perilaku agresif rnengemudi. Rasa marah itu sendiri dapat menimbulkan perilaku agresif mengemudi walau tidak ada provokasi dari pengemudi Iain maupun kondisi-kondisi terberi yang ada di luar diri subyek. Rasa marah ini sudah terbawa dalam diri subyek yang dikarenakan oleh peristiwa sebeIumnya. Selain itu, perilaku coping yang dilakukan subyek tetap dapat memunculkan perilaku agresif tanpa didahului oleh apapun juga.
Dari hasil yang diporoleh dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu intensitas dari pengemudi dalam berperilaku agresif, perilaku coping dan rasa marah dalam diri individu. Pendalaman mengenai penelitian kualitatif dan teknik mewawancara agar tidak terjadi leading questions dan cara pengambilan data yang Iebih baik dengan menggunakan self-report. Perlunya perhatian Pemda untuk memperbaiki sarana transportasi umum, merealisasikan proye kjalan tol dan memperbaiki kondisi jalan yang rusak. Pihak pengembang rnemperhatikan sarana infrastruktur yang ada sebelum membangun kawasan real estat. Pengemudi mengembangkan perilaku coping yang paling sesuai untuk dirinya untuk meminimalkan gangguan psikologis."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nareswarie Ayuanindhita
"Seiring dengan perkembangan zaman, permukaan bumi ini mulai dikuasai oleh manusia, baik untuk tempat bertinggal, memenuhi kebutuhan pangan, maupun untuk memenuhi kebutuhannya hidupnya. Manusia mulai semakin pintar dan mulai menciptakan teknologi yang dapat membantunya melakukan pekerjaan namun, inovasi teknologi tersebut tidak jarang banyak memberikan dampak negatif kepada makhluk hidup lain seperti tumbuhan dan hewan yang seharusnya juga memiliki hak hidup yang sama di atas bumi ini. Sehingga Proyek Neuron City ini hadir sebagai sebuah sistem yang mengatur keseimbangan kehidupan manusia dengan lingkungan sekitarnya dengan menerapkan sistem Neuron secara makro dan mikro agar manusia dan makhluk hidup lain dapat hidup dengan damai di atas bumi ini.

Along with the times, the surface of the earth began to be controlled by humans, both for a place to live, food resources, and the other their daily needs. Humans began to get smarter and began to create technologies that can help them do the work, but the technological innovations are not infrequently a lot of negative impacts on other living creatures such as plants and animals that should also have the same right to live on this earth. So that the Neuron City Project is present asa system that regulates the balance of human life with the surrounding environment by implementing a macro and micro Neuron system so that humans and other living things can live peacefully on this earth."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Rachmawati
"Penelitian ini mengungkapkan sejauh mana pelayanan kegawatdaruratan obstetri memenuhi kebutuhan perempuan sebagai pasien kegawatdaruratan obsteri, melalui pengalaman perempuan yang pernah memanfaatkan pelayanan kegawatdaruratan obstetri di RSUD klas C Suka Maju dan Kalimalang. Untuk melihat hubungan tersebut, digunakan kerangka pikir kesehatan dan kematian maternal menunit konsep kesehatan perempuan, hak dan kesehatan reproduksi, aspek yuridis pelayanan kesehatan reproduksi, konsep pelayanan kesehatan berkualitas menurut perempuan, program aksi safe motherhood dan standar pelayanan kegawatdaruratan obstetri. Metode penelitiannya berpendekatan kualitatif dan berperspektif perempuan. Metode pengumpulan data adalah studi kasus. Subjek penelitian berjumlah 31 orang, terdiri dari subjek utama sebanyak 12 orang, yaitu pasien trias kegawatdaruratan obstetri yang bertahan hidup serta 19 orang subjek pendukung, seperti orang tua/mertua, suami, saudara ipar, teman pasien baik yang meninggal dunia maupun bertahan hidup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan kegawatdaruratan di dua RSUD tersebut belum sesuai dengan standar pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan belum memenuhi kebutuhan perempuan sebagai pasien obstetri. Berdasarkan aspek yuridis, beberapa jenis pelayanan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap hukum kesehatan dan hak reproduksi perempuan. Kenyataannya, pasien dan keluarganya lebih banyak diam dan pasrah karena superioritas dokter dan rumah sakit. Di samping itu, pasien dan keluarganya tidak memahanu tindakan apa yang bisa mereka lakukan apabila dokter melanggar hukum atau hak reproduksi perempuan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelayanan kegawatdaruratan obstetri dapat ditingkatkan apabila ada komitmen yang kuat dari para dokter dan rumah sakit secara keseluruhan.

This Research revealed how far obstetric emergency service had satisfied woman needs as obstetric emergency patients thought woman experience who had ever gotten Obstetric Emergency Service in Local General Hospital (RSUD) Class C at both Kalimalang and Suka Maju District. To see such relation it had been applied frame of health and maternal mortality think according to woman health concept, reproductive rights and reproductive health, juridical aspect of reproductive medical service, concept of qualified medical service to them, action program of safe motherhood and obstetric emergency service standard. Method of collecting data used case study. Total research subject is 31 person comprising main subject is 12 obstetric emergency patients who has been survive, and 19 supporting subjects such as parents/parent in law, friends and cousin in law either who had passed away or as survivors.
Research result had indicated that emergency service at those two hospital had not suitable with emergency service standard as well as had not satisfied woman needs yet as obstetric patients. In side of juridical aspect some of service types may be categorized as violation on both medical laws and reproductive rights. If fact rather, patients and their family is silent and nothing to do because superiority of physicians and hospital. And patients and their family had not understood what action to do if physicians had violated laws or reproductive rights. Finally, this research may draw conclusion that obstetric emergency service may be increased if physicians and hospital had bound strong commitment totally.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T14631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library